PENDAHULUAN
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah. Oleh sebab itu,
penerimaan pajak dalam APBN setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Hal
ini terbukti pada 2009, penerimaan pajak dalam APBN sebesar 725,84 triliun
rupiah. Dengan demikian pajak berperan 74% dari keseluruhan penerimaan APBN
yang sebesar 985,73 triliun rupiah. Sedangkan pada 2010 dengan penerimaan
Pajak (WP) badan maupun perseorangan cenderung untuk selalu membayar pajak
pada tahun 1983, dan sejak saat itulah Indonesia menganut sistem self assesment,
1
yaitu suatu sistem yang memberikan kepercayaan kepada WP untuk menentukan
sendiri besarnya pajak terutang. Sistem tersebut secara tidak langsung tentunya
hukum.
Disamping itu, dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak
penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) yang disampaikan wajib pajak. Hal
dan wajib pajak yang wajib melaporkan SPT sebanyak 14.101.933 sehingga rasio
kepatuhan sebesar 58,16%. Pencapaian rasio kepatuhan pada 2010 tersebut sudah
melebihi target di 2010 yang sebesar 57,5%. Pada tahun 2009 SPT PPh yang
SPT Tahunan, hal tersebut belum dapat menunjukkan kepatuhan wajib pajak
2
Pribadi akan berbanding lurus dengan besarnya penerimaan pajak berdasar SPT
terkait. Disamping peran serta aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut
kesadaran dari para wajib pajak itu sendiri. Salah satu pemicunya adalah asas
dinikmati oleh para wajib pajak. Hal ini disebabkan masyarakat tidak memahami
pemenuhan kewajiban perpajakan dari para wajib pajak bukan hanya sekedar
sebagai wacana. Lebih dari itu, sudah seharusnya juga memandang kepatuhan
dalam melapor dan membayar pajak sebagai objek sorotan secara objektif.
Perlakuan tersebut memang tidak berarti akan menempatkan wajib pajak dipihak
yang lebih baik, tetapi perlu menjadi analisa lebih lanjut karena ketidakpatuhan
faktor-faktor penyebabnya.
3
Kepatuhan perpajakan pada prinsipnya adalah tindakan wajib pajak
suatu negara (Maruf, 2009). Namun, sampai sekarang masih banyak warga
masyarakat untuk menjadi wajib pajak yang patuh membayar pajak, tetapi akan
pajak.
Persepsi keliru tentang pajak ini, dapat mempengaruhi kepatuhan wajib
kemudian melakukan reformasi pajak (tax reform) yang bertujuan agar sistem
tarif pajak dan cara pembayaran kepada aparat pajak. Dengan demikian
berlaku efektif mulai tanggal 01 Januari 2009. Dimana poin penting yang
Penghasilan (tarif PPh). Sebagaimana diketahui tarif PPh Badan menjadi 28% dan
pada 2010 turun lagi menjadi 25% dari sebelumnya tarif progresif 10%-30%.
Sedangkan untuk tarif PPh Orang Pribadi mengalami penurunan 35% tertinggi
4
menjadi 30% dan semakin diuntungkan dengan perubahan lapisan penghasilan
oleh para peneliti, seperti penelitian yang dilakukan oleh Mas’ut (2004). Mas’ut
(2004) melakukan studi empiris tentang kepatuhan wajib pajak orang pribadi
penghasilan tahun 2000 dan perubahan penghasilan tidak kena pajak), dapat
mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak yang diukur dengan menggunakan jenis
income (endowed income vs earned income) dan perubahan tarif pajak. Hasil
Sebaliknya ketika wajib pajak menerima pendapatan dengan kerja keras maka
pajak. Oleh karenanya, pemeriksaan pajak menjadi salah satu instrumen untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak, baik formal maupun material dari
5
kepatuhan perpajakan seorang wajib pajak. Kepatuhan ini akan berdampak baik
penerimaan pajak.
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian dari John Hutagaol, Wing
Kepatuhan Wajib Pajak”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan
tidaknya pemerintah menghimpun dana dari sektor pajak sangat tergantung pada
kepatuhan dari wajib pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor
khususnya pada wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan uraian tersebut penelitian
Jepara)”.
