Abstract : Premature Rupture Of Membranes Risks Of Pregnant Women With Sexual Infections. The pur-
pose of research is to analyze the correlation between the risks of sexually transmitted infection with the incidence
of premature rupture of membranes (KPD).This research is the quantitative study with case control design with
a sample of 68 respondents, analysis of the statistical test Chi-square α = 0.05 and 95% confidence intervals. The
subjects of the study mothers who have premature rupture of membranes, and not as a case of premature rupture of
membranes as control, Subjects retrieval using the total sample in the case group and systematic random sampling
technique to control. Secondary collection from medical records the period from January to December 2014. Re-
sults show that there is a significant association between risk factors for sexually transmitted infections with the
incidence of premature rupture of membranes, other factors associated with KPD is parity.
Abstrak : Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Dengan Infeksi Menular Seksual. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan faktor risiko infeksi menular seksual dengan kejadian Ketuban
Pecah Dini. Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan rancangan case control dengan jumlah sampel
68 responden, analisis dengan uji statistik Chi-square α=0,05 dan interval kepercayaan 95%. Subyek penelitian ibu
bersalin yang mengalami ketuban pecah dini sebagai kasus dan ibu yang bersalin tidak mengalami ketuban Pecah
Dini sebagai kontrol. Pengambilan data menggunakan total sampling pada kelompok kasus dan teknik sistematic
random sampling pada kontrol. Pengumpulan data sekunder dari catatan medis periode Januari-DesemberTahun
2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor risiko infeksi menular sek-
sual dengan kejadian Ketuban pecah dini, faktor lain yang berhubungan dengan KPD adalah paritas.
Kata kunci : faktor risiko ketuban pecah dini, infeksi menular seksual
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya guran, lahir mati, infeksi kongenital dan kematian.
selaput ketuban sebelum terdapat tandanya persalinan IMS juga dapat meningkatkan risiko penularan HIV/
dan setelah ditunggu satu jam belum mulainya tanda AIDS (Hermiyanti [red], 2009 : 6).
persalinan. Ketuban (KPD) adalah pecahnya ketuban Prevalensi IMS di Negara sedang berkembang
sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartus, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju.
pada pembukaan <4 cm (fase laten). Insidennya berk- Di Indonesia sendiri angka kejadian IMS pada per-
isar antara 2,5 persen sampai dengan 18,5 persen dari empuan hamil sangat terbatas. Pada perempuan ha-
seluruh kehamilan, dan sekitar 20-40 persen terjadi mil pengunjung Puskesmas Merak Jawa Barat 1994,
pada kehamilan preterm. Ketuban Pecah Dini meru- sebanyak 58% menderita ISR. Sebanyak 29,5% ada-
pakan komplikasi yang berhubungan dengan kehami- lah infeksi genital nonspesifik, kemudian 10,2% vag-
lan kurang bulan. inosis bacterial, kandidosis vaginalis 9,1%, gonore
Penyebab ketuban pecah dini ini pada sebagi- sebanyak 3,4%, trikomoniasis 1,1% dan gonore ber-
an besar kasus belum diketahui secara pasti, namun sama trikomoniasis sebanyak 1,1% (Sarwono, 2012
beberapa faktor predisposisi adalah umur, paritas, : 923).
kehamilan ganda, kelainan letak ,infeksidan seks hy- Suriani Tahir (2012), Penelitian dengan judul
giene. Infeksi menular sekual (IMS ) termasuk penye- “Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini Di RSUD
bab utama kematian ibu dan bayi baru lahir. Komp- Syekh Yusuf Kabupaten Gowa” . Hasil analisis data
likasi yang berat pada IMS adalah kehamilan ektopik, menunjukkan bahwa rasio mengalami KPD pada ibu
penyakit radang panggul, melahirkan prematur, kegu- yang pekerjaannya menyebabkan kelelahan dan lama
1272 jurnal vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 2 Juli 2016, hlm. 126 - 131
kerja >3 jam/hari adalah 3,6 kali lebih besar diband- jumlah 275 kasus. Sedangkan Kasus KPD di UPTD
ingkan ibu yang bekerja tidak kelelahan dan lama Puskesmas siantan hilir kasus KPD yaitu 31 kasus.
