Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang


terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global berlangsung
lebih dari 24 jam dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh ganggua peredaran
darah otak isiden stroke mencapai 0,5/1000 pada usia 40 tahun dan meningkat menjadi
70/1000 pada usia 70 tahun. Angka kematian stroke 20% 3 hari pertama dan 25% pada
tahun pertama, lebih dari 40% penderita stroke tidak dapat diharapkan untuk mandiri
dalam aktivitas kesehariannya dan 25% menjadi tidak dapat berjalan secara mandiri
(WHO,2013).
Stroke adalah penyebab kematian nomor satu di Indonesia, berdasar penelitian
kami di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Data kejadian stroke dilihat
dari prevalensi (angka kejadian) stroke bisa dilihat di Hasil Riset kesehatan dasar
(Riskesdas) yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
(Depkes, 2015)
Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga
meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen (Stroke forum, 2015). Stroke
merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (American Heart
Association, 2014).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar tujuh per mil dan
yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi,
sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi 2 Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI
Jakarta masing-masing 9,7 per mil sedangkan Sumatera Barat 7,4 per mil. Prevalensi
stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan

1
(17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar
16 per mil sedangkan Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil.
Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi
kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1
per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan
Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan
hampir sama (Kemenkes, 2013).
Sebagai penyebab kematian dan kecacatan, penyakit peredaran darah otak
menempati angka yang tinggi, terutama pada orang tua. Di negara yang telah maju
(USA) menempati tempat ketiga sebagai kausa kematia setelah penyakit jantung
koroner dan kanker.

Dikemukakan terdapat 500.000 stroke baru setiap tahunnya dan 200.000 di


negara itu angka tersebut mendekati 11%. Diperkirakan prevalensi 20 per 1000 pada
tingkat umur 45-56,60 per 1000 pada golongan umur 65-74 tahun dan pada 95 per 1000
pada golongan umur 75-85 tahun. Sebagai penyeban morbiditas, stroke diperkirakan
terdapat 1,6 juta penduduk Amerika, dimana 40% memerlukan pelayanan khusus
dengan 10% memerlukan perawatan totol. Menurut dia dari 28 rumah sakit di Indonesia
ternyata bahwa kaum pria lebih banyak menderita penyakit stroke dibandingkan wanita
(Price,2000)

Pada tahun 2010, diperkirakan 7,6 juta orang meninggal karena stroke dan
penigkatan teringgi akan terjadi di negara-negara berkembang terutama di Asia Pasifik
sedangkan di Indonesia terjadi sekitar 800-100 kasus taip tahunnya (Wiryanto,2004)

Menurut dari data Sumatera Utara (2002), di Rumah Sakit Adam Malik
kebiasaan merokok menigkatkan resiko terkena stroke sebesar 4 kali atau 16,5%. Salah
seorang penelitian dilakukan Sri Andriana Siregar (2008) ; terdapat 128 pasien stroke di
rumah sakit Adam Malik Medan didapatkan hemiparase sinistra yaitu 46,3% diikuti
oleh hemiparase dekstra 7,8%. Gambaran klinis utama yang berkaitan dengan
insufisiensi arteri otak mungkin berkaitan dengan pengelompokkan gejala dan tanda
buruk yang tercantum dan disebut sindrom neurovaskuler 5,11%.

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan sistem
Syaraf “Stroke” di Ruang RA4 Neurologi di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan sistem Syaraf
“Stroke” di Ruang RA4 Neurologi di RSUP Haji Adam Malik Medan

1.3.2 Khusus
1) Mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien stroke.
2) Mengetahui diagnosa keperawatan keperawatan pada pasien stroke.
3) Mengetahui intervensi keperawatan pada pasien stroke.

Anda mungkin juga menyukai