6
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian dan penulisan skripsi ini
untuk mengetahui :
1. Untuk menganalisis pengaruh perubahan tarif pajak terhadap kepatuhan
7
6. Untuk menganalisis pengaruh penegakan hukum pajak terhadap
b. Manfaat Praktik
tindakan yang dapat diambil oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jepara
dilayaninya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan niat untuk berperilaku itu muncul karena ditentukan oleh 3 faktor
penentu yaitu: (1) behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari
suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut (beliefs strength and outcome
evaluation), (2) normatif beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang
lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs and
motivation to comply), dan (3) control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan
(control beliefs) dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung
menghambat pada saat perilaku ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri
positif atau negatif terhadap suatu objek, normative beliefs menghasilkan tekanan
sebenarnya dimiliki oleh seseorang. Namun, teori ini lebih menekankan pengaruh-
9
pengaruh yang mungkin dari kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam
terjadi.
Alasan dipilihnya model kerangka Theory of Planned Behavior ini adalah
karena model Theory of Planned Behavior merupakan suatu model teori perilaku
Sedangkan menurut Zain (2003:31) kepatuhan wajib pajak adalah suatu iklim
situasi dimana wajib pajak paham dan berusaha untuk memahami semua
dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar
material:
10
a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
“suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
Nurmantu, yakni:
“Kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah
suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal
sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan
batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh)
Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila wajib pajak telah melaporkan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum atau pada tanggal
31 Maret maka wajib pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya
belumtentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana wajib
pajak secara substantive memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni
sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi
kepatuhan formal. Wajib pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib
pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT)
sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir”
.
Menurut Nasucha (2004), kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari
dan Feinstin (1994) seperti dikutip Chaizi Nasucha, menggunakan teori psikologi
dalam kepatuhan wajib pajak, yaitu rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib
pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan
11
Isu kepatuhan dan hal-hal yang menyebabkan ketidakpatuhan serta upaya
dengan fraud dan illegal yang disebut tax evasion, maupun penghindaran pajak
tidak dengan fraud dan dilakukan secara legal yang disebut tax avoidance. Pada
akhirnya tax evasion dan tax avoidance mempunyai akibat yang sama, yaitu
oleh Sofyan (2005), pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh
kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax
mendorong kepatuhan wajib pajak melalui dua cara yaitu pertama, wajib pajak
patuh karena mendapatkan pelayanan yang baik, cepat, dan menyenangkan serta
pajak yang mereka bayar akan bermanfaat bagi pembangunan bangsa. Kedua,
wajib pajak akan patuh karena mereka berpikir bahwa mereka akan mendapat
sanksi berat akibat pajak yang tidak mereka laporkan terdeteksi sistem informasi
instansi lain.
192/PMK.03/2007 tentang tata cara penetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu
pasal 1 disebutkan bahwa wajib pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya
12
disebut sebagai wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan;
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan
Nomor SE-2/PJ./2008 tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria
Tertentu. Dalam surat edaran tersebut tertera definisi wajib pajak patuh dan juga
kriteria wajib pajak patuh yang tertuang dalam bagian I nomor 1 dan 2 sebagai
berikut:
a. Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
tentang Tata Cara Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam
13
Kriteria Tertentu dalam Rangka Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
tahun terakhir;
b) Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat dalam tahun
terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3
(tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; dan
c) Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud pada
sebelum penetapan sebagai wajib pajak patuh dan tidak termasuk utang
(long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan
Tahunan; dan
b) Pendapat Akuntan atas Laporan Keuangan yang diaudit ditandatangani
14
4) Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
Pajak
tertentu yang mengurangi jumlah pendapatan tertentu wajib pajak, atau tarif
yang digunakan untuk menghitung pajak terutang. Tarif pajak sebagai dasar
perhitungan dan pengenaan pajak. Pada lapisan penghasilan yang sama, tinggi
atau rendahnya tarif pajak akan berpengaruh terhadap besar atau kecilnya
beban pajak. Besarnya beban pajak ini akan menghasilkan sisa penghasilan
yang dapat dinikmati oleh wajib pajak menjadi lebih kecil dan sebaliknya.
b. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah batas hidup minimum yang
wajib dipenuhi oleh seseorang untuk dapat hidup layak sehingga tidak dapat
diganggu gugat oleh siapapun. PTKP merupakan salah satu fasilitas dalam
15
income), dan penghasilan yang diterima setelah melakukan kerja keras (earned
income).
d. Pemeriksaan Pajak
Definisi pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000, Pasal 1 angka 24, adalah :
“Serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau
perundang-undangan”.
e. Penegakan Hukum
Definisi hukum pada dasarnya adalah himpunan peraturan larangan dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat. Dalam kamus Bahasa Indonesia,
penegakan diartikan sebagai pelurusan, dari kata tegak yang artinya lurus.
16
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan peraturan perpajakan, mengingat
yang dananya berasal dari kelebihan pembayaran pajak yang telah disetor ke
berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai
pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Pajak adalah iuran atau
pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa
pajak menurut Andiani yang telah diterjemahkan oleh Brotodiharjo yaitu iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
pajak, yaitu:
17
a. Pajak peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah.
b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, dan pelaksanaannya dapat bersifat
dipaksakan.
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
daerah.
e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
investasi publik.
f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari
pemerintah.
g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
Berdasar ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, terlihat adanya dua
di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu pengenaan pajak yang lebih
Wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
Seseorang atau suatu badan adalah wajib pajak apabila terkena ketentuan
18
mengenai subyek pajak dan obyek pajak dalam perundang-undangan perpajakan
memenuhi syarat-syarat objektif. Orang atau Badan (Subjek Pajak) yang hanya
memenuhi syarat subjektif saja belum dapat dikatakan sebagai Wajib Pajak sebab
untuk menjadi Wajib Pajak, Subjek Pajak juga harus memenuhi syarat objektif,
sarana peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
1984:4).
Sistem perpajakan suatu negara terdiri atas tiga unsur, yakni Tax Policy,
Tax Law dan Tax Administration. Sistem perpajakan dapat disebut sebagai metoda
atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat
mengalir ke kas Negara. Sistem pemungutan pajak menurut Ilyas dan Burton
(2004) yakni:
a. Official Assesment System yakni sistem pemungutan pajak yang memberi
19
b. Semi Self Assessment System yakni suatu sistem pemungutan pajak yang
terutang.
sebagai persen tertentu yang mengurangi jumlah pendapatan tertentu Wajib Pajak.
Atau tarif yang digunakan untuk menghitung pajak terutang (tax liability). Tarif
Pajak sebagai dasar perhitungan dan pengenaan pajak. Misalnya pada Maret 2008
adalah sebesar Rp 9,550,000. PT. Astragraphia menerima bukti potong PPh Pasal
berpengaruh terhadap besar atau kecilnya beban pajak. Besarnya beban pajak ini
akan menghasilkan sisa penghasilan yang dapat dinikmati oleh wajib pajak
menjadi lebih kecil dan sebaliknya. Dari contoh diatas, pada tingkat pendapatan
yang sama Rp 10,000,000, di tahun 2009 pendapatan bersih setelah pajak PT.
20
Astragraphia yang diperoleh dari jasa servis mesin photocopy akan meningkat
tax rate PPh Pasal 23 atas jasa servis mesin photocopy menjadi 2% atau 2.5%
sistem perpajakan adalah sistem distribusi beban pajak pada berbagai golongan
pendapatan dalam masyarakat. Pada umumnya keadilan dalam sistem pajak selalu
didasarkan pada tolok ukur kemampuan seseorang untuk membayar pajak, atau
dengan kata lain didasarkan pada tingkat pendapatan atau pengeluarannya. Sistem
pajak yang ada harus dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
ditanggungnya.
