SKRIPSI
Oleh :
Nama : Debi Putri Kenanga
NIM : 14.05.52.0026
Program Studi : S.1 Akuntansi
PENDAHULUAN
ketat di dunia. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk mampu bersaing dan
salah satu sumber informasi yang digunakan oleh pihak eksternal dalam menilai
pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi pihak internal maupun pihak
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat
investasi bagi para investor dan membuat keputusan pemberian kredit bagi para
yang dibuat oleh pihak manajemen terhadap penggunaan atas seluruh sumber
sebesar 5.02% pada tahun 2016. Angka ini lebih tinggi dari tahun 2015 yang
dikoreksi sebesar 4,88%. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak terlepas dari
bahkan pada saat krisis finansial global yaitu ketika kondisi ekonomi kebanyakan
ranking 10 besar negara industri manufaktur di dunia atau top ten manufacturers
tahun 2015 mencapai 4,79%. Adapun untuk kuartal IV-2015, ekonomi tumbuh
5,04% lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang hanya 4,73%. Kepala BPS
Suryamin menuturkan, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
konstan (ADHK) mencapai Rp 2.270,4 triliun. Sedangkan PDB atas dasar harga
IV-2015 dipengaruhi faktor situasi dalam negeri. Pertama, inflasi Desember 2015
yang mencapai 3,35% year on year. Kedua, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
yang menguat 5,88 point to point pada akhir kuartal IV dibandingkan kuartal III-
2015. Selain itu, realisasi belanja pemerintah meningkat sebesar 6,37% secara
year on year. Karena ada belanja infrastruktur yang cukup besar (di kuartal IV).
Faktor lain yaitu realisasi penerimaan pajak yang mencapai Rp 439,39 triliun pada
kuartal IV-2015, dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp
secara nilai Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2016 berdasarkan Atas
4,02%, yang mana secara nominal berdasarkan ADHK sebesar Rp 2.262,3 triliun
dan berdasarkan ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) sebesar Rp 2.942 triliun,"
minyak mentah Indonesia (ICP) naik dari 30,20 dollar AS per barel pada kuartal I-
2016 menjadi 42,13 dollar AS pada kuartal II-2016. BPS juga mencatat bahwa
ada pengaruh inflasi sebesar 0,44% quarter to quarter, dan suku bunga acuan
Bank Indonesia (BI rate) yang turun dari 6,75% pada Maret 2016 menjadi 6,50%
pada Juni 2016. "Faktor domestik lainnya yakni realisasi belanja pemerintah
(APBN) pada kuartal II-2016 yang mencapai Rp 474,28 triliun. Angka ini naik
dari realisasi belanja pemerintah pada kuartal II-2015 yang hanya Rp 384,74
triliun)," imbuh Suryamin. Dari sisi investasi, realisasi penanaman modal asing
(PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) kuartal II-2016 sebesar
Rp 151,6 triliun, atau naik sebesar 3,5% quarter to quarter dan naik 12,3% year
on year. Pada kuartal II-2016 juga terjadi pergeseran panen raya tanaman pangan
quarter to quarter menjadi 316.351 unit. Produksi semen pada kuartal II-2016
juga naik 3,34% quarter to quarter menjadi 14,40 juta ton. Jumlah wisatawan
kuartal II-2016. Jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia mencapai 2,67 juta
kunjungan atau naik 2,15% quarter to quarter dan naik 5,83% year on year
(Kompas.com, 2016).
bukan pertanda yang baik. Peningkatan ini justru disinyalkan akan meningkatkan
manufaktur yang meningkat disertai inflasi yang dibawah rata-rata stabil. Suatu
keadaan dapat dikatakan inflasi jika kenaikan harga terjadi secara umum dan
bersifat terus-menerus. Oleh sebab itu, perusahaan yang labanya selalu mengalami
kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengalami kenaikan laba.
dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi risiko.
pemilik atau pihak lain dalam menaksir earnings power perusahaan di masa yang
akan datang. Adanya kecenderungan lebih memperhatikan laba ini disadari oleh
management).
kesejahteraan pihak manajemen dan nilai suatu perusahaan (Pasaribu dkk., 2016).
faktor inheren dari kebijakan akuntansi namun tetap berada dalam koridor GAAP
2016).
antara kepentingan manager (agen) dan kepentingan pemegang saham. Salah satu
tersebut adalah dengan menerapkan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik
adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak manajerial perusahaan.
saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari
keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung risiko apabila ada
kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah
Namun demikian, hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian lainnya yang
laba.
saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (Indriastuti, 2012).
manajemen laba. Namun demikian, hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian
manajemen laba.
