Anda di halaman 1dari 14

TUTORIAL KLINIK OBSTETRI

MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh :
Dyah Wulaningsih Retno Edi
42 15 0050

DOSEN PEMBIMBING
dr. Trianto Susetyo, Sp. OG

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi


RS BETHESDA
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2016
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. RK
Tempat tanggal lahir : Bantul, 30 Oktober 1991
Usia : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana (S1)
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Grogolicarikan RT 03, Bambanglipuro, Bantul
Tanggal MRS : 2 Januari 2016

II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri perut

Nyeri perut dirasakan sejak sehari dibagian kanan bawah. Nyeri dirasa
menjalar sampai ke pinggang, dirasakan terus menerus dengan skala nyeri 7.
Pasien juga merasa lemas, demam dan keluar flek sedikit berupa gumpalan-
gumpalan. Pada tanggal 22 Desember 2015 pasien datang dengan keluhan
flek merah kecoklatan, pasien saat itu hamil UK : 12+5 minggu. Diperiksa
USG, kehamilan pasien tidak berkembang dengan kesan kantong gestasi
tanpa janin dan dilakukan kuretase keesokan harinya dengan diagnosis PA
Mola Hidatidosa.

Riwayat merokok (-), minum alkohol (-), mengkonsumsi jamu (-), menjalani
pengobatan jangka lama (-), stress psikis (-)

B. Riwayat penyakit dahulu:


Hepatitis (-) Alergi (-)
Diabetes Melitus (-) Asma (-)
Penyakit jantung (-) Hipertensi (-)
Mola Hidatidosa  Kuretase tgl
23/12/2015
C. Riwayat penyakit keluarga
Alergi (-) Asma (-)
Penyakit jantung (-) Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-) Hepatitis (-)

D. Riwayat kehamilan
P0A1
I  2015 / 12 minggu / kuretase (mola hidatidosa)

E. Riwayat menstruasi
Menarche 14 tahun
Siklus 28-30 hari
Durasi menstruasi 5-7 hari
Kuantitas 2-3x ganti pembalut
Dismenorea Disangkal
Flour albus Disangkal

F. Riwayat Pernikahan  Menikah 1x, lama menikah 4 bulan

G. Riwayat Kontrasepsi  Belum pernah KB

III. Pemeriksaan fisik (2 Januari 2016)


I. Keadaan umum : Lemas
II. Kesadaran : CM, E4V5M6
III. Tanda Vital:
Tek. Darah : 100/70 mmHg Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 88 x/menit Suhu : 38 oC
BB : 56 kg TB : 157 cm

IV. Status generalis


Kepala Normocephali, Konjungtiva anemis (-/-),
Sklera ikterik (-/-), mukosa bibir kering
Leher Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-)
Thoraks Pergerakan simetris, suara nafas vesikuler,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-), bunyi jantung S1
S2 murni, bising jantung (-)
Abdomen Distensi (-), Bising usus (+), perkusi timpani,
nyeri tekan regio kanan bawah
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, nadi kuat
regular, edema (-)

V. Status ginekologis
Pemeriksaan genitalia eksterna
Inspeksi Rambut pubis hitam
OUE dalam batas normal, radang (-),
polip (-)
Klitoris dalam batas normal, kulit sekitar
vagina tidak didapat kelainan
Introitus vagina Tanda radang (-), Darah (+),
fluor albus (-)
Glandula Peradangan (-)
bartholini
Palpasi Nyeri tekan supra pubik (-)

Pemeriksaan genitalia interna


Vaginal Touche Serviks lunak, bulat, pembukaan
(-), Nyeri goyang serviks (-),
Darah (+), Lendir (+)

IV. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah
Parameter Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 12,6 gr/dl 11.7-15.5
Hematokrit 37,3 % 36-46
Eritrosit 4,57 juta/ul 3.7-5.2
Trombosit 291 ribu/ul 140-440
Leukosit 9,60 ribu/ul 4.1-11.0
Eosinofil 0,2% 2-4
Limfosit 7,6% 18-42
Monosit 6,5% 2-8
BT (Masa perdarahan) 2’.00” detik 1-3
CT (Masa pembekuan) 9’.30” detik 5-15
GDS 90,9 mg/dL 70-140
Golongan darah O
HBSAg Negatif Negatif

V. Diagnosis Kerja
Mola Hidatidosa

VI. Rencana Terapi


Infus RL 20tpm, Kuretase tanggal 4/1/2016 lalu jaringan di cek PA
Awasi keadaan umum, tanda vital dan perdarahan per vagina
Medikamentosa  Cifran 2x1
Paracetamol 3x1
Vitamin BC 2x1