Pajak Penghasilan (PPh) mempunyai lapisan tarif yang lebih banyak
dibandingkan dengan golongan pajak lainnya, seperti Pajak Pertambahan Nilai &
Pajak Penjualan (PPN & PPn BM), Pajak Bumi & Bangunan (PBB), dan Bea
Meterai (BM). Besarnya tarif PPh ini mengikuti lapisan penghasilan yang
dijadikan Dasar Pengenaan Pajak / DPP (Tax Imposition Base) sebagai tolok ukur
kemampuan seseorang. Atau dengan kata lain, orang dengan jumlah pendapatan
besar akan dikurangi dengan beban/biaya pajak yang lebih besar daripada orang
yang berpendapatan lebih sedikit. Sejalan dengan pajak sebagai fungsi distribusi,
yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam
masyarakat.
Tax rate dalam penelitian ini adalah tarif PPh Pasal 21 menurut Pasal 17
Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku efektif sejak Januari 2009
21
dan Undang-undang No. 17 Tahun 2000. Beban/biaya PPh menurut Undang-
undang PPh baru (tahun 2009) adalah PKP dikalikan dengan ketentuan tarif Pasal
Undang-undang PPh lama (tahun 2008) adalah PKP dikalikan dengan ketentuan
terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 pajak penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subyektifnya dimulai atau berakhir
dalam tahun pajak. Subjek pajak penghasilan diatur dalam pasal 2 ayat (1) dan
subjek pajak orang pribadi atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam
bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir
22
menyelenggarakan pembukuan. Wajib pajak yang mengadakan pencatatan,
perpajakan. Reformasi pajak dilakukan agar sistem perpajakan dapat lebih efektif
dan efisien, sejalan dengan perkembangan globalisasi yang menuntut daya saing
tinggi dengan negara lain (Gunadi 2010). Mason (1993) menyebutkan bahwa
pada dua hal, yaitu kebijakan pajak mendapat kepercayaan (credibility of policy)
1983. Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan sosial dan ekonomi
segi anggaran secara umum hasil reformasi perpajakan telah dapat memberikan
dipenuhi dalam pemahaman good governance, maka sejak tahun 2002 pemerintah
23
melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah memulai melaksanakan modernisasi
administrasi perpajakan sebagai bagian dan merupakan salah satu dasar yang
6 (enam) atribut yang menjadi ciri-ciri dasarnya sehingga dapat diperoleh ratusan
yakni:
a. Breadth of reform; reformasi perpajakan dapat berfokus pada reform of tax
structure, atau berfokus pada tax administration, atau reform of tax systems
jika meliputi hampir semua sumber penerimaan yang penting, atau dilakukan
secara partial jika hanya meliputi satu atau dua komponen penting dari sistem
perpajakan.
c. Revenue goals; reformasi perpajakan dilakukan untuk meningkatkan
penerimaan dalam prosentase terhadap PDB (rasio pajak) yang disebut revenue
berpenghasilan tidak sama, pajaknya diperlakukan tidak sama juga, namun jika
24
reformasi perpajakan tidak dimaksudkan untuk merubah distribusi pendapatan
pengenaan pajak pada sumber daya agar dapat dialokasikan lebih efisien
interventionist reforms.
f. Timing of reform; dilakukan dengan mengubah seluruh kebijakan perpajakan
reforms.
Secara garis besar, reformasi di bidang perpajakan bertujuan untuk: (1)
penerapan sistem dan administrasi andal dan pemanfaatan teknologi tepat guna;
(4) terbentuknya citra yang baik dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi,
melalui kapasitas SDM yang profesional, budaya organisasi yang kondusif, serta
manipulasi pajak, serta mengatur pengenaan aset yang berada di luar negeri.
25
Perubahan struktur pajak (tax base dan tax rate) terkait dengan perubahan dalam
administrasi perpajakannya.