Salah satu penyebab manajemen laba adalah leverage. Dengan adanya
leverage hal itu dapat menunjukan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai
oleh hutang. Leverage / hutang yang digunakan secara efektif dan efisien akan
menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu terjadinya praktik
manajemen laba. Leverage diukur dengan cara perbandingan total hutang dengan
total aset.
menjual saham di pasar modal adalah melalui sumber dana eksternal berupa
penilaian yang baik dari kreditur. Hal ini kemudian dapat memotivasi manajer
(Jao dan Pagalung, 2011) dalam (Pasaribu dkk., 2016). Semakin tinggi leverage
akan semakin tinggi tindakan manajemen laba, karena keinginan manajemen agar
mencapai laba yang tinggi walaupun tingkat hutang tinggi, sehingga para kreditur
operasi (Pasaribu dkk., 2016). Dengan keadaan seperti itu, perusahaan cenderung
akan menampilkan kinerja yang baik dengan melakukan manajemen laba untuk
membayar kewajibannya.
oleh Marlisa dan Fuadati (2016), Mahiswari dan Nugroho (2014) mengungkapkan
perusahaan, maka seharusnya hubungan yang terjadi adalah positif. Salah satu
cara untuk memonitoring praktik manajemen laba adalah dengan melakukan audit
ketelitian yang lebih tinggi untuk menjaga kepercayaan masyarakat (Purwanti dan
Rahardjo, 2012).
Namun demikian, hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian lainnya yang
dari tahun 2015 sebesar 4,88% naik menjadi 5,02% di tahun 2016. Peningkatan
ini akan meningkatkan inflasi di Indonesia. Oleh sebab itu, perusahaan yang
secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris
dan kualitas auditor terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
dimaksudkan untuk:
manajemen laba .
manajemen laba.
laba.
antara lain:
a. Bagi Investor
Corporate Governance dan Leverage, serta kualitas audit kepada investor untuk
lebih berhati-hati dalam menilai laporan keuangan perusahaan sebagai langkah
Informasi laba ini sering menjadi target rekayasa tindakan oportunis manajemen
kewajiban untuk menjaga lingkungan dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh
keuangan, maka perlu dilakukan tata pengelolaan perusahaan yang baik (good
corporate governance) (Jao dan Pagalung, 2011) dalam (Pasaribu dkk, 2016).
informasi daripada prinsipal. Hal ini dikarenakan prinsipal tidak dapat mengamati
kegiatan yang dilakukan agen secara terus-menerus dan berkala. Karena prinsipal
tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen, maka prinsipal tidak
pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada
hasil aktual perusahaan. Situasi inilah yang disebut asimetri informasi. Konflik
semua pihak, khususnya apabila setiap pihak menjalankan hak dan kewajibannya
secara bertanggung jawab. Namun yang terjadi justru sebaliknya, yaitu munculnya
permasalahan agensi (agency problem) antara pemilik dan pengelola perusahaan.
Permasalahan ini muncul karena ada pihak yang lebih mengutamakan kepentingan
lain yang mempunyai hubungan dengan perusahaan, yaitu calon investor, kreditur,
tiga jenis strategi, sering kali manajer melakukan satu atau kombinasi dari tiga
strategi ini pada waktu yang berbeda untuk mencapai tujuan manajemen laba
dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik.
Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode. Pada
sehingga dapat meningkatkan laba. Kasus yang terjadi adalah perusahaan dapat
melaporkan laba yang lebih tinggi berdasarkan manajemen laba yang agresif
sepanjang periode waktu yang panjang. Selain itu, perusahaan dapat melakukan
membalik akrual sekaligus pada satu saat pembebanan. Pembebanan satu saat ini
sering kali dilaporkan “di bawah laba bersih” (below the line), sehingga
periode ini.
mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja
yang buruk (sering kali pada masa resesi di mana perusahaan lain juga
melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak
biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi big bath
juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode
sebelumnya. Oleh karena sifat big bath yang tidak biasa dan tidak berulang,
Perataan laba merupakan bentuk umum manajemen laba pada strategi ini,
flutuasinya. Perataan laba juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada
periode baik dengan menciptakan cadangan atau “bank” laba dan kemudian
melaporkan laba ini saat periode buruk. Banyak perusahaan menggunakan bentuk
terkait dengan laba yang dilaporkan, meningkatkan harga saham, dan usaha
a. Insentif Perjanjian
Perjanjian bonus biasanya memiliki batas atas dan bawah, artinya manajer tidak
mendapat bonus jika laba lebih rendah dari batas bawah dan tidak mendapatkan
bonus tambahan saat laba lebih tinggi dari batas atas. Hal ini berarti manajer
laba yang belum diubah terkait dengan batas atas dan bawah ini. Jika laba yang
belum diubah berada di antara batas atas dan bawah, manajer memiliki insentif
untuk meningkatkan laba. Saat laba lebih tinggi dari batas atas atau lebih lebih
rendah dari batas bawah, manajer memiliki insentif untuk menurunkan laba dan
saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian tertentu seperti merger yang
akan dilakukan atau penawaran surat berharga, atau rencana untuk menjual saham
menurunkan persepsi pasar akan risiko dan menurunkan biaya modal. Salah satu
insentif manajemen laba yang terkait lainnya adalah untuk melampaui ekspektasi
pasar.
c. Insentif Lain
undang antimonopoli dan IRS. Selain itu, perusahaan dapat menurunkan laba
permintaan serikat buruh. Salah satu insentif manajemen laba lainnya adalah
komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan
komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai dengan kebijakan
diinginkan (Christiani dan Yeterina, 2014) dalam (Marlisa dan Fuadati, 2016).
hipotesis motivasi manajemen laba, yaitu hipotesis program bonus (the bonus
plan hypotesis), hipotesis perjanjian utang (the debt covenant hypotesis), dan
prestasi ekonomi yang dicapai oleh perusahaan (Guna dan Herawaty, 2010) dalam
struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola usaha dalam rangka
entinitas bisnis dalam masyarakat dan stakeholders (Marlisa dan Fuadati, 2016).
governance dalam arti sempit meliputi dua aspek, yaitu aspek governance
structure atau board structure dan aspek governance process atau governance
yaitu adanya sistem dan struktur yang menjamin berjalannya fungsi dari organ-
organ perusahaan (RUPS, komisaris dan direksi) secara seimbang. Hal yang
pemegang saham secara adil, pengendalian yang efektif oleh dewan komisaris,
perusahaan kepada para pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Hal ini
yang ada. Untuk merealisasikan sasaran tersebut digunakan empat prinsip utama
memiliki banyak pemilik saham, maka kelompok besar individu tersebut sudah
jelas tidak dapat berpartisipasi dengan aktif dalam manajemen perusahaan sehari-
hari. Karenanya, mereka memilih dewan komisaris, yang memilih dan mengawasi
manajer perusahaan. Hal ini memberikan stabilitas bagi perusahaan yang tidak
perusahaan publik antara lain terdiri dari dana pensiun, perusahaan asuransi,
perusahaan dana reksa, mutual trust, unit trust dan investment fund yang dibentuk
berharga termasuk saham, bank juga termasuk dalam daftar investor institusional.
Sutojo dan Alridge (2005: 217) juga menjelaskan mengenai peranan
control).
