Anda di halaman 1dari 8

 Kriteria Mutlak

1. Kurs
Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara terhadap mata uang di
negara lain. Kurs dapat diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya.

Kurs juga disebut sebagai perbandingan nilai. Artinya, ketika terjadi


pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan menghasilkan
perbandingan nilai atau harga dari kedua mata uang tersebut. Nama lain kurs
adalah nilai tukar mata uang (exchange rate). Kurs berperan penting dalam
transaksi terutama pada ekspor dan impor. Hal itu dikarenakan kurs membantu
menerjemahkan harga-harga dengan mata uang yang berbeda dari berbagai
negara. Selain itu, kurs juga berperan penting di pasar valuta asing (foreign
exchange market) atau yang dikenal dengan nama “Forex”.Di pasar valuta asing
terjadi pertukaran mata uang dengan kurs yang disepakati oleh beberapa pihak.

Kurs dapat mengalami dua macam perubahan, yaitu apresiasi dan


depresiasi.

Apresiasi adalah kenaikan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang asing.
Apresiasi terjadi karena daya tarik menarik yang kuat antara permintaan dan
penawaran di pasar valuta asing.Jika mata uang suatu negara mengalami apresiasi
terhadap mata uang lainnya, maka akan mengakibatkan ekspor menjadi lebih
mahal dan impor menjadi lebih murah.

Sedangkan depresiasi adalah penurunan nilai mata uang sendiri terhadap mata
uang asing.Jika mata uang suatu negara mengalami depresiasi terhadap mata
uang lainnya maka akan mengakibatkan ekspor menjadi lebih murah dan impor
menjadi lebih mahal.
2. Dampak perdagangan
Pertama, pelemahan Rupiah ini akan berpengaruh pada harga bahan
pangan yang merangkak naik, terutama barang impor.
Sebab, nilai tukar Rupiah yang lemah menyebabkan biaya impor barang-
barang pangan tersebut meningkat, sehingga memengaruhi harga jual di
tingkat eceran.

"Meskipun Agustus mengalami deflasi, dilihat per komponen, inflasi


volatile food (inflasi komponen bergejolak) sejak Januari - Agustus 2018
secara akumulatif mencapai 3,3 persen lebih tinggi dibanding Januari -
Desember tahun 2017 yang hanya 0,71 persen. Ini berarti inflasi pangan
harus jadi perhatian serius," kata dia saat dihubungi Suara.com, Selasa
(11/9/2018).

Kedua, Bhima menuturkan, pelemahan Rupiah juga berdampak pada


harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.
Dia menjelaskan, kenaikan harga minyak mentah dunia di kisaran USD 75
per barel membuat terjadi penyesuaian harga BBM nonsubsidi.

"Ketiga, bunga kredit akan semakin mahal seiring Bank Indonesia


yang menaikkan suku bunga acuan untuk meredam gejolak Rupiah. Bunga
kredit yang naik akan memberatkan masyarakat," tutur Bhima.

Terakhir, Bhima mengatakan, sisi manufaktur juga akan terdampak.


Menurut dia, pelemahan Rupiah ini membuat biaya produksi dan beban
utang luar negeri semakin meningkat.

 Kriteria Keinginan
1. Ekspor Indonesia
• Nilai ekspor Indonesia Desember 2017 mencapai US$14,79 miliar atau
menurun 3,45 persen dibanding ekspor November 2017. Sementara dibanding
Desember 2016 meningkat 6,93 persen
• Ekspor nonmigas Desember 2017 mencapai US$13,28 miliar, turun 5,41
persen dibanding November 2017. Sementara dibanding ekspor nonmigas
Desember 2016 naik 5,56 persen.
• Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2017 mencapai
US$168,73 miliar atau meningkat 16,22 persen dibanding periode yang sama
tahun 2016, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$152,99 miliar atau
meningkat 15,83 persen.
• Penurunan terbesar ekspor nonmigas Desember 2017 terhadap November
2017 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$205,2 juta (38,83 persen),
sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar
US$421,0 juta (126,05 persen).
• Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–Desember
2017 naik 13,14 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, demikian juga
ekspor hasil pertanian naik 7,79 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya
naik 33,71 persen.
• Ekspor nonmigas Desember 2017 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$2,19
miliar, disusul Jepang US$1,47 miliar dan Amerika Serikat US$1,42 miliar,
dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,31 persen. Sementara ekspor ke Uni
Eropa (28 negara) sebesar US$1,33 miliar.
• Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–
Desember 2017 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$29,18 miliar (17,29
persen), diikuti Jawa Timur US$18,43 miliar (10,92 persen) dan Kalimantan
Timur US$17,63 miliar (10,45 persen).

