UVEITIS
Disusun oleh :
Anas bin Yahya (030.08.269)
Diajukan kepada :
dr.Novi Anita, Sp.M
0
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
UVEITIS
Disusun oleh :
Dokter Pembimbing,
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nyalah,
penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Uveitis” dengan baik. Penulisan referat ini
merupakan salah satu syarat mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu
Penyakit Mata RSUD Budhi Asih Jakarta. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat untuk
kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan dengan sebaik-
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:
1. Dr. Novi Anita, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah memberikan
referat ini.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak dijumpai
kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun dari para penelaah
2
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar
dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan silier dan koroid. Uveitis adalah
peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang meliputi peradangan
pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses
autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi biasanya
Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang
disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut
iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering.
Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis. Uveitis umumnya
unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat
sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur, mata merah tanpa sekret mata purulen dan pupil
kasus/100.000 penduduk dengan perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan. Morbiditas akibat uveitis terjadi karena
gangguan pada nervus optikus. Selain itu, dapat timbul katarak akibat penggunaan steroid. Oleh
karena itu, diperlukan penanganan uveitis yang meliputi anamnesis yang komprehensif,
4
pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan
yang tepat.(3)
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI UVEA(4) :
Uvea atau traktus uvealis merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri
1. Iris(4)
6
Iris adalah perpanjangan korpus ciliar ke anterior. Iris berupa permukaan pipih
dengan aperture bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak bersambungan dengan
permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang
masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot
dilator. Kedua lapisan berpigmen pada permukaan posterior iris merupakan perluasan
Perdarahan iris didapat dari circulus major iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai
membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan sensoris iris melalui
7
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil
parasimpatis yang dihantarkan melalui nernus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan
2. Korpus ciliar(4)
Korpus ciliar, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Korpus ciliar
terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan zona posterior yang
datar, pars plana (4 mm). Processus ciliar berasal dari pars plicata. Prosessus ciliar ini
terutama terbentuk dari kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vorticosa. Kapiler-
secara intravena. Ada dua lapisan epitel siliaris: satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam,
yang merupakan peluasan neuroretina ke anterior; dan satu lapisan berpigmen di sebelah luar,
yang merupakan peluasan lapisan epitel pigmen retina. Prosessus ciliaris dan epitel siliaris
8
Gambar 3. Tampilan posterior corpus ciliaris, lensa dan ora serata.(11)
Musculus siliaris, tersusun dari gabungan serat-serat longitudinal, sirkular, dan radial.
Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang
berorigo di lembah-lembah di antara prosessus siliaris. Otot ini mengubah tegangan pada
kapsul lensa sehingga lensa dapat mempunyai berbagai focus, baik untuk objek berjarak dekat
maupun yang berjarak jauh dalam lapangan pandang. Serat-serat longitudinal musculus
9
Gambar 4. Sudut bilik mata depan dan struktur di sekitarnya.(12)
3. Koroid(4)
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sclera. Koroid tersusun
atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembuluh
terletak dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid
dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari pembuluh koroid dialirkan melalui empat vena
vorticosa, satu di tiap kuadran posterior. Koroid di sebelah dalam dibatasi oleh membran
10
Bruch dan di sebelah luar dibatasi oleh sclera. Ruang suprakoroid terletak di antara
koroid dan sclera. Koroid melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus optikus. Di
B. UVEITIS
1. Definisi(4)
Istilah uveitis menunjukkan suatu peradangan pada iris (iritis, iridosiklitis), corpus
siliaris (uveitis intermediate, siklitis, uveitis perifer, atau pars palnitis), atau koroid
(koroiditis). Namun, dalam praktiknya, istilah ini turut mencakup peradangan pada retina
(vaskulitis retinal), dan nervus optikus (papilitis). Uveitis bisa juga terjadi sekunder
akibat radang kornea (keratitis), radang sclera (skleritis), atau keduanya (sklerokeratitis).
