Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi yang tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat, mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi akan
terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi kendaraan bermotor
khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota, sehingga menambah kepadatan
arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan
kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor.Kecelakaan tersebut
sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur (Sudirman, 2011).
Berdasarkan hasil riset oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, di Indonesia terjadi kasus fraktur yang
disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
benda tajam atau tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur
sebanyak 1.775 orang atau 3,8%, dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang
mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang atau 8,5%, dari 14.127 trauma benda
tajam/tumpul yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang atau 1,7% (Juniartha,
2007).
Fraktur femur didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan
fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha
(Zairin, 2012).
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu lemah (misalnya
oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget)
(Zairin, 2012). Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba
dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,
penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, atau penarikan. Bila terkena

1
kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan
lunak juga pasti rusak.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
muskuloskeletal “Fraktur”?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan muskuloskeletal
“Fraktur”
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien dengan fraktur.
2. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan fraktur.
3. Mengetahui intervensi keperawatan pada pasien dengan fraktur.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Medis


2.1.1 DEFINISI

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh


trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang
/ osteoporosis.

2.1.2 FISIOLOGI / ANATOMI


Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan
acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan
kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua
kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsula
fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan hal yang
penting pada faktur hip. Suplai darah ke femur bervariasi menurut usia. Sumber
utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur
meluas menuju daerah tronkhanter dan bagian bawah dari leher femur.

2.1.3 KLASIFIKASI
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
kapsula.
 Melalui kepala femur (capital fraktur)
 Hanya di bawah kepala femur
 Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
 Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

3
 Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil.

2.1.4 PATOFISIOLOGI

Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa
trauma berupa
yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu :
 Osteoporosis Imperfekta
 Osteoporosis
 Penyakit metabolic
TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan
posisi miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.

2.1.5 TANDA DAN GEJALA


 Nyeri hebat di tempat fraktur
 Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
 Rotasi luar dari kaki lebih pendek
 Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

2.1.6 PENATALAKSANAAN MEDIK


 X.Ray
 Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
 Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
 CCT kalau banyak kerusakan otot.

4
TRAKSI

Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam


jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:

Traksi Manual

Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.

Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot.
Traksi kulit terbatas

untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.

Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi
definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction.
Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit
melalui tulang/jaringan metal.

KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI

Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya :

 Mengurangi nyeri akibat spasme otot


 Memperbaiki dan mencegah deformitas

5
 Immobilisasi
 Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi).
 Mengencangkan pada perlekatannya.
MACAM - MACAM TRAKSI

Traksi Panggul

Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat


puncak iliaka.

Traksi Ekstension (Buck’s Extention)

Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki.
Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau
untuk mengurangi spasme otot.

Traksi Cervikal

Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme.
Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.

Traksi Russell’s

Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan
untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa
digunakan.

Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan
pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.

Traksi khusus untuk anak-anak

Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan
steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas
splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan

6
dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus
yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif.

2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan

PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Perjalanan penyakit
- Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
- Apa penyebabnya, kapan terjadinya kecelakaan atau trauma
- Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
- Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
- Kehilangan fungsi
- Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
- Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid
dalam jangka waktu lama
- Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada
wanita
- Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
- Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
c. Proses pertolongan pertama yang dilakukan
- Pemasangan bidai sebelum memindahkan dan pertahankan gerakan
diatas/di bawah tulang yang fraktur sebelum dipindahkan
- Tinggikan ekstremitas untuk mengurangi edema
2. Pemeriksaan fisik
a. Mengidentifikasi tipe fraktur
b. Inspeksi daerah mana yang terkena
- Deformitas yang nampak jelas
- Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera

7
- Laserasi
- Perubahan warna kulit
- Kehilangan fungsi daerah yang cidera
c. Palpasi
- Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
- Krepitasi
- Nadi, dingin
- Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Potensial terjadinya syok s/d perdarahan yg banyak


2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s/d perubahan fragmen tulang, luka pada
jaringan lunak, pemasangan back slab, stress, dan cemas
3. Potensial infeksi se- hubungan dengan luka terbuka.
4. Gangguan aktivitas sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler skeletal,
nyeri, immobilisasi.
5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosa, dan pengo- batan
sehubungan dengan kesalahan dalam pe- nafsiran, tidak familier dengan
sumber in- formasi.