kerja ≤3 jam/hari dan juga merupakan faktor yang Pada tahun 2014, jumlah persalinan nakes 10672
paling dominan terhadap KPD. Ibu yang pernah men- yang mengalami KPD 233 Kasus, sedangkan kejadi-
galami KPD berisiko 4,7 kali lebih besar dibanding- an KPD di wilalayah kerja UPTD Puskesmas Siantan
kan yang tidak pernah mengalami KPD, ibu yang ha- Hilir terdapat 34 kasus. Walaupun penanganan KPD
mil kembar berisiko 3,0 kali lebih besar dibandingkan sudah dilakukan secara prosedural akan tetapi kejadi-
yang tidak hamil kembar. Adapun jumlah paritas bu- an KPD masih relatif tinggi oleh karena itu perlun-
kan merupakan faktor risiko walaupun paritas ≤1 dan ya mengetahui faktor-faktor risiko sebagai penyebab
>3 berisiko 1,5 kali lebih besar dibandingkan paritas KPD diantaranya adalah IMS.
2-3.Juwita Agil Rosanti (2007), menunjukkan bahwa Adanya kecenderungan peningkatan kasus IMS
tingginya kejadian ketuban pecah dipengaruhi oleh dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini yaitu tahun
aktivitas berat sebesar 43,75%, Coitus saat hamil baik 2013 sampai dengan tahun 2014 jumlah kasus baru
dari frekuensi yang lebih dari 3 kali seminggu, posi- IMS (infeksi menular seksual) diwilayah kerja dinas
si Coitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang kesehatan kota berdasarkan pendekatan sindrom dari
sangat dalam sebesar 37,50%, infeksi genetalia baik 1108 yaitu menjadi 2862 .Sedangkan diwilayah kerja
ringan, sedang maupun berat sebesar 37,50%, riwayat Puskesmas Siantan hilir jumlah kasus baru ibu hamil
ketuban pecah dini sebesar 18,75% dan usia ibu yang yang dilakukan pemeriksaan IMS dengan pendekatan
lebih dari 35 tahun. sindrom adalah 104 kasus menjadi 116 kasus.
Menurut Sarwono (2012 : 679) penatalaksanaan
ketuban pecah dini yaitu pastikan diagnosis, tentukan METODE
umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi mater-
nal ataupun infeksi janin dan apakah dalam kedaan Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan ran-
inpartu, terdapat kegawatan janin. Selain di atas pen- cangan penelitian Case control. Penelitian dimulai
gelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 ming- dengan mengidentifikasikan outcome yaitu kelompok
gu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kasus dan kelompok kontrol, kemudian dilihat secara
terjadinya prematuritas dan RDS (respiration distress retrospektif paparan dimasa lalu (IMS). Penelitian
syndrome) (Nugroho, 2012). dilaksanakan di wilayah kerja Dinas Kesehatan kota
Data profil Dinas kesehatan Kota Pontianak ta- Pontianak yaitu di Puskesmas Siantan Hilir. Waktu
hun 2013 yang meliputi 6 kecamatan yaitu kecamatan penelitian dilaksanakan awal bulan juli sampai Okto-
: Pontianak kota, Pontianak barat, Pontianak selatan, ber 2015. Populasi penelitian adalah ibu yang bersa-
Pontianak Tenggara, Pontianak Timur dan Pontianak lin di Puskesmas Siantan Hilir Pontianak pada tahun
utaradari 11.299 total jumlah persalinan pada tahun 2014. Subjek penelitian ini adalah ibu bersalin den-
2013 terdapat kasus KPD ( ketuban Pecah Dini) se- gan KPD yang memenuhi kriteria sebagai kasus dan
Tabel 1
Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Kasus Dan Kontrol
Kasus Kontrol
Jumlah
Variabel (KPD) (Tidak KPD)
N=34 % N=34 % N=68 %
Umur
20-35 29 85,30 28 82,4 57 83.8
<20 dan 35< 5 14,70 6 17,6 11 16.2
Pendidikan
Dasar 5 14,70 3 8.80 8 11.7
Menengah 24 70,60 27 79.4 51 75.1
Tinggi 5 14,7 4 11.8 9 13.2
Status Paritas
Tidak berisiko 21 61,80 29 85.3 50 73.5
Berisiko 13 38,20 5 14.7 18 26.5
Sudarto dkk, Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini,... 3128
Kejadian KPD
z² P OR CI 95%
Tidak
KPD
KPD
Pendidikan
≤SLTP 5 3 0,567 0,452 0,561 0,123-2.56
(62,5%) (37,5%)
≥SLTA 29 31
(48,3%) (51,7%)
Usia
<20, >35 5 6 0,108 0,742 0,80 0,22 - 2,930