Menurut Pandiangan (2008), reformasi perpajakan, yang meliputi: (1)
formulasi kebijakan dalam bentuk peraturan, dan (2) pelaksanaan dari peraturan,
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP) dan UU No. 36
26
meningkatnya kepatuhan sukarela. Dalam Undang-Undang tersebut terdapat
antara lain:
a. Ketentuan mengenai pengambilan, pengisian, penandatanganan dan
elektronik.
b. Batas akhir penyampaian SPT Tahunan PPh yang sebelumnya paling lambat
tiga bulan diubah menjadi paling lambat empat bulansetelah akhir tahun pajak.
c. Sanksi administrasi berupa denda bagi WP yang dengan kemauan sendiri
150%.
d. Daluwarsa penetapan pajak dan daluwarsa penagihan dipersingkat dari sepuluh
tahun menjadi lima tahun sejak berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak
27
melalui proses panjang dan melibatkan stake holder termasuk pengusaha yang
mencerminkan keadilan dan kesetaraan kedudukan antara fiskus dan Wajib Pajak.
Penurunan tarif, penekanan cost of compliance, law enforcement yang lebih tegas
kepada Wajib Pajak tidak patuh, kesataraan fiskus dan Wajib Pajak merupakan
poin-poin dalam tax reformUU PPh. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ini
disahkan pada tanggal 23 September 2008 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari
2009. Pokok pikiran yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
untuk menyesuaikan dengan tarif PPh negara-negara tetangga yang relatif lebih
(income bracket), yaitu lapisan tertinggi dari sebesar Rp 200 juta menjadi
Rp 500 juta.
2) Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%,
15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun2009 dan 25% tahun
normal dengan kriteria paling sedikit 40% saham dimiliki oleh masyarakat.
28
yang masuk bursa sehingga akan meningkatkan good corporate
tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku terhadap bagian peredaran
tarif tertinggi sampai dengan 35%, menjadi tarif final 10%. Penurunan tarif
29
dividen kepada pemegang saham, mendorong tumbuhnya investasi di
kepatuhan WP.
mempunyai NPWP fiskal sejak 2009 serta penghapusan pemungutan fiskal luar
pajak di muka bagi orang pribadi yang akan bepergian ke luar negeri.
pribadi sebesar 20% dari Rp 13,2 juta menjadiRp 15,84 juta, sedangkan untuk
tanggungan istri dan keluarga ditingkatkan sebesar 10% dari Rp 1,2 juta
30
3) Pengenaan tarif 100% lebih tinggi dari tarif normaluntuk WP non NPWP
infrastruktur sosial
2) Sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan, penelitian dan
g. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh lembaga atau badan nirlaba yang
pajak.
2) Bantuan atau santunan yang diterima dari Badan Penyelenggara Jaminan
Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yaitu dengan mengenakan
tarif berbeda pada wajib pajak perorangan dan wajibpajak badan. Diharapkan
dengan tarif pajak yang baru, maka wajib pajak badan dapat lebih diuntungkan
sehingga penerimaan dari wajib pajak lebih meningkat. Maka sudah selayaknya
31
bila perpajakan harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah.
usaha tidak dapat memperoleh laba secara maksimal dan konsekuensinya akan
mengurangi pendapatan negara dari sektor pajak. Hal ini sejalan dengan literatur
mempengaruhi capital budgeting melalui tax effect dalam penentuan aliran kas,
pajak juga merupakan salah satu faktor utama dalam perencanaan sistem
paling lambat dilakukan akhir tahun 2008, merupakan fasilitas yang diberikan
pemerintah dalam UU KUP baru. Program ini disebut Sunset Policy yang diatur
dalam pasal 37 A UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP. Ketentuan Umum dan
Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang
masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam
sanksi administrasi berupa bunga 2% setiap bulan atas pembayaran pajak yang
32
diperiksa, kecuali ditemukan data baru yang dapat menyebabkan timbulnya
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak paling lama 1 (satu) tahun setelah
pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk Tahun Pajak sebelum diperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak dan tidak dilakukan pemeriksaan pajak, kecuali
yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar.
