MOLA HIDATIDOSA
Disusun oleh :
Dyah Wulaningsih Retno Edi
42 15 0050
DOSEN PEMBIMBING
dr. Trianto Susetyo, Sp. OG
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri perut
Nyeri perut dirasakan sejak sehari dibagian kanan bawah. Nyeri dirasa
menjalar sampai ke pinggang, dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 7.
Pasien juga merasa lemas, demam dan keluar flek sedikit berupa gumpalan-
gumpalan. Pada tanggal 22 Desember 2015 pasien datang dengan keluhan
flek merah kecoklatan, pasien saat itu hamil UK : 12+5 minggu. Diperiksa
USG, kehamilan pasien tidak berkembang dengan kesan kantong gestasi
tanpa janin dan dilakukan kuretase keesokan harinya dengan diagnosis PA
Mola Hidatidosa.
Riwayat merokok (-), minum alkohol (-), mengkonsumsi jamu (-), menjalani
pengobatan jangka lama (-), stress psikis (-)
D. Riwayat kehamilan
P0A1
I 2015 / 12 minggu / kuretase (mola hidatidosa)
E. Riwayat menstruasi
Menarche 14 tahun
Siklus 28-30 hari
Durasi menstruasi 5-7 hari
Kuantitas 2-3x ganti pembalut
Dismenorea Disangkal
Flour albus Disangkal
V. Status ginekologis
Pemeriksaan genitalia eksterna
Inspeksi Rambut pubis hitam
OUE dalam batas normal, radang (-),
polip (-)
Klitoris dalam batas normal, kulit sekitar
vagina tidak didapat kelainan
Introitus vagina Tanda radang (-), Darah (+),
fluor albus (-)
Glandula Peradangan (-)
bartholini
Palpasi Nyeri tekan supra pubik (-)
V. Diagnosis Kerja
Mola Hidatidosa
1. Definisi
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi
korialis mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa merupakan
bagian dari penyakit trofoblas gestasional / Gestational Thropoblatic
Disease (GTD) yaitu kelompok penyakit yang ditandai dengan proliferasi
abnormal trofoblas pada kehamilan dengan potensi keganasan. Spektrum
keganasan dari GTD adalah dalam bentuk koriokarsinoma. Mola
hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblas. Pada mola hidatidosa
kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi patologik (Cunningham, dkk., 2014).
3. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas:
1. Teori Missed Abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena
itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-
gelembung.
5. Diagnosis
Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam darah atau urine.
Peninggian HCG terutama setelah hari ke-100, biopsy transplasental. Bila
belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan dengan sondase uterus yang
diputar.
Diagnosis pasti dari mola hidatidosa biasanya dapat dibuat dengan
ultrasonografi dengan menunjukkan gambaran yang khas berupa “vesikel-
vesikel” (gelembung mola) dalam kavum uteri atau “badai salju” (snow
flake pattern). Secara singkat gambaran diagnostik klinik mola hidatidosa
adalah:
1. Pengeluaran darah yang terus menerus atau intermitten yang
terjadi pada kehamilan kurang lebih 12 minggu.
2. Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
3. Pada palpasi tidak teraba bagian janin dan denyut jantung janin
tidak terdengar
4. Gambaran ultrasonografi yang khas.
5. Kadar HCG yang tinggi setelah hari ke-100.
6. Preeklampsia- eklampsia yang terjadi sebelum minggu ke-24
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis mola
hidatidosa :
1. Foto thoraks
2. Pemeriksaan HCG urine atau darah
3. USG
4. Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat
diputar dengan deviasi sonde kurang dari 10.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
(Shah D., 2009)
6. Penatalaksanaan
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfusi darah bila
anemia (Hb 8gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemesis
gravidarum diobati sesuai dengan protokol penanganannya. Sedangkan
bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola.
Ada 2 cara yaitu :
a. Kuretase
- Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan
darah rutin, kadar β-hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan
mola sudah keluar spontan.
- Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
- Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan
infus dengan tetesan oxytocin 10 UI dalam 500cc Dextrose 5%.
- Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 1
minggu.
- Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
b. Histerektomi : Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup
(> 35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola
hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian
menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi
mola pada kasus yang mendapatkan metotreksat sekitar 14%, sedangkan
yang tidak mendapat sekitar 47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi
pada kasus mola hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek
samping dan pemberian kemoterapi untuk tujuan terapi definitif
memberikan keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis
diberikan apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah :
Metotreksat 20mg / hari IM selama 5 hari.
4. Pemeriksaan tindak lanjut
- Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
- Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik
dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol
- Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan
kadar β-hCG normal tiga kali berturut-turut
- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG
normal selama 6 kali berturut-turut
- Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan foto
thoraks setelah saru tahun semuanya normal) maka penderita tersebut
dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
- Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat
atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya
metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian
kemoterapi (Fitriani, 2009).
Berek, Jonathan S., 2007. Berek & Novak’s Gynecology 14th ed.
Lippincott Williams & Wilkins.
Fitriani, Rini. 2009. Mola Hidatidosa. Jurnal Kesehatan, volume II, no. 4.