VII. Laporan kuretase


1. Memposisikan pasien litotomi
2. Dilakukan teknik anestesi TIVA menggunakan propofol,
ketamin, dan fentanyl.
3. Dilakukan toilet vulva vagina dengan kassa + betadine
4. Dipasang speculum sims
5. Porsio di klem dengan klem ovarium arah jam 11
6. Dilakukan sondage uterus ±12 cm
7. Dilakukan kuretase dari arah jam 12 searah jarum jam
sampai kesan bersih
8. Didapatkan jaringan 80 cc dan darah ±30 cc
9. Kuret selesai.
Hasil PA : Kuretase Pertama (Tanggal 23/12/2015)
- Makroskopis  Jaringan kuretase, jaringan pecah belah ±4cc,
kecoklatan, sembab
- Mikroskopis  Sediaan menunjukkan fragmen-fragmen villi
choreales yang sebagian besar menggelembung dengan
submucosa sembab dan vaskuler, trofoblantus trakfanis
ringan. Didapatkan pula fragmen-fragmen desidua dan
endometriosis. Tidak didapatkan tanda-tanda ganas.
- Kesimpulan  Mola Hidatidosa
MOLA HIDATIDOSA (KEHAMILAN ANGGUR)

1. Definisi
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi
korialis mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa merupakan
bagian dari penyakit trofoblas gestasional / Gestational Thropoblatic
Disease (GTD) yaitu kelompok penyakit yang ditandai dengan proliferasi
abnormal trofoblas pada kehamilan dengan potensi keganasan. Spektrum
keganasan dari GTD adalah dalam bentuk koriokarsinoma. Mola
hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblas. Pada mola hidatidosa
kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi patologik (Cunningham, dkk., 2014).

2. Etiologi & Faktor Risiko


Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, banyak faktor yang
dapat menyebabkan antara lain :
- Faktor ovum : ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
- Umur di bawah 20 tahun dan di atas 40 tahun
- Imunoselektif dari trofoblas
- Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola
hidatidosa banyak ditemukan pada mereka dengan status
ekonomi yang rendah serta diet rendah protein
- Paritas tinggi
- Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
(Fitriani, 2009)

3. Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas:
1. Teori Missed Abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena
itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-
gelembung.

2. Teori Neoplasma dari Park


Dikatakan yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi
abnormal pula, dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam
vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype
46XX lebih sering) dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi
haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial mempunyai
69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid
maternal (tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnya
reduplikasi paternal dari 1 sperma atau fertilisasi di sperma).
Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia mengandung 23
pasang kromosom, dimana salah satu masing-masing pasangan dari ibu
dan yang lainnya dari ayah. Dalam konsepsi normal,sperma tunggal
dengan 23 kromosom membuahi sel telur dengan 23 kromosom, sehingga
akan dihasilkan 46 kromosom (Cunningham, dkk., 2014).

Gambar 1.Skema Konsepsi Normal

Pada Mola Hidatidosa Parsial (MHP), dua sperma membuahi sel


telur, menciptakan 69 kromosom, dibandingkan 46 kromosom pada
konsepsi normal. Hal ini disebut triploid. Dengan materi genetik yang
terlalu banyak, kehamilan akan berkembang secara abnormal, dengan
plasenta tumbuh melampaui bayi. Janin dapat terbentuk pada kehamilan
ini, akan tetapi janin tumbuh secara abnormal dan tidak dapat bertahan
hidup.

Gambar 2. Skema Kehamilan Mola Hidatidosa Parsial (MHP)

Suatu Mola Hidatidosa Komplit (MHK) atau lengkap ketika salah


satu (atau bahkan dua) sperma membuahi sel telur yang tidak memiliki
materi genetik. Bahkan jika kromosom ayah dilipat gandakan untuk
menyusun 46 kromosom, materi genetik yang ada terlalu sedikit. Biasanya
sel telur yang dibuahi mati pada saat itu juga. Tetapi dalam kasus yang
jarang sel tersebut terimplantasi pada uterus. Jika hal itu terjadi, embrio
tidak tumbuh, hanya sel trofoblas yang tumbuh untuk mengisi rahim
dengan jaringan mola.

Gambar 3.Skema Kehamilan Mola Hidatidosa Komplit (MHK)


(Berek, 2007)

4. Tanda dan Gejala


Pada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda
dengan kehamilan biasa, yaitu enek, muntah, pusing dan lain-lain, hanya
satu derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan
lebih pesat, sehingga biasanya besar uterus lebih besar dari umur
kehamilan.
Perdarahan merupakan gejala utama mola, biasanya keluhan
perdarahan inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit.
Gejala perdarahan ini biasanya terjadi pada bulan pertama sampai ketujuh
dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan biasa intermitten, sedikit-
sedikit, atau sekaligus banyak, sehingga menyebabkan syok dan kematian.
Karena perdarahan ini maka umumnya pasien mola masuk dengan
keadaan anemi.
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada wanita dengan
amenorea, perdarahan pervaginaan atau keluarnya “vesikel” mola dari
vagina, uterus yang lebih besar dari usia kehamilan dan tidak
ditemukannya tanda kehamilan pasti, seperti tidak terabanya bagian-
bagian janin juga gerakan janin dan ballotemen serta tidak terdengarnya
bunyi jantung janin (Wiknjosastro, dkk., 2009).

