Pteregium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea berbentuk segitiga dengan puncak di daerah kornea. Pteregium mudah meradang dan bila terjadi iritasi akan berwarna merah. Diduga penyebab pterigium adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, berperan penting dalam hal ini. Selain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti zat alergen, kimia, dan pengiri 1
Prevalensi pteregium semakin meningkat pada daerah yang mendekati
garis katulistiwa dengan iklim tropis dan subtropis. Di Indonesia, prevalensi pteregium kedua mata ditemukan 3,2% sedangkan pteregium pada salah satu mata 1,9%. Insiden pteregium tertinggi ditemukan pada kelompok usia > 70 tahun (15,9%) dan terendah pada usia 5-9 tahun (0,03%).2
Pterigium pada fase awal tidak memiliki keluhan, penangan kasus
pteregium pada fase awal berupa tindakan konservatif berupa edukasi untuk melindungi mata dan menghindari iritasi. Pada keadaan mata merah akibat iritasi pada jaringan pteregium dapat diberikan lubrikans, vasokonstriktor, dan kortikosteroid topikal. Selain itu, jika jaringan telah mengganggu ketajaman penglihatan maka operasi dapat dilakukan. Terdapat berbagai teknik operasi yang dapat dipilih antara lain bare sclera, conjunctival graft, dan amnion membran transplantation.2