8
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONALISASI


KEPERAWATAN

1. Potensial terjadinya INDENPENDEN: a)Untuk mengetahui


syok s/d perdarahan yg tanda-tanda syok se-
a)Observasi tanda-tanda
banyak dini mungkin
vital.
b)Untuk menentukan
b)Mengkaji sumber,
tindak an
lokasi, dan banyak-
c)Untuk mengurangi per
nya per darahan
darahan dan men-
c)Memberikan posisi
cegah kekurangan
supinasi
darah ke otak.
d)Memberikan banyak
d)Untuk mencegah ke-
cairan (minum)
kurangan cairan
KOLABORASI:
(mengganti cairan yang
e)Pemberian cairan per hilang)
infus
e)Pemberian cairan per-
f)Pemberian obat koa-
infus.
gulan sia (vit.K,
f)Membantu proses
Adona) dan peng-
pem-bekuan darah dan
hentian perdarahan
untuk menghentikan
dgn fiksasi.
perda-rahan.
g)Pemeriksaan laborato-
g)Untuk mengetahui ka-
rium (Hb, Ht)
dar Hb, Ht apakah
perlu transfusi atau
tidak.
2. Gangguan rasa nyaman: INDEPENDEN: a) Untuk mengetahui
tingkat rasa nyeri
Nyeri s/d perubahan a) Mengkaji karakteris-
sehingga dapat me-
fragmen tulang, luka tik nyeri : lokasi,

9
pada jaringan lunak, durasi, intensitas nentukan jenis
pemasangan back slab, nyeri dengan meng- tindak annya.
stress, dan cemas gunakan skala nyeri b) Mencegah pergeser-
(0-10) an tulang dan pe-
b) Mempertahankan nekanan pada jaring-
im- mobilisasi (back an yang luka.
slab) c) Peningkatan vena
c) Berikan sokongan return, menurunkan
(support) pada edem, dan me-
ektremitas yang ngurangi nyeri.
luka. d) Untuk mempersiap-
d) Menjelaskan seluruh kan mental serta
prosedur di atas agar pasien
KOLABORASI: berpartisipasi pada
setiap tindakan yang
e) Pemberian obat-
akan dilakukan.
obatan analgesik
e) Mengurangi rasa
nyeri
3. Potensial infeksi se- INDEPENDEN: a) Untuk mengetahui
hubungan dengan luka tanda-tanda infeksi.
a) Kaji keadaan luka
terbuka. b) Meminimalkan
(kontinuitas dari
terjadinya
kulit) terhadap ada-
kontaminasi.
nya: edema, rubor,
c) Mencegah kontami-
kalor, dolor, fungsi
nasi dan kemungkin-
laesa.
an infeksi silang.
b) Anjurkan pasien
d) Merupakan indikasi
untuk tidak
adanya osteomilitis.
memegang bagian
e) Lekosit yang me-
yang luka.
ningkat artinya
c) Merawat luka

10
dengan sudah terjadi proses
menggunakan tehnik infeksi
aseptik f) Untuk mencegah ke-
d) Mewaspadai adanya lanjutan terjadinya
keluhan nyeri men- infeksi. dan
dadak, keterbatasan pencegah an tetanus.
gerak, edema lokal, g) Mempercepat proses
eritema pada daerah penyembuhan luka
luka. dan dan penyegahan
KOLABORASI: peningkatan infeksi.

e) Pemeriksaan darah :
leokosit
f) Pemberian obat-
obatan :
antibiotika dan TT
(Toksoid Tetanus)

g) Persiapan untuk
operasi sesuai
indikasi
4. Gangguan aktivitas INDEPENDEN: a) Pasien akan mem-
sehubungan dengan batasi gerak karena
a) Kaji tingkat im-
kerusakan salah persepsi
mobilisasi yang
neuromuskuler skeletal, (persepsi tidak pro-
disebabkan oleh
nyeri, immobilisasi. posional)
edema dan persepsi
b) Memberikan ke-
pasien tentang
sempatan untuk me-
immobilisasi ter-
ngeluarkan energi,
sebut.
memusatkan per-
b) Mendorong parti-
hatian,
sipasi dalam
meningkatkan