Berdasarkan Sunset Policy ini, diharapkan wajib pajak dapat
Dengan kata lain, Sunset Policy ini dapat digunakan sebagai titik awal buat wajib
pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar dan jujur demi
pajak ber-NPWP dan tidak ber-NPWP yang diatur dalamUU PPh baru dan mulai
Fiskal Luar Negeri (FLN) bagi orang pribadi yang akan bertolak ke luar negeri
dengan syarat ber-NPWP. Hal ini terasa dilematis bagi pemerintah mengingat
tersebut dapat tergantikan atau bahkan terlampaui oleh potensi penerimaan pajak
dari kepemilikan NPWP bagi wajib pajak-wajib pajak baru dan multiflier effect
33
Selain itu, merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah dalam UU
memberi insentif dalam mengatasi dampak krisis ekonomi global yang sedang
sektor tertentu yang diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan ini. Dengan adanya
produk pada usaha tertentu yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
usaha tersebut.
pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi DJP perlu diubah, baik di
level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor operasional
memudahkan Wajib Pajak, ke tiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB),
34
Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian Wajib Pajak cukup datang ke
(STO) yang kemudian disebut KPP Pratama dengan total 357 KPP Pratama di
dan WP Orang Pribadi meliputi jenis pajak PPh, PPN, PBB, dan BPHTB.
Pelayanan perpajakanpun sudah mulai satu atap (one stop service) karena semua
jenis pelayanan perpajakan baik jenis pajak PPh, PPN, PBB, dan BPHTB
dilakukan di KPP Pratama sedangkan untuk KPP WP Besar dan KPP Madya
hanya jenis pajak PPh dan PPN, sehingga menyebabkan adanya peleburan
pelayanan prima tersebut DJP telah menyiapkan pelayanan yang baik pada setiap
pajak. Sehingga pada tahun 2008 seluruh kantor di luar Jawa dan Bali akan
35
2.1.4.3 Reformasi Pelayanan Kepada Wajib Pajak
tersebut DJP telah menyiapkan pelayanan ekstra pada setiap KPP Modern yang
memiliki ciri khusus antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan
(AR) sebagai ujung tombak pelayanan dan perantaran antara DJP dengan WP
yang mengemban tugas melayani setiap Wajib Pajak dalam hal antara lain
call center, non filers activation center. Dimana pengaduan yang diterima oleh
36
dalam waktu 3 hari kerja dan jenis-jenis pengaduan termasuk mengenai
penyampaian pengaduan dapat melalui e-mail, pos, nomor telpon bebas biaya,
atau langsung.
Melalui sarana, prasarana, dan pendukung lainnya yang lebih modern
meliputi Pertama, Help Desk dengan teknologi knowledge base pada Tempat
Pelayanan Terpadu atau dikenal TPT (service counter), Kedua, pelayanan dengan
dengan sebutan e-system antara lain e-payment (pembayaran pajak secara online),
pajak melalui internet), e-spt (pengisian SPT dalam media digital), dan e-
kompetensi. Kelima, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh Komite
37
Penyelesaian Permohonan Pendaftaran NPWP: 1 (satu) hari kerja sejak
Pengusaha Kena Pajak (PKP): 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan diterima
2.1.5 Akuntabilitas
yudikatif (MA dan sistem peradilan) serta legislatif (MPR dan DPR). Peranan pers
pilar keempat.
Prinsip akuntabilitas menuntut dua hal yaitu (1) kemampuan
tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan-
wewenang mereka, kemana sumber daya telah dipergunakan, dan apa yang telah
38
Guy Peter (2000) menyebutkan adanya 3 tipe akuntabilitas yaitu : (1)
secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan
kebijakan.
Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan
banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil
monoloyalitas secara sistematis, serta ada definisi dan penanganan yang jelas
dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di
dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan
adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat birokrasi.
Karena pemerintah bertanggung jawab baik dari segi penggunaan
keuangan maupun sumber daya publik dan juga akan hasil, akuntabilitas internal
39
harus dilengkapi dengan akuntabilitas eksternal, melalui umpan balik dari para
nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang
tahapan adalah :
sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku
40
a. penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media
2.1.6 Transparansi
pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan
sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya.
41
Transparansi harus seimbang, juga, dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga
berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi.
Jelas, media tidak akan dapat melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan pers,
lebihan dari masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu, kewajiban
kriteria yang jelas dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang
sektor publik.