2.1.6 Leverage
memperoleh penilaian yang baik dari kreditur. Hal ini kemudian dapat memotivasi
hutang (Jao dan Pagalung, 2011) dalam (Pasaribu dkk, 2016). Leverage
asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas (Triyono dkk,2011) dalam
leverage ini dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada
biaya aset dan sumber dananya. Dengan demikian penggunaan leverage akan
lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan
ketidakselarasan antara prinsipal dan agen dengan cara menggunakan pihak luar
penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan.
Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul
dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer)Salah satu cara untuk
yang akan dipriksa dan dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah
ditetapkan, kriteria yang digunakan adalah prinsip akutansi berlaku umum (Sari
yang akurat. Informasi yang akurat adalah informasi yang bisa dengan tepat
menunjukkan nilai perusahaan. Karena opini yang diberikan oleh auditor atas
hasil audit yang dilakukan tersebut sangat berguna bagi para pemakai laporan
berkualitas akan mengaudit perusahaan dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi
pendukung teori yang sudah ada dan digunakan dalam mengkaji penelitian yang
penelitian yang ada. Selain itu, karena pendekatan yang digunakan dalam
yang ada serta cara pandang mengenai objek-objek tertentu, sehingga meskipun
terdapat kesamaan maupun perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan dapat
disinergikan untuk saling melengkapi. Dalam hal ini, penelitian terdahulu yang
dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah manajemen laba. Oleh karena itu,
yang akan diuji dalam penelitian ini diringkas dalam tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang praktik manajemen laba
Gambar 2.1
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Leverage, dan
Kualitas Auditor Terhadap Manajemen Laba
manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan
manajer yang menanggung risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Anggraeni dan Hadiprajitno,
2016).
peluang terjadinya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer yang
laba.
laba.
menjual saham di pasar modal adalah memlalui sumber dana eksternal berupa
Semakin besar rasio leverage, maka semakin besar proporsi aktiva yang
dibiayai oleh hutang atau semakin besar hutang yang ada di dalam bagian aktiva
default bagi perusahaan tersebut, maka dari itu perusahaan akan berusaha
Hal ini sesuai dengan pengujian leverage oleh Pasaribu dkk., (2016) dan
integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen (Marlisa
klien (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009) dalam Purwanti dan Rahardjo (2012).
Hal ini sesuai dengan pengujian kualitas auditor oleh Indriastuti (2012)
dan Purwanti dan Rahardjo (2012) yang membuktikan bahwa kualitas auditor
METODE PENELITIAN
3.1.1 Populasi
Indonesia (BEI).
3.1.2 Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari
populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel
a. Data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah diaudit yang harus
b. Data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang telah diaudit yang harus
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.
Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari penelitian secara tidak
langsung melalui media perantara yang didapatkan dari segala media sumber
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015 sampai
2016. Sumber data laporan keuangan tersebut diperoleh dari website resmi Bursa
dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah informasi dari catatan penting baik dari
keuangan yang dibutuhkan. Data akan dicatat dan dipilih sesuai dengan kriteria
sampel.
dalam teori agensi. Hal ini dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi
besaran yang berbeda pula, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai
pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal
tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang
2014).
3) Leverage (LEV)
Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan
(Mahiswari dan Nugroho 2014). Semakin tinggi leverage akan semakin tinggi
dikelola terlihat memanfaatkan hutang dengan baik sehingga mencapai laba yang
tinggi walaupun tingkat hutang tinggi, sehingga para kreditur bersedia selalu
diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu KAP Big Four dan KAP Non Big Four.
Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam kelompok big four adalah:
Tabel 3.1
1) Manajemen Laba
CFit = arus kas operasi (cash flow of operation) perusahaan i pada periode t
Total accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least
Square) adalah:
TACt/TAt1=(β)1(1/TAt1)+(β)2(ΔSALt/TAt1)+(β)3(PPEt/Tat1)+e............. (2)
Keterangan:
Keterangan:
Keterangan:
dimiliki oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan (Soraya dan Harto, 2014)
dimiliki dibagi dengan jumlah saham yang telah diterbitkan oleh perusahaan
Rasio leverage dihitung dengan cara membagi antara total hutang dengan
total asset (Mahiswari dan Nugroho 2014). Leverage dilambangkan dengan LEV.