11
aktivitas rekreasi perasaan mengontrol
(menonton TV, diri pasien dan
membaca kora, dll ). membantu dalam
c) Menganjurkan mengurangi isolasi
pasien untuk sosial.
melakukan latihan c) Meningkatkan aliran
pasif dan aktif pada darah ke otot dan
yang cedera maupun tulang untuk me-
yang tidak. ningkatkan tonus
d) Membantu pasien otot,
dalam perawatan diri mempertahankan
e) Auskultasi bising mobilitas sendi,
usus, monitor men- cegah
kebiasa an eliminasi kontraktur / atropi
dan menganjurkan dan reapsorbsi Ca
agar b.a.b. teratur. yang tidak
f) Memberikan diit digunakan.
tinggi protein , d) Meningkatkan ke-
vitamin , dan mi- kuatan dan sirkulasi
neral. otot, meningkatkan
KOLABORASI : pasien dalam me-
ngontrol situasi, me-
g) Konsul dengan bagi-
ningkatkan kemauan
an fisioterapi
pasien untuk
sembuh.
e) Bedrest, penggunaan
analgetika dan pe-
rubahan diit dapat
menyebabkan
penurunan peristaltik
usus dan konstipasi.

12
f) Mempercepat proses
penyembuhan,
mencegah
penurunan BB,
karena pada
immobilisasi
biasanya terjadi
penurunan BB (20 -
30 lb).
Catatan : Untuk sudah
dilakukan traksi.

g) Untuk menentukan
program latihan.
5. Kurangnya pengetahuan INDEPENDEN: a) Pasien mengetahui
tentang kondisi, kondisi saat ini dan
a) Menjelaskan tentang
prognosa, dan pengo- hari depan sehingga
kelainan yang
batan sehubungan pasien dapat
muncul prognosa,
dengan kesalahan dalam menentu kan pilihan.
dan harap- an yang
pe- nafsiran, tidak b) Sebagian besar
akan datang.
familier dengan sumber fraktur memerlukan
b) Memberikan dukung
in- formasi. penopang dan fiksasi
an cara-cara mobili-
selama proses pe-
sasi dan ambulasi
nyembuhan sehingga
sebagaimana yang
keterlambatan pe-
dianjurkan oleh
nyembuhan disebab-
bagi- an fisioterapi.
kan oleh
c) Memilah-milah
penggunaan alat
aktif- itas yang bisa
bantu yang kurang
mandiri dan yang
tepat.
harus dibantu.
c) Mengorganisasikan
d) Mengidentifikasi pe-

13
layanan umum yang kegiatan yang
tersedia seperti team diperlu kan dan
rehabilitasi, perawat siapa yang perlu
keluarga (home menolongnya.
care) (apakah fisioterapi,
e) Mendiskusikan perawat atau ke-
tentang perawatan luarga).
lanjutan. d) Membantu meng-
fasilitaskan perawa-
tan mandiri memberi
support untuk man-
diri.
e) Penyembuhan
fraktur tulang
kemungkinan lama
(kurang lebih 1
tahun) sehingga
perlu disiapkan
untuk perencanaan
perawatan lanjutan
dan pasien koopratif.

14
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II PADA PASIEN
POST FRAKTUR FEMUR DEXTRA DENGAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN DI RUANG OK IBP
RSUP. H ADAM MALIK
TAHUN 2018

DATA PASIEN :
Nama : Ny. N
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl Masuk Rs : 01-11-2018
No.Rekam Medis : 00.75.84.81
Diagnosa Keperawatan : Post Fraktur Femur Dextra

A. Data Fokus
Data Subyektif : Pasien mengeluh tidak bisa menggerakan kaki
Data Objekstif :
Sens : Compos Mentis
HR : 92x/i
T : 36,9℃
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/i
Skala nyeri : 5

B. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri b.d kerusakan neuromuscular, gerakan fragmen tulang, edema, cedera
jaringan lunak, pemasangan traksi

C. Implementasi Keperawatan
1. Nyeri b.d adanya luka insisi bedah
Tujuan : Nyeri berkurang dan terkontrol

15
Kriteria Hasil :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang
2. Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah terhadap nyeri
3. Tanda vital dalam batas normal
Implementasi :
1. Mengkaji skala nyeri
2. Observasi tanda – tanda non verbal atau isyarat ketidaknyamanan
3. Mengkaji Tanda – Tanda Vital Klien

16

Anda mungkin juga menyukai