42
3) Mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran
kegiatan melayani.
publik.
kewajiban perpajakan para wajib pajak. Apabila wajib pajak telah patuh
akan dilakukan tindakan lebih lanjut, yaitu pemeriksaan pajak. Dengan demikian,
tujuan utama pemeriksaan tidak lain adalah upaya untuk menguji dan mendorong
pajak.”
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
43
mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji
Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan”
Kewenangan untuk melakukan pemeriksaan pajak sendiri diatur dalam
Pasal 29 Undang- Undang nomor 16 Tahun 20 00, yaitu Direktorat Jenderal Pajak
undangan perpajakan.
Menurut ketentuan dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
undangan perpajakan.
2) Untuk keperluan pemeriksaan petugas pemeriksa harus memiliki tanda
44
3) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :
a) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen
serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban
tujuan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memperlihatkan dan
45
keterangan lain yang diperlukan yang berkaitan dengan perolehan penghasilan
diperlukan tidak dapat diberikan oleh Wajib Pajak dengan dalih untuk
memasuki tempat atau ruangan yang menurut dugaan petugas digunakan sebagai
lain yang diperlukan tidak dapat diberikan oleh Wajib Pajak maka ayat ini
diubah dan dinyatakan tidak berlaku dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
pajak;
b. tujuan lain dalam rangka melaksanak an ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
c. Menurut Pasal 7 Keputusan Menteri Keuangan Nomor
46
d. Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak berhak meminta kepada
ditentukan;
g. Wajib Pajak wajib memenuhi permintaan peminjaman buku- buku,
paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat permintaan, dan apabila
permintaan tersebut tidak dipenuhi oleh wajib pajak, maka pajak yang
berkenaan dengan hal- hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan dengan
Surat Pemberitahuan;
i. Wajib pajak berhak mengajukan permohonan pembahasan oleh Tim
dengan hasil pembahasan atas tanggapan wajib pajak oleh Tim Pemeriksa
Pajak;
j. Wajib Pajak atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan
47
a. Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-722/PJ/2001
Pemeriksaan Lapangan;
b. Keputusan Direktorat Jenderal Pa jak Nomor KEP-741/PJ/2001
Pemeriksaan Kantor.
karena itu harus ditaati oleh masyarakat. Dalam kamus Bahasa Indonesia,
penegakan diartikan sebagai pelurusan, dari kata tegak yang artinya lurus.
norma hukum berfungsi secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam hubungan
pajak yang terutang, dan melapor kannya melalui Surat Pemberitahuan Tahunan/
Masa ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sesuai dengan jenis pajak dan batas waktu
yang pertama tahun 1983, peranan penerimaan pajak terhadap penerimaan dalam
48
Perkembangan ini menunjukkan bahwa perbaikan dalam sistem
wajib pajak yang pada akhi rnya mendorong peningkatan penerimaan pajak. Agar
dilakukan penyuluhan dan pelayanan kepada Wajib Pajak, juga perlu dilakukan
pajak.
Definisi Penagihan menurut Pasal 1 angka 9 Undang- Undang Nomor 19
tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa adalah : ”Serangkaian
tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak
1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 Pasal 1 angka 28 adalah:
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di
1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000, Pasal 1 angka 24,
49
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan”.
Ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan suatu proses yang berkaitan antara satu dengan lainnya, terutama
bertujuan untuk meningkatkan kepat uhan wajib pajak. Penegakan hukum secara
stabilisasi harga pangan pokok. Hal itu, seperti disebut dalam rilis Departemen
pangan strategis di dalam negeri, seperti beras, tepung terigu, gandum, kedelai,
Said adalah:
50
Sehubungan dengan insentif PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP),
Kategori Usaha Tertentu, 3 Maret 2009, (b) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-
Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu, 4 Maret 2009 dan (c) Peraturan Menteri
18 Maret 2009.
Dalam peraturan tersebut diatas memuat kriteria pekerja yang menjadi
PTKP dan tidak lebih dari Rp 5 Juta rupiah dalam satu bulan.