2. Impor Indonesia

Perkembangan Impor Indonesia Berdasarkan Sektor


Neraca perdagangan Januari mengalami defisit US$ 670 juta, setelah nilai
impor jauh lebih tinggi hingga US$ 15,13 miliar, dibandingkan dengan total nilai
ekspor yang hanya US$ 14,46 miliar. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto
mengungkapkan, kenaikan impor sepanjang Januari 2018 tak lepas dari harga dan
permintaan. Dengan peningkatan ini, diharapkan bisa menggerakan perekonomian.
“Harapannya bisa menggerakan investasi, dan pertumbuhan ekonomi,” kata
Suhariyanto dalam konferensi pers, Kamis (15/2/2018).
Berdasarkan data BPS, impor bahan baku penolong Januari 2018 masih
mendominasi total impor mencapai US$ 11,29 miliar. Adapun impor barang modal
dan konsumsi, masing-masing mencapai US$ 2,49 miliar dan US$ 1,35 miliar.
Adapun share impor terbesar sepanjang Januari 2018, didominasi oleh mesin atau
pesawat mekanik sebesar US$ 2,19 miliar atau 16,85% dari total impor, dan mesin
peralatan listrik sebesar Us$ 1,93 miliar, atau 14,85% dari total impor. Suhariyanto
mengatakan, struktur impor menurut penggunaan barang masih didominasi oleh
golongan bahan baku penolong, mencapai 74,58% dari total impir sepanjang Januari
2018. “Maka dari itu, harapannya ini bisa menggerakan perekonomian nasional,”
jelasnya.

3. Kurs < 13.000


Kurs dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada 5 faktor yang mempengaruhi kurs,
yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat Inflasi

Secara sederhana, inflasi disebut sebagai kenaikan harga barang atau jasa. Inflasi
juga merupakan menurunnya nilai mata uang suatu negara.Dasar utama dalam
pasar valuta asing adalah perdagangan internasional antara barang atau jasa. Hal
itu menyebabkan perubahan harga dalam negeri relatif terhadap harga luar negeri.
Hal tersebut dapat disebut sebagai faktor penggerak kurs valuta asing. Sebagai
contoh, yaitu negara Amerika Serikat dengan Indonesia yang menjalin kerja sama
perdagangan.

2. Aktivitas Neraca Pembayaran

Nilai tukar secara langsung dipengaruhi oleh aktivitas neraca pembayaran. Neraca
pembayaran yang aktif, dimana meningkatnya permintaan dari debitur asing,
maka akan meningkatkan nilai tukar mata uang nasional.

3. Perbedaan Suku Bunga di Berbagai Negara


Tingkat bunga adalah harga dari uang yang digunakan untuk jangka waktu
tertentu. Tingkat suku bunga yang berubah-ubah di suatu negara memengaruhi
arus modal internasional.Pada dasarnya, jika suku bunga naik, maka akan
mendorong masuknya modal asing. Suku bunga dapat mempengaruhi operasi
pasar valuta asing. Hal ini dikarenakan ketika melakukan transaksi, bank akan
melihat perbedaan suku bunga di pasar modal nasional dan global.

4. Kontro Pemerintah

Keseimbangan nilai tukar dapat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.


Kebijakan tersebut seperti, usaha pemerintah menghindari hambatan nilai tukar
valuta asing dan perdagangan luar negeri, serta melakukan intervensi di pasar
uang.

5. Ekspetasi Nilai Tukar di Masa depan

Faktor lain yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai
tukar di masa depan. Pasar valuta asing bereaksi agresif terhadap setiap berita
atau issues yang berdampak di masa yang akan datang.

Kurs yang di inginkan adalah kurang dari Rp. 13.000/ 1 USD

4. Penggunaan Produk Indonesia


Program peningkatan penggunaan produksi dalam negeri yang diinisiasi
Kementerian Perindustrian sejak 2006 belum berjalan optimal.
Dukungan semua pihak dibutuhkan agar program tersebut berjalan optimal,
khususnya dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. ”Komitmen penggunaan
produk dalam negeri akan memperdalam struktur industri nasional dari hulu
hingga hilir,” kata Ketua Sekretariat Tim Nasional Peningkatan
Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) Panggah Susanto di Jakarta,
Selasa (19/3/2013). Panggah yang juga Direktur Jenderal Basis Industri
Manufaktur Kementerian Perindustrian menegaskan, kedalaman struktur industri
itu tercermin dari pencapaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Beberapa kendala mengimplementasikan P3DN antara lain peraturan yang ada
belum mendukung mekanisme pelelangan di tiap sektor atau instansi pemerintah
dengan ragam dan sifat kelompok barang berbeda.
Panggah mengapresiasi dukungan kebijakan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) untuk menggunakan produk penunjang minyak dan gas
bumi buatan dalam negeri dalam setiap konstruksi pembangunan infrastruktur
migas. Dari data tahun 2010, Kementerian ESDM merealisasikan nilai pengadaan
produk dalam negeri senilai 10,79 miliar dollar AS dengan pencapaian TKDN
rata-rata 63,4 persen.
Penuturan Panggah, banyak potensi pengadaan barang/jasa pemerintah lainnya
yang dimungkinkan menggunakan produk dalam negeri. Antara lain pada
pengadaan tabung elpiji, kompor gas, dan program pembangkit tenaga listrik. Juga
pengadaan alat kesehatan. (CAS)
IDR
KRITERIA MUTLAK
INFO LOLOS / TIDAK
KURS 15,205.75 TIDAK
DAMPAK PERDAGANGAN EKSPOR/IMPOR TIDAK

KRITERIA KEINGINAN B INFO N BXN


EKSPOR 7 MENINGKATKAN EKSPOR 7 42
IMPOR 6 MENEKAN IMPOR 6 36
KURS <13.000 9 MENURUNKAN KURS 5 45
PENGGUNAAN PRODUK 8 MENINGKATKAN 9 72
LOKAL PRODUKSI
JUMLAH 195
LEMBAR KERJA ANALISIS KEPUTUSAN (AK)

Anda mungkin juga menyukai