4.3 Activity 6
a. Otot diberikan tegangan 8.5 volt dengan panjang otot 75mm
b. Panjang otot dikurangi 5 menjadi 70 mm dengan tegangan tetap pada 8.5 volt diberikan
rangsangan tunggal
c. Kemudian, panjang kembali diturunkan menjadi 60mm dan tegangan tetap dengan
rangsangan tunggal
d. Masih dengan tegangan yang sama, otot dilakukan percobaan dengan panjang 55mm dan
rangsangan tunggal
e. Panjang otot diturunkan menajdi 50mm dengan tegangan yang sama dan rangsangan
tunggal
f. Lalu panjang otot diubah menjadi 80mm namun pada tegangan yang sama dan
rangsangan tunggal dan pada posisi ini mulai adanya kekuatan pasiv
g. Panjang kembali diubah menjadi 90 dengan tegangan sama dan rangsangan tunggal
h. Untuk percobaan terakhir, pada panjang 100mm.
a. Otot diberi percobaan beban sebesar 0.5 g dengan tegangan 8.5 volt
b. Beban 0.5 g diganti dengan berat beban 1.0 g dan tegangan tetap 8.5 volt
c. Otot diberi beban menjadi lebih besar yakni 1.5 dan tegangan tetap
d. Terakhir, otot diberi beban sebesar 2.0 g dan tetap dengan tegangan yang sama.
BAB VI
KESIMPULAN
Pada saat peristiwa otot fused tetanus, otot mengalami kontraksi secara terus
menerus dan tidak adanya relaksasi, sehingga otot dipaksa terus bekerja. Sedangkan, pada
saat otot unfused, otot bekontraksi dan masih adanya waktu relaksasi atau fase istirahat.
Kemudian, apabila rangsangan ditingkatkan, yang awalnya otot relaksasi menjadi
berkontraksi maka dari anfuseu menjadi fused.
Saat otot mengalami penurunan kemampuan akan berkontraksi, berarti otot telah mencapi
kekuatan maksimalnya setelah mengalami kontraksi berkepanjangan dan lelah
Saat otot diberikan beban ringan, otot masih berkontraksi dengan normal dan
bergerak cepat, sedangkan semakin berat beban yang diberikan maka, butuh waktu lama
otot untuk berkontraksi.