2. Klasifikasi(5)
I. Anatomis :
uveitis diseminata.
uveitis difus atau pan uveitis (terjadi ketika uveitis anterior dan posterior terjadi
bersamaan).
11
II. Klinis penyakit :
simptomatik.
Rekurens
III. Patologinya :
uvealis ini, yaitu iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan
terlihatnya infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup banyak
Dapat mengenai uvea bagian anterior maupun posterior. Infiltrat dominan sel
limfosit, adanya aggregasi makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus. Pada kasus
berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior.
IV. Etiologi :
jamur : candida
12
imunologik : sindrom behcet, sindrom vogt-koyanagi-harada, oftalmia simpatika,
3. Epidemiologi(3)(4)
Uveitis biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh pada 10-20%
kasus kebutaan yang tercatat di negara-negara maju. Uveitis lebih banyak ditemukan di
prevalensi infeksi yang bisa mempengaruhi mata, seperti toksoplasmosis dan tuberculosis
di negara-negara berkembang.
4. Patofisiologi
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu
infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu
trauma tembus okuli, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap
zat toksik yang diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh diluar mata.
hipersensitivitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam
(antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius.
Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu
13
setelah munculnya mekanisme hipersensitivitas. Radang iris dan badan siliar
fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit
lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-partikel kecil dengan gerak Brown (efek
Tyndall).
Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang
berupa pus di dalam COA yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam
COA, dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan
berulang, maka sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic
1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen yang
2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat pada
Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan akan berjalan
terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat
menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut
sinekia posterior, ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat
pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh
sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata
14
depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris
ke depan yang tampak sebagai iris bombans (iris bombe). Selanjutnya tekanan dalam
Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa yang menyebabkan
lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila peradangan menyebar luas,
dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di
dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh
bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga
abses).
ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula
sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma
C. Uveitis Anterior(4)(6)(7)
Uveitis terdiri dari berbagai klasifikasi, yang secara total diperkira telah
menyebabkan sekitar 10% dari kebutaan. Uveitis secara luas diklasifikasikan menjadi
anterior, intermediate, posterior dan panuveitis berdasarkan anatomi mata. Namun uveitis
anterior merupakan bentuk paling umum dari uveitis dengan berbagai insiden yang
dilaporkan dalam literatur di seluruh dunia. Uveitis anterior bisa sangat jinak tetapi sering
Uveitis anterior adalah bentuk paling umum dari peradangan intraokular dengan
kejadian bervariasi pada populasi umum dari berbagai negara di seluruh dunia. Secara
15
anatomis, anterior uveitis melibatkan peradangan iris (iritis), anterior bagian dari badan
ciliaris (anterior cyclitis) atau keduanya (iridocyclitis).(9) Uveitis anterior lebih sering
didapatkan jika dibandingkan dengan peradangan segmen posterior dan umumnya kurang
mengancam penglihatan dan kurang serius, terutama jika diobati dini . Uveitis anterior
biasanya menyebabkan penurunan pengelihatan selama tahap akut tetapi ianya dapat
Uveitis anterior dapat terjadi secara akut, kronis atau berulang. Uveitis anterior
adalah jenis yang paling umum dari peradangan intraokular dan umumnya muncul
sebagai presentasi unilateral dengan rasa nyeri atau fotofobia, kemerahan dan sel dan
flare di bilik depan mata. Pasien dengan uveitis anterior biasanya mengeluh nyeri,
kemerahan, penglihatan kabur, fotofobia, dan mata berair. Sebagian besar pasien akan
mengalami serangan berulang-ulang dan akan mencari konsultasi dengan beberapa dokter
mata dan akan mempunyai riwayat menggunakan obat topikal dan/atau sistemik.