(42,5%) (54,50%)
20-35 29 28
(50,9%) (49,10%)
Paritas
≤1 dan >4 anak 13 5 (27,8%) 4,83 0,028 3,59* 1,11-11,62
(72,2%)
2-3 21 29
(42,0%) (58,0%)
Perokok
Ya 19 16 0,53 0,460 1,420 0,54- 3,70
(54,30%) (45,70%)
Tidak 15 18
(54,50%) (54,50%)
1294 jurnal vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 2 Juli 2016, hlm. 126 - 131
Hasil analisis uji Chi square pada tabel 3. didap- matogen. Penyakit Menular Seksual (PMS) (Bobak,
atkan hubungan yang bermakna antara IMS dengan 2005 : 672). IMS adalah infeksi yang disebabkan oleh
kejadian KPD yang ditunjukkan dengan nilai p val- bakteri, virus, parasit, atau jamur, yang penularann-
ue< 0,05. Proporsi IMS pada kelompok kasus dib- ya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang
andingkan kelompok kontrol adalah (14(73,07% yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.
: 5 (26,03%)Jika dilihat dari aspek risiko IMS ber- Kegiatan untuk menurunkan angka kejadian
peluang meningkatkan kejadian KPD sebesar 4,06 IMS diperlukan kegiatan yang proaktif dengan sistim
kali(95%CI;1,26-13,07) dibandingkan kelompok ibu jemput bola seperti kegiatan surveilans dengan mel-
hamil yang tidak IMS. ibatkan kelompok dasa wisma dan posyandu untuk
Variabel luar yang memiliki hubungan yang menjaring ibu hamil dan ibu-ibu yang baru melahir-
bermakna secara statistik adalah paritas. Sedangkan kan dan untuk meningkatkan pengetahuan ibu perlu
variabel pendidikan, usia dan perokok secara statis- adanya kegiatan penyuluhan yang berkesinambungan
tik tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap tentang IMS, pentingnya pemeliharaan kebersihan
kejadian KPD. Berdasarkan status paritas diperoleh genital, perawatan ibu hamil dan setelah melahirkan
hasil bahwa proporsi kejadian KPD dan tidak KPD melalui pembentukan kelas ibu di setiap puskes-
sebagian besar ibu mempunyai paritas 2-3 anak(tidak mas. Penanganan terapi antimikroba untuk memper-
berisiko) 42,0%; 54,50%. Jika dilihat dari aspek risiko oleh kesembuhan dan mengurangi penularan, juga
diperoleh hasil bahwa peluang KPD 3,59 kali lebih menyeluruh dan meliputi layanan terhadap kesehatan
besar (95% CI: 1,11-11,62 ) pada kelompok paritas reproduksi Ibu hamil. Selain itu sangat perlu Unit pe-
≤1 dan >4 anak dibanding paritas paritas 2-3 anak . layanan kesehatan untuk mengoptimalkan pelayanan
ANC terpadu terhadap ibu hamil, mengoptimalkan
PEMBAHASAN fungsi klinik IMS dan kolaborasi tim yang maksimal
dalam memberikan pelanyanan yang dibutuhkan oleh
Hasil analisis menunjukkan bahwa penyakit IMS ibu hamil bersalin dengan IMS.
mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadi- Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tu-
an KPD. Proporsi KPD lebih besar ditemukan pada juan untuk mengetahui etiologi yang pasti tentang ada
kelompok kasus dengan IMS dibanding kelompok atau tidaknya penyakit Infeksi menular seksual yang
kontrol. Ibu hamil yang IMS cenderung mengalami diderita ibu hamil, baik itu ibu hamil dengan sindrom
risiko KPD lebih besar pada saat proses persalinan, yang berhubungan dengan IMS, atau dengan has-
Jika dilihat dari aspek risiko IMS berpeluang mening- il positif pada pemeriksaan laboratorium untuk satu
katkan kejadian KPD sebesar 4,06 kali dibandingkan atau lebih IMS. Berkaitan hal tersebut perlunya pen-
kelompok ibu hamil yang tidak IMS.Hasil penelitian anganan yang paripurna meliputi : anamnesis, pemer-
sejalan dengan penelitian sebelumnyaoleh Ni Luh iksaan klinis, diagnosis yang tepat, pengobatan dini
Sumadi(2012)“ menunjukkan adanya hubungan ber- dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan anjuran
makna antara faktor risikoinfeksi dengan kejadian untuk penggunaan kondom, notifikasi dan pasangan
KPD. Faktor risiko yang paling kuat terjadinya KPD seksnya.