2) Bidang usaha tertentu secara umum dikategorikan sebagai berikut: (a)
perburuan dan kehutanan, (b) Kategori usaha perikanan, dan (c) Kategori
menambah take home pay pekerja yang mendapat fasilitas PPh DTP.
4) DTP hanya diberikan kepada pekerja yang mempunyai NPWP untuk
51
5) Sedangkan bagi pekerja yang belum mempunyai NPWP, DTP diberikan
wajib pajak orang pribadi sebelum dan sesudah perubahan Undang-Undang Pajak
(perubahan tarif pajak penghasilan tahun 2000 dan perubahan penghasilan tidak
treatment, yaitu endowed income dan earned income. Manipulasi terhadap tarif
pajak dilakukan dengan mengubah mengubah tarif pajak yang dikenakan (15%
dan 30%).
Hasil penelitian tersebut mengimplikasikan bahwa wajib pajak
Sebaliknya ketika wajib pajak menerima pendapatan dengan kerja keras maka
52
mempertimbangkan peningkatan resiko yang mungkin timbul akibat penggelapan
pajak.
Selain penelitian-penelitian diatas, Suryadi (2006) melakukan penelitian
terhadap 800 Wajib Pajak pembayar pajak terbesar yang terdaftar di 8 Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dalam Lingkungan Kerja Kantor Wilayah Ditjen Pajak
Equation Modelling (SEM) dan Uji Beda Dua Rata-rata (t Test). Hasilnya,
kepatuhan pajak yang diukur dari variabel pemeriksaan pajak, penegakan hukum,
Hal ini tentunya menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak memiliki pengaruh
53
Hasil Penelitian
No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian
the Impact of Income memperoleh pendapatan tersebut.
Types
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Tarif Pajak
Jenis Pendapatan
(+)
(+)
Akuntabilitas Kepatuhan Pajak
(+)
(+)
Transparansi (+)
Penegakan Hukum
Kompensasi Pajak
54
2.4 Perumusan Hipotesis
dapat mengalami penyederhanaan baik yang mencangkup jenis pajak, tarif pajak,
dan cara pembayarannya. Salah satunya produknya adalah poin penting dalam
Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 yang berlaku efektif mulai tanggal 1
Januari 2009, adalah penurunan tarif PPh Orang pribadi yang semula tarif
tersebut, masyarakat sebagai wajib pajak tak lagi merasakan keberatan untuk
tanpa perlu mengeluarkan tenaga dan kerja keras yang cukup besar, ia cenderung
menerima pendapatan melalui sebuah kerja keras yang memakan waktu dan
55
tenaga yang cukup besar cenderung untuk berupaya memaksimalkan utilitas
diajukan adalah:
H2 : Jenis pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
akuntabilitas pelayanan publik dapat tercapai jika fasilitas fisik, daya tanggap,
56
2.4.4 Pengaruh Transparansi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
akurat, yang tidak melahirkan salah tafsir dan siap untuk dipresentasikan, baik
mengetahui dengan betul penggunaan pajak yang mereka bayar, akan mendorong
dan melaporkan sendiri atas kewajiban pajaknya. Sistem perpajakan ini sangat
memerlukan kejujuran dari Wajib Pajak dalam menghitung pajak terhutang dan
57
Dalam pelaksanaan undang-undang perpajakan fungsi pengawasan
berkesinambungan.
Adapun hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan wajib
pajak yang dapat kita lihat dari tujuan pemeriksaan pajak yang dikemukakan oleh
58
dengan baik, disamping dilakukan penyuluhan dan pelayanan kepada Wajib Pajak,
melapor sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan peraturan perundang-
masih ada Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai
contoh, wajib pajak tidak membayar pada waktu yang telah ditentukan atau tidak
pemberian sanksi kepada wajib pajak yang tidak patuh. Sehingga Wajib Pajak
yang tidak patuh dan yang kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan
diberikannya sanksi, tingkat kepatuhannya akan menjadi lebih baik. Hal serupa
59
H6 : Penegakan hukum berpengaruh positif terhadap kapatuhan wajib pajak
ditindaklanjuti dengan kompensasi utang pajak, dan dalam hal tidak ada utang
60
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................... 10
61
62