Anda di halaman 1dari 1

PPOK – Mekanisme Aksi

1. Seorang pasien, laki-laki, usia 35 tahun didiagnosa dokter mengalami PPOK dengan keluhan
sesak nafas dan batuk berdahak. Dokter meresepkan obat inhaler yang berisi budesonide untuk
terapi pemeliharaan. Apakah kelas efek farmakologi dari obat dari obat yang diresepkan dokter
tersebut?
a. Antibakteri pada saluran nafas d. Meningkatkan sekresi mukus di saluran nafas
b. Bronkodilatasi pada saluran nafas e. Antiinflamasi pada saluran nafas
c. Mengencerkan dahak pasien

PPOK – Pemilihan Obat yangTepat


2. Seorang apoteker melakukan visite bersama dokter ke ruang rawat inap untuk memonitor
perkembangan terapi seorang pasien PPOK tanpa exaserbasi (laki-laki, usia 45 tahun). Pasien
telah menggunakan salbutamol inhaler untuk mengatasi gejala pada terjadi serangan. Akan
tetapi, pasien mengeluhkan perburukan gejala pada malam hari. Apakah obat yang tepat
diberikan kepada pasien untuk mencegah keluhan tersebut?
a. Terbutalin inhaler d. Fenoterol inhaler
b. Salmoterol inhaler e. Ipatropium bromide inhaler
c. Beklometason inhaler

3. Seorang dokter akan meresepkan bronkodilator sebagai terapi pemeliharaan untuk pasiennya
(laki-laki, usia 65 tahun, penderita PPOK tingkatan sedang) dan meminta saran apoteker untuk
pemilihan obatnya. Sebelumnya, pasien tidak patuh minum obat dan dokter menginginkan
bronkodilator dengan onset yang cepat dan durasi yang panjang sehingga dapat diberikan satu
kali sehari. Apakah bronkodilator yang tepat disarankan kepada dokter tersebut?
a. Budesonide d. Salmeterol
b. Ipratropium bromide e. Tiotropium bromide
c. Flutikason

PPOK – Efek Samping Obat/MESO


4. Seorang pasien, laki-laki, usia 60 tahun, memiliki penyakit eksaserbasi akut PPOK dan
mendapatkan resep dengan obat inhalasi bronkodilator (ipratropium dan salbuterol/salbutamol,
inhalasi fixotide) dan codein. Pasien juga menderita infeksi dan diobati dengan eritromisin.
Setelah beberapa hari dirawat inap, apoteker menerima informasi dari pasien bahwa dia
mengalami konstipasi. Apakah obat yang perlu dievaluasi untuk memimalkan ESO tersebut?
a. Ipratropium d. Eritromisin
b. Salbutamol/salbuterol e. Flixotid
c. Codein

PPOK – Interaksi Obat


5. Seorang pasien, laki-laki, usia 55 tahun, memiliki riwayat PPOK, mengalami eksaserbasi akut
karena infeksi saluran nafas dan dibawa keluarganya ke IGD. Dokter memberikan injeksi teofilin.
Saat ini, pasien juga sedang menggunakan obat obatan lain, yaitu salbutamol, prednison,
eritromisin dan ambroksol. Apoteker mengidentifikasi adanya resiko terjadinya interaksi obat.
Apakah obat-obatan yang digunakan pasien yang berpotensi berinteraksi?
a. Eritromisin dan ambroksol d. Teofilin dan eritromisin
b. Eritromisin dan salbutamol e. Teofilin dan Ambroksol
c. Salbutamol dan prednison

PPOK – Pelayanan Kefarmasian


6. Seorang pasien, laki-laki, usia 65 tahun, dirawat di Puskesmas dengan diagnosis PPOK dan
mendapat obat asetilsistein kapsul, parasetamol tablet, siprofloksasin kapsul. Karena kondisinya
memburuk kemudian dirujuk ke RSUD. Pada saat masuk di RSUD, apoteker membandingkan
instruksi pengobatan di RSUD dengan obat yang telah diperoleh pasien selama di Puskesmas.
Apakah layanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker tersebut?
a. Skrining resep d. Monitoring penggunaan obat
b. Rekonstitusi obat e. Evaluasi penggunaan obat
c. Rekonsiliasi obat

Anda mungkin juga menyukai