adalah infeksi, hal ini juga diperkuat dengan peneli- Berdasarkan pendidikan diperoleh hasil bah-
tian yang dilakukan oleh Juwita Agil Rosanti (2007)”, wa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya pendidikan ibu dengan kejadian KPD. Keadaan ini
kejadian ketuban pecah dini di RB Tiyanti Maospati dapat terjadi karena proporsi antara ibu yang men-
berhubungan faktor infeksi genetalia baik ringan, se- galami KPD dan yang tidak mengalami KPD sebagi-
dang maupun berat sebesar 37,50%. an besar terjadi pada ibu dengan pendidikan ≥ SLTA.
Menurut(Varney, 2008 ). “ Insiden Ketuban Hal ini memberi gambaran bahwa Kejadian KPD leb-
Pecah Dini lebih tinggi pada wanita dengan serviks ih cenderung di sebabkan oleh faktor lain.
inkopeten, polihidramnion, malpresentasi janin (le- Hasil yang berbeda didapat pada penelitian
tak sungsang dan lintang), kehamilan ganda, atau yang dilakukan oleh Savitha (2007) yang menemu-
infeksi vagina/servik (vaginosis bacterial, klamidia, kan bahwa terdapat hubungan yang bermaknaantara
gonore, streptokokus grup B). Selain itu Saifuddin pendidikan ibu dengan kejadian KPD. Terjadinya
(2006 : 218) menambahkan bahwa Ketuban Pecah perbedaan dengan penelitian ini disebabkan oleh se-
Dini dapat disebabkan oleh berkurangnya kekuatan bagian besar pada penelitian Savitha ibu tidak mene-
membran dan atau meningkatnya tekanan intra uterin mpuh pendidikan menengah keatas sedangkan pada
.Selain itu suatu proses infeksi dan peradangan dimu- penelitian ini sebagian besar ibu berpendidikan ≥
lai diruangan yang berada diantara amnion dan korion SLTA. Selain itu pada penelitian ini lokasi di kota
yang dapat terjadi sebelum kehamilan, dikarenakan Pontianak sehingga sebagai subyek penelitian adalah
infeksi vagina/serviks yang akan menyebar secara he- masyarakat perkotaan aspek informasi lebih mudah
Sudarto dkk, Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini,... 5130
diterima sampai ke level individu dan rumah tangga 2001). Usia untuk reproduksi sehat optimal bagi se-
melalui media televisi atau media massa. Keadaan ini orang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah
berdampak pada ibu dengan pendidikan yang relatif atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko
rendah yang dapat dengan mudah menerima infor- kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia se-
masi yang ada sehingga adanya perkembangan baru seorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi
khususnya di bidang kesehatan dapat mudah diterima sistem reproduksi, karena organ-organ reproduksinya
oleh ibu baik yang berpendidikan ≥ SLTA maupun ibu sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastis-
yang berpendidikan ≤ SLTP. Hal inilah yang meru- annya dalam menerima kehamilan.
pakan tidak terjadinya perbedaan antara pendidikan Berdasarkan status paritas diperoleh hasil bah-
rendah dengan pendidikan tinggi dalam penelitian ini. wa proporsi kejadian KPD dan tidak KPD sebagian
Selain itu dapat disebabkan juga oleh keberhasilan besar ibu mempunyai paritas 2-3 anak( tidak ber-
program Dinas Kesehatan dimana akses informasi isiko)72,20%; 27,80%. Pengujian hipotesis menggu-
mengenai kesehatan dapat dengan mudah diperoleh nakan Chi Square test dengan nilai P= 0,028 dan OR:
masyarakat sehingga baik ibu yang berpendidikan ≥ 3,59. hal menunjukkan ada hubungan antara paritas
SLTA maupun ibu yang berpendidikan ≤ SLTP memi- dengan kejadian KPD. Jika dilihat dari aspek risiko
liki wawasan kesehatan yang hampir sama. diperoleh hasil bahwa peluang KPD3,59 kali lebih
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan faktor risiko besar (OR: 3,59; 95% CI: 1,11-11,62 ) pada kelom-
usia <20, >35 pada kelompok kasus yaitu : 5 (42,5%) pok paritas <1 dan>3 dibanding paritas tidak berisiko
sedangkan kelompok kontrol : 6(54,50%) pengujian paritas 2-3. Kehamilan yang terlalu sering (multipara/
hipotesis menggunakan Chi square test dengan nilai grande multi) dapat mempengaruhi proses embri-
p ; 0,74 OR=0.84: CI (0.22-2.94), hasil menunjuk- ogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga lebih
kan tidak ada hubungan faktor risiko usia dengan mudah pecah sebelum waktunya. Semakin banyak
kejadian KPD. Hasil penelitian ini berbeda dengan paritas semakin mudah terjadinya infeksi amnion ka-
hasil penelitian yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh rena rusaknya struktur serviks pada persalinan sebel-
proporsi usia reproduktif sehat sebagian besar pada umnya. Penanganan jangka panjang diperlukannya
penelitian ini yatu 50.9% pada kelompok kasus dan peningkatan kualitas layanan keluarga berencana
49.1 % pada kelompok kontrol. Penelitian Agil dkk dengan menekankan pengaturan jarak kelahiran serta
(2007), di sebuah Rumah Bersalin Tiyanti, Maospati jumlah anak yang dihubungkan dengan usia repro-
Jawa Barat yang menyebutkan “Faktor usia ibu lebih duksi sehat.
dari 35 tahun berisiko mengalami KPD”. Hal ini se- Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan faktor
jalan dengan teori Usia menurut Elizabeth BH yang risiko perokok pada kelompok kasus yaitu 19 (54,30%
dikutip Wawan dan Dewi (2010) adalah pada usia sedangkan kelompok kontrol : 16 (45,70%) pengujian
kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul ibu belum hipotesis menggunakan Chi square test dengan nilai
tumbuh mencapai ukuran dewasa dan pada usia leb- p : 0,46 OR=1.42; CI (0,54- 3,70 ) hasil menun-
ih dari 35 tahun organ kandungan sudah mengalami jukkan tidak ada hubungan bermakna faktor risiko
kemunduran sehinggajalan lahir menjadi lebih kaku perokok dengan kejadian KPD. Hal ini kemungkinan
dan mudah terjadi komplikasi. Usia ibu yang ≤ 20 ta- disebabkan proporsi perokok pada kasus dan kon-
hun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan trol hampir sama 19 (54,30%):16 (45,70%) , artinya
uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga bahwa faktor risiko KPD kemungkinan disebabkan
rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan ibu oleh faktor- faktor lain. Penelitian ini berbeda den-
dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu gan hasil penelitian (Cunningham et al, 2005) bahwa
tua untuk melahirkan khususnya pada ibu primi dan Perilaku seperti merokok, gizi buruk dan penambahan
berisiko tinggi mengalami ketuban pecah dini. Usia berat badan yang kurang baik selama kehamilan serta
dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses berisiko kelahiran preterm meningkat, yaitu rata-rata
kehamilan pertama, pada kesehatan janin dan proses dua kali lipat dari wanita bukan perokok. Kebiasaan
persalinan. merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensi-
World Health Organization (WHO) memberikan tas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil.
rekomendasi sebagaimana disampaikan Seno (2008) Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang
, bahwa untuk usia yang dianggap paling aman men- teridentifikasi termasuk karbon monoksida, amonia,
jalani kehamilan dan persalinan adalah 20 hingga 30 aseton, sianida hidrogen. Dampak asap rokok bisa
tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dap- menyebabkan kehamilan ektopik, ketuban pecah dini,
at menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum dan risiko lahir mati (Sinclair, 2003).
100% siap.Karakteristik pada ibu berdasarkan usia
sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama
kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti,
1316 jurnal vokasi Kesehatan, Volume II Nomor 2 Juli 2016, hlm. 126 - 131