Pengelihatan kabur, mungkin merupakan gejala yang paling umum, disebabkan oleh
kekeruhan aqueous. Fotofobia umumnya terjadi karena spasme musculus siliaris tetapi
infiltrasi seluler bilik depan mata, edema epitel kornea dan keterlibatan musculus pupillae
juga bisa berkontribusi untuk terjadinya fotofobia. Tingkat nyeri yang berbeda-beda pada
uveitis anterior dapat dikaitkan dengan spasme musculus siliaris. Biasanya didapatkan
nyeri tumpul atau nyeri yang berdenyut. Nyeri yang berat dapat dikaitkan dengan tekanan
intraokular yang meningkat. Berbagai tingkat edema palpebrae bisa terlihat pada pasien
dengan uveitis anterior. Perikornea hiperemis dapat timbul akibat melebarnya pembuluh
16
Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka sel-sel
radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada
mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen yang
punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat pada
Keratic precipitate (KP) adalah deposit seluler pada endotel kornea. KP yang
halus dianggap sebagai inflamasi tipe alergi non-granulomatosa sedangkan KP mutton fat
disebabkan oleh infiltrasi selular dan eksudasi protein ke dalam ruang anterior. Sel dalam
aqueous merupakan tanda awal dan pasti peradangan aktif. Kebeningan dari aqueous
adalah karena kadar albumin yang tinggi sehingga disebut flare. Flare adalah tanda tidak
sambil mengarahkan sinar kecil secara miring melalui aqueous, relative mengikuti
adaptasi gelap. Sel di ruang anterior dan/atau flare terlihat karena efek Tyndall dari sinar
terang. Gradasi reaksi seluler di ruang anterior membantu dalam penilaian tingkat
keparahan uveitis anterior. Gradasi berguna dalam menentukan respon pasien terhadap
terapi serta pemantauan jangka panjang. Miosis dapat disebabkan oleh refleks spasme
17
sphincter atau karena distensi pembuluh darah iris. Nodul iris adalah akumulasi leukosit
di iris anterior; nodul Koeppe terlihat pada marjin pupil sedangkan nodul Busaca yang
pada anterior stroma iris . Nodul pada permukaan iris perlu dibedakan dari nodul yang
terinfeksi. Sinekia posterior adalah perlekatan antara permukaan lensa anterior dan iris;
sinekia posterior yang meluas sehingga 360° disebut seclusio pupillae sementara occlusio
pupillae mengacu pada membran yang menutupi permukaan lensa, ruang anterior dapat
hyphema.
Iris atrofi dikaitkan dengan iridocyclitis kronis dan terjadi karena iskemia.
Neovaskularisasi dapat terjadi pada stroma iris atau di sudut ruang anterior, yang
melebihi dari sel aqueous dalam iritis, sedangkan pada iridocyclitis dengan uveitis
komplikata terjadi karena kapsul lensa menebal akibat sinekia posterior atau
intraokular. Serangan akut dari uveitis anterior dengan peradangan ruang anterior yang
berat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular dan ini paling sering
didapatkan pada keratouveitis virus atau sindrom Posner Schlosman. Namun, uveitis
anterior idiopatik juga dapat disertai dengan tekanan intraokular meningkat. Peradangan
berat corpus ciliaris dapat menyebabkan produksi aqueous menurun dan penurunan
tekanan intraokular berikutnya mungkin akibat dari peradangan itu sendiri, gejala sisa
peradangan, atau karena pengobatan steroid. Pada peradangan aktif, peningkatan tekanan
18
intraokular dapat disebabkan trabeculitis atau dapat disebabkan penutupan sudut
sudut, dan sudut bisa menjadi sudut terbuka atau tertutup tergantung pada tahap uveitis.
19
Gambar 6. Gambar slit-beam dengan pembesaran 3x1mm di ruang gelap menunjukkan
20
Gambar 7. Nodul Koeppe – Nodul pada marjin papil(6)
21
Gambar 8. Nodul Bussaca – Nodul pada permukaan iris(6)
22
Gambar 9. Membran fibrin di ruang anterior di antara kornea dan iris(6)
23
Gambar 10. Membran pupil dengan hypopion(6)
24
Gambar 11. Gonioskopi menunjukkan deposit fibrin di sudut bola mata(6)
25
Tabel 1. Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) Working Grouping of cells and
flare(6)
D. Uveitis Intermediate
Uveitis intermediate disebut juga uveitis perifer atau pars planitis adalah peradangan
intraokular terbanyak kedua. Tanda uveitis intermediet yang terpenting yaitu adanya
pasien remaja akhir atau dewasa muda. Pria lebih banyak yang terkena dibandingkan
wanita. Gejala- gejala yang khas meliputi floaters dan penglihatan kabur. Nyeri, fotofobia
dan mata merah biasanya tidak ada atau hanya sedikit. Temuan pemeriksaan yang
menyolok adalah vitritis seringkali disertai dengan kondensat vitreus yang melayang
bebas seperti bola salju (snowballs) atau menyelimuti pars plana dan corpus ciliaris
seperti gundukan salju (snow-banking). Peradangan bilik mata depan minimal tetapi jika
sangat jelas peradangan ini lebih tepat disebut panuveitis. Penyebab uveitis intermediate
26
tidak diketahui pada sebagian besar pasien, tetapi sarkoidosis dan multipel sklerosis
berperan pada 10-20% kasus. Komplikasi uveitis intermediate yang tersering adalah
edema makula kistoid, vaskulitis retina dan neovaskularisasi pada diskus optikus.
E. Uveitis Posterior
Uveitis posterior adalah proses peradangan pada segmen posterior uvea, yaitu pada
koroid, dan disebut juga koroiditis. (8) Karena dekatnya koroid pada retina, maka penyakit
koroid hampir selalu melibatkan retina (korioretinitis). (1) Uveitis posterior biasanya lebih
berkembang menjadi kronik. Kedua fase tersebut (akut dan kronik) dapat menyebabkan
pembuluh darah diretina saling tumpang tindih dengan proses peradangan di uvea
posterior.
Penyebab utama uvea posterior tidak berpengaruh pada faktor eksternal dari uvea
penyakit secara lengkap dengan perubahan pada koroid sudah dapat dilihat kelainan.
Terjadinya perubahan elevasi yang memberi warna kuning atau abu – abu yang dapat
Perdarahan di retina akan menutup semua area, pada beberapa kasus terdapat lesi
yang kecil disertai kelainan pada koroid tapi setelah beberapa minggu atau bulan akan
ditemukan infiltrat dan edema hilang sehingga menyebabkan koroid dan retina atrofi dan
saling melekat. Daerah yang atrofi akan memberikan kelainan bermacam – macam dalam
bentuk dan ukuran. Perubahan ini akan menyebabkan perubahan warna koroid menjadi
27
putih, kadang pembuluh darah koroid akan tampak disertai karakteristik dari deposit
irregular yang banyak atau berkurangnya pigmen hitam terutama pada daerah marginal.
Lesi bisa juga ditemukan pada eksudat selular yang berkurang di koroid dan retina.
Inflamasi korioretinitis selalu ditandai dengan penglihatan kabur disertai dengan melihat
lalat berterbangan (floaters). Penurunan tajam penglihatan dapat dimulai dari ringan
sampai berat yaitu apabila koroiditis mengenai daerah makula atau papilomakula.
Kerusakan bisa terjadi perlahan – lahan atau cepat pada humor vitreus yang dapat
dilihat jelas dengan fundus yang mengalami obstruksi. Pada korioretinitis yang lama
biasanya disertai floaters dengan penurunan jumlah produksi air mata pada trabekula
anterior yang dapat ditentukan dengan pemeriksaan fenomena Tyndall. Penyebab floaters
adalah terdapatnya substansi di posterior kornea dan agregasi dari presipitat mutton fat
pada kornea bagian dalam. Mata merah merupakan gejala awal sebelum menjadi kuning
atau putih yang disertai penglihatan kabur, bila terdapat kondisi ini biasanya sudah
didapatkan atropi pada koroid, sering kali uveitis posterior tidak disadari oleh penderita
Gejala khas dari uveitis posterior adalah tajam penglihatan yang menurun,
floating spot dan skotoma. Karena terdapat banyak kelainan pada badan vitreus sel yang
disebabkan fokal atau multifokal retina dan koroid gambaran klinis bisa juga secara
bersamaan. Diagnosis banding tergantung dari lama dan penyebab infeksi atau bukan
infeksi. Infeksi bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan cacing non
infeksi, bisa juga disebabkan oleh penurunan imunologik atau alergi organ, bisa juga
28
1. Penatalaksanaan(6)
memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan
tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk
midriatikum.
2. Kompres hangat
Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang, sekaligus untuk
meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih cepat.
3. Midritikum/ sikloplegik
Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan badan silier relaks,
29
4. Anti inflamasi
Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan dosis sebagai
berikut:
d. Methylprednisolone acetate 20 mg
Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik Prednisone oral mulai 80 mg per hari
mungkin terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari
Terapi spesifik
Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior
telah diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering
30
Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan diatas
harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa memandang
penyebabnya.
Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan sinekia anterior, perlu
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis
Terapi konservatif :
Terapi bedah:
Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi.
a. Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi
31
3. Katarak komplikata
Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan
adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak serta
Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada uveitis
anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain:
Terapi konservatif:
Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam. acetazolamide 250 mg tiap 6 jam
Terapi bedah:
Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap tinggi.
Glaukoma sudut tertutup: iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi
perlekatan iris dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan bedah
filtrasi.
Glaukoma sudut terbuka: bedah filtrasi.
32
Katarak komplikata.
Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi yang diperlukan
adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak serta kemampuan
ahli bedah.
Katarak
Penanganan katarak pada kasus uveitis bisa dilakukan dengan fakoemulsifikasi
dengan implantasi IOL in the bag. Pada kasus JRA terkait uveitis penanganan operasi
katarak dilakukan dengan menunggu ketenangan reaksi dalam 3 bulan, kemudian
diberi steroid pre operasi selama 1 hingga 2 minggu. Dilakukan sinekiolisis dengan
viskoelastik diikuti oleh kapsuloresis dan fakoemulsifikasi serta implantasi IOL in the
bag. Steroid diberikan hingga 5 bulan. Dianjurkan menggunakan IOL akrilik
hidrofobik. Penggunaan intraoperatif tiamsinolon asetonid 4 mg intravitreal dapat
mencegah terjadinya fibrin pasca bedah katarak dibandingkan dengan penggunaan
steroid intravenus intraoperatif.
33
Glaukoma
Dapat berupa hipertensi okular, glaukoma uveitik, glaukoma sekunder sudut
sempit, glaukoma sekunder sudut terbuka, glaukoma induksi kortikosteroid,
glaukoma uveitis mekanisme kombinasi. Pemeriksaan pasien dengan hipertensi okuli
dan uveitis dianjurkan diperiksa foto papil. Evaluasi OCT papil nervus optikus dan
pemeriksaan lapangan pandang secara berkala. Tindakan operasi pada uveitis adam
antiades Behcet dengan mitomisin C intraoperatif pada trabekulotomi dapat
mengontrol tekanan bola mata tanpa obat – obatan pada 83 % pasien pada akhir tahun
pertama dan 62 % pada 5 tahun pasca bedah. Beberapa penyulit dijumpai : katarak,
kebocoran bleb, dan efusi koroid. Beberapa kasus khusus misalnya pada pseudofakik
atau afakik membutuhkan alat drainase seperti implan monteno, implan ahmed, dan
implan baerveldt. Untuk mencegah terjadinya glaukoma steroid lebih aman
digunakan fluorometolol, loteprednol atau rimeksolon.
Ablasi retina
Ablasi retina rematogenues terjadi pada 3 % pasien dengan uveitis, panuveitis,
infeksi uveitis, pars planitis dan uveitis posterior paling sering terjadi ablasi retina.
Lebih dari 30 % kasus uveitis dengan ablasi retina terjadi proliferasi vitreoretina
(PUR) dalam hal ini maka sklera buckling dan vitrektomi pars plana perlu dilakukan.
Angka keberhasilan operasi sebesar 60 % dengan visus akhir kurang dari 6 / 60.
34
peripapiler ditempat terjadi NUK. Beberapa imunomodulator dapat dapat
dikombinasi dengan anti VEGF seperti pegabtanid, bevacizumab, ranibizumad.
Endoftalmitis
Dikaitkan dengan inflamasi bola mata yang melibatkan vitreus dan segmen depan
namun kenyataan juga dapat melibatkan koroid dan retina. Pada prinsipnya
endoftalmitis dibagi 2 bentuk yaitu infeksi dan noninfeksi.
Bentuk endoftalmitis yang paling sering dijumpai adalah endoftalmitis infeksi yang
dapat terjadi secara eksogen maupun endogen. Endoftalmitis infeksi disebut juga
endoftalmitis steril disebabkan oleh stimulus non- infeksi misalnya sisa massa lensa
pasca operasi katarak / atau bahan toksik yang masuk ke dalam bola mata karena
trauma.
Gejala klinik yang sering timbul adalah penurunan tajam penglihatan, hipopion,
vitritis. Penurunan tajam penglihatan mendadak dapat berkisar mulai dari ringan
hingga berat, nyeri sering menyertai kasus endoftalmitis, kadang didapat hiperemia
maupun kemosis konjungtiva dan terdapat udem pada kelopak mata dan kornea.
Komplikasi uveitis posterior (8) :
Hipopion
Penyakit segmen posterior yang menunjukan perubahan-perubahan peradangan
dalam uvea anterior dan disertai hipopion adalah leukemia, penyakit
behcet,sifilis,toksokariasis,dan infeksi bakteri.
Glaukoma
Glaukoma sekunder mungkin terjadi paad pasien sindom nekrosis retina
akut,toksoplasmosis,tuberculosis,atau tuberculosis.
Vitritis
Peradangan korpus vitreum dapa menyertai uveitis posterior.peradangan dalam
vitreum berasal dari focus-focus radang di segmen posterior mata.peradangan
dalam vitreus tidak terjadi pada pasien koroiditis geografik tau
histoplsmosis.sedikit sel radang dalam vitreus dapat terlihatpaad pasien sel
35
sarcoma reticulum,infeksi cytomegalovirus,dan rubella,dan rubella dan beberapa
kasus toksoplasmosis dengan focus-fokus kecil pada retina.sebaliknya,peradangan
berat dalam vitreus dengan banyak sel dan eksudat terdapat pada
tuberculosis,toksokariasis,sifilis.
F. Prognosis
BAB III
36
KESIMPULAN
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang
meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid. Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi
empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis, dan patologis.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen, endogen, infeksi maupun noninfeksi. Tujuan
utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi
penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan
seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah memburuknya penyakit dan
terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
37
1. Hartono. Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. UGM. Yogyakarta. 2007: 6.
2. Ilyas H Sidarta. Kelainan kelopak dan kelainan jaringan orbita. Ilmu Penyakit Mata. Edisi
3. Narsing A Rao. Uveitis in developing countries. Indian Journal Ophthalmology. Vol. 61.
No. 6.
approach. Middle East African Journal of Ophthalmology. 2009, Vol. 16, Issue 4,159-167
1993 : 75-6.
Feb 2014.
11. The tunic of the eye. http://www.bartleby.com/107/225.html Diunduh pada 26 Feb 2014.
38
12. Anatomy and embryology of the eye.
http://www.oculist.net/others/ebook/generalophthal/vaughan/public/co_figures/ch001/ch1
39