Total Hutang
LEV =
Total Aktiva
indikasi manajemen laba yang dilakukan (Purwanti dan Rahardjo, 2012). Kualitas
variabel dummy. Auditor perusahaan yang tergabung dalam KAP Big Four atau
afiliasinya akan diberikan nilai 1, sedangkan untuk KAP Non Big Four diberikan
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Jenis analisis ini
digunakan untuk mengolah data berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang
tingkah laku manusia yang bisa diamati. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum dan minimum, sum, range, kurtosis
Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2016:154). Untuk mendeteksi
apakah data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini menggunakan analisis
statistik.
menguji normalitas residual yaitu dengan uji statistik sederhana dengan melihat
nilai skewness dan kurtosis dari residual (Ghozali, 2016:156). Nilai z statistik
𝑆𝑘𝑒𝑤𝑛𝑒𝑠𝑠
Zskewness=
√6/𝑁
𝐾𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠
Zkurtosis =
√24/𝑁
N: jumlah kasus
Selanjutnya, untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak
a. Jika data memiliki nilai Z-Skewness < -1,96 berarti data memiliki
kecondongan kanan.
b. Jika data memiliki nilai Z-Skewness > +1,96 berarti data memiliki
kecondongan kiri.
c. Jika data memiliki nilai Z-Skewness antara -1,96 dan +1,96 berarti data
mendekati simetris.
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat
yang harus di penuhi adalah data tersebut harus terdistribusikan secara normal,
pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik tersebut terdiri dari uji
a. Uji Multikolonieritas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
uji Variance Inflation Factor (VIF) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
VIF = 1/Tolerance
gejala multikolonieritas adalah apabila memiliki nilai tolerance > 0,10 atau sama
b. Uji Heteroskedastisitas
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yaitu dengan mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel
|Ut| =a + BXt + vt
Jika variabel independen memiliki signifikan > 0,05, maka model regresi
t-1 (sebelumnya) dalam model regresi linear. Jika terjadi korelasi, maka
Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Durbin-
Watson. Menurut Ghozali (20116:108) uji Durbin Watson hanya digunakan untuk
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara
Tabel 3.3
Kriteria Autokorelasi Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < d1
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan d1 < d < du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – d1 – d – 4
Tidak ada korelasi negatife Tidak ada keputusan 4 – du ≤ d ≤ 4 – d1
Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber : Ghozali, 2016
Berikut ini adalah daerah pengujian Durbin Watson:
Tabel 3.4
Daerah Uji Autokorelasi Durbin Watson
Keterangan:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
4) Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
analisis dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda yang digunakan
nilai tetap (Ghozali, 2011). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk
(KI), leverage (LEV), dan kualitas audit (KUA) sebagai variabel independen
DTACt =α+β1KM+β2KI+β3LEV+β4KUA+ e
Keterangan:
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai Adjusted R² yang kecil
satu variabel independen, maka Adjusted R² pasti meningkat tidak peduli apakah
Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai
Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak
seperti nilai Adjusted R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu
dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji empiris
didapat nilai Adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 =
k)/(n-k). Jika k > 1, maka Adjusted R2 akan bernilai negatif (Ghozali, 2016:96).
1) Ha: β1, β2 , β3 , β4 , β5 , β6 , β7 ≠ 0
dependen.
nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka variabel independen signifikan
pengujian untuk menerima atau menolak hipotesis yang ada adalah sebagai
berikut:
1) Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka Ha diterima, artinya terdapat pengaruh
2) Jika nilai signifikansi t > 0,05 maka Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahan manufaktur yang
data yang didapat dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
Tabel 4.1
memenuhi kriteria.
perusahaan yang tidak memenuhi kriteria, sehingga pada data hasil sampel yang
ditetapkan diperoleh sebanyak….. perusahaan manufaktur sebagai jumlah
observasi penelitian.