5. Diagnosis
Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam darah atau urine.
Peninggian HCG terutama setelah hari ke-100, biopsy transplasental. Bila
belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan dengan sondase uterus yang
diputar.
Diagnosis pasti dari mola hidatidosa biasanya dapat dibuat dengan
ultrasonografi dengan menunjukkan gambaran yang khas berupa “vesikel-
vesikel” (gelembung mola) dalam kavum uteri atau “badai salju” (snow
flake pattern). Secara singkat gambaran diagnostik klinik mola hidatidosa
adalah:
1. Pengeluaran darah yang terus menerus atau intermitten yang
terjadi pada kehamilan kurang lebih 12 minggu.
2. Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan.
3. Pada palpasi tidak teraba bagian janin dan denyut jantung janin
tidak terdengar
4. Gambaran ultrasonografi yang khas.
5. Kadar HCG yang tinggi setelah hari ke-100.
6. Preeklampsia- eklampsia yang terjadi sebelum minggu ke-24
Beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis mola
hidatidosa :
1. Foto thoraks
2. Pemeriksaan HCG urine atau darah
3. USG
4. Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat
diputar dengan deviasi sonde kurang dari 10.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis.
(Shah D., 2009)

6. Penatalaksanaan
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfusi darah bila
anemia (Hb 8gr%), jika ada gejala preeklampsia dan hiperemesis
gravidarum diobati sesuai dengan protokol penanganannya. Sedangkan
bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola.
Ada 2 cara yaitu :
a. Kuretase
- Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan
darah rutin, kadar β-hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan
mola sudah keluar spontan.
- Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
- Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan
infus dengan tetesan oxytocin 10 UI dalam 500cc Dextrose 5%.
- Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 1
minggu.
- Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
b. Histerektomi : Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup
(> 35 tahun) dan mempunyai anak hidup (>3 orang).
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola
hidatidosa masih menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian
menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma setelah evaluasi
mola pada kasus yang mendapatkan metotreksat sekitar 14%, sedangkan
yang tidak mendapat sekitar 47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi
pada kasus mola hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek
samping dan pemberian kemoterapi untuk tujuan terapi definitif
memberikan keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian profilaksis
diberikan apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah :
Metotreksat 20mg / hari IM selama 5 hari.
4. Pemeriksaan tindak lanjut
- Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
- Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi
kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik
dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol
- Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan
kadar β-hCG normal tiga kali berturut-turut
- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG
normal selama 6 kali berturut-turut
- Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan foto
thoraks setelah saru tahun semuanya normal) maka penderita tersebut
dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
- Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat
atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya
metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian
kemoterapi (Fitriani, 2009).

7. Komplikasi & Prognosis


Pasien yang didiagnosis dengan kehamilan mola harus dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya komplikasi medis seperti anemia, toksemia,
atau hipertiroidisme. Semua pasien harus menjalani pemeriksaan fisik
lengkap dan pemeriksaan laboratorium rutin, termasuk penentuan
golongan darah, fungsi tiroid, hati, dan ginjal. Pemeriksaan radiologis x-
rays, magnetic resonance imaging dan computed tomography thorax,
pelvis, otak dan abdomen juga sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi
kemungkinan terjadinya metastase jauh. Data yang pernah didapatkan dari
beberapa sentra disebutkan terjadinya rekurensi peningkatan kadar β-hCG
sebesar kurang dari 1% pada pasien yang telah dinyatakan bebas selama 6
bulan berturut-turut.
Kematian pada mola hidatidosa dapat disebabkan karena
perdarahan, infeksi, eklampsia, payah jantung atau tirotoksikosis. Di
negara maju hampir tidak ada lagi, namun di negara berkembang masih
cukup tinggi antara 2% sampai 5%. Sebagian wanita akan sehat kembali
setelah jaringan dikeluarkan tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Proses
degenerasi ganas dapat berlangsung antara tujuh hari sampai tiga tahun
dengan terbanyak dalam waktu enam bulan (Berkowitz & Goldstein,
2009).
DAFTAR PUSTAKA

Berkowitz R. S. & Goldstein, D. P., 2009. Molar Pregnancy. N Engl J


Med; 360 : 1639 – 1645.

Berek, Jonathan S., 2007. Berek & Novak’s Gynecology 14th ed.
Lippincott Williams & Wilkins.

Cunningham, F. Gary., Leveno, Kenneth J., Bloom, Steven L., Spong,


Catherine Y., Dashe, Jodi S., Hoffman, Barbara L., Casey, Brian M., Shefield,
Jeanne S. 2014. Williams Obstetric 24th edition. Mc Graw Hill.New York.

Fitriani, Rini. 2009. Mola Hidatidosa. Jurnal Kesehatan, volume II, no. 4.

Shah D., Sekharan. 2009. The Management of Gestational Trophoblastic


Disease, ICOG FOGST Recommendations for Good Clinical Practice. Guideline,
India.

Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2008. Diagnosis Kehamilan Ilmu Kebidanan.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai