Anda di halaman 1dari 10

Artikel Lingkungan Bisnis

Aspek Lingkungan Alam

“Eksploitasi Pegunungan Karst di Gunung Kidul”

Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Suwarno Hadisusanto

Oleh:

Dwiyan Al Rasyid – 41706

Program Magister Akuntasi


Fakultas Ekonomika Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2017
Eksploitasi Pegunungan Karst di Gunung Kidul

LATAR BELAKANG

Perbukitan karst di sekitaran Pantai Seruni, Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Gunung Kidul,

Yogyakarta, menjadi terkikis karena disebabkan pembangunan resort South Mountain Paradise oleh PT.

Gunung Samudra Tirtomas (GST). Permintaan warga dari luar daerah Yogyakarta bahkan warga dunia

terhadap wisata di sekitar Pantai Gunung Kidul inilah yang membuat pengembang dengan sigap

mencanangkan pembangunan villa pertama yang berada di pinggir pantai tersebut. Bangunan kamar dan

fasilitas jalan menggunakan semen sudah terbangun, bersebelahan dengan tiang portal. Kemudian dari

kamar-kamar ini juga dapat langsung menikmati keindahan laut. Beberapa bulan sebelum pembangunan

ini mulai berlangsung, sempat dipajang disepanjang area tersebut yang berisi sebuah pengumuman studi

Amdal rencana pembangunan resort, hotel dan villa oleh GST dengan lahan 30.000 meter persegi dan

bangunan 80.718 meter persegi.

Akan tetapi hal ini mendapat penentangan oleh warga setempat , dilansir oleh mongabay.co.id

hal ini di wakili oleh pihak yang menamai dirinya Koalisi Masyarakat Peduli Pegunungan Sewu

(KMPPS) yang mengatakan bahwa yang terjadi di lapangan adalah pembangunan sudah mulai

berlangsung namun terkait Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta AMDAL belum dikantongi oleh pihak

pengembang. Melalui fenomena ini, masyarakat menganggap bahwa Pemerintah Gunung Kidul tidak

serius dalam menjaga karst yang menjadi bagian Kawasan Bentang Alam KARST (KBAK) Gunung

Sewu dan Geopark Gunung Sewu. Warga berdalih pembiaran perusakan bukit karst berpotensi menutup

akses warga dan terjadi privatisasi ruang publik di KBAK Gunung Sewu oleh pihak Gunung Tirto Mas.

Kesimpulannya, warga ingin pembangunan ini segera dihentikan.

Halik Sandera, Direktur Eksekutif Walhi Yogyakarta mengatakan, KBAK Gunung Sewu

memiliki komponen geologi unik yang berfungsi mengatur tata air dan mengandung nilai ilmiah.
UNESCO dan pemerintah Indonesia pun menetapkan karst Sewu sebagai kawasan lindung geologi, wajib

dilestarikan demi keseimbangan alam dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam rencana

pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kidul 2016-20121, karst Gunung Sewu agar dikelola

sesuai daya dukung lingkungan dalam mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan yang berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan. Strategi (pengelolaan) harus mempertahankan ekosistem dan melestarikan

keunikan bentukan eksokarst dan endokarst serta. Juga memaduserasikan pengelolaan kawasan lindung

geologi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pariwisata warisan dunia.

Jika dikaji dari sisi Ekonomi dan Bisnis, tidak dapat dipungkiri bahwa Gunung Kidul beserta

alamnya termasuk salah satu tempat di Indonesia yang keindahan alamnya telah diakui oleh masyarakat

dunia, terbukti dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini baik itu wisatawan lokal

maupun mancanegara. Kekuatan media sosial yang kian tidak terbendung informasinya semakin

menambah kuat potensi wisata yang bisa dikembangkan dari kawasan ini. Namun, yang perlu

diperhatikan adalah pihak swasta yang harus di awasi ketika ingin berinvestasi di kawasan yang sangat

potensial wisatanya ini. Dengan kata lain, pemerintah perlu membuat regulasi serta penerapan di lapangan

secara disiplin terhadap pihak-pihak yang ingin “mengekspoitasi” kawasan ini.

OBJEK KAJIAN LINGKUNGAN

Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta dikenal sebagai wilayah karst (kapur). Luas kawasan

karst ini sekitar 807 km persegi, atau 53% dari luas Kabupaten Gunung Kidul yang 1.483 Km persegi.

Kekayaan akan karst tersebut menjadi daya tarik dari para investor untuk melakukan penambangan

batuan gamping di kawasan ini. Ada beberapa perusahaan pertambangan maupun usaha penambangan

warga yang melakukan aktivitas eksploitasi karst di Gunung Kidul. Berdasarkan data dari Dinas Energi

Sumber Daya Mineral (EDSM) Provinsi DI Yogyakarta ada 7 perusahaan yang melakukan penambangan

batu gamping dengan jumlah total luas ekploitasi 40 ribu meter persegi. Sedangkan jumlah usaha

pertambangan warga ada 14 usaha yang terverifikasi izin eksploitasinya dengan jumlah eksploitasi
berkisar 7 ribu meter pesergi. Kawasan juga karst memiliki fungsi yaitu sebagai penyimpan air yang

memenuhi air baku bagi ratusan ribu masyarakat yang hidup di dalamnya, kawasan ini juga berfungsi

sebagai penjaga keseimbangan ekosistem regional. Namun demikian, kawasan karst merupakan kawasan

yang sangat rentan terhadap perubahan. Penyebab utamanya tidak lain adalah aktivitas manusia yang

mengakibatkan kelestarian fungsi ekologi karst. Hilangnya fungsi ekologi karst merupakan bencana bagi

kehidupan manusia yang mustahil untuk dihindarkan.


KETERANGAN EMPIRIS

sumber: Mongabay Indonesia


GAGASAN

Di sisi lain warga dihadapkan pada kondisi sosial yang cukup berat untuk memilih antara

melakukan penambangan untuk kebutuhan hidup sehari-hari atau terus menambang akan tetapi

berdampak pada kerusakan wilayah karst di Gunung Kidul. Sebagai warga yang tinggal di sekitar

kawasan tersebut, mereka paham bahwasanya kawasan karst merupakan kawasan yang dilindungi oleh

perundang-undangan. Jika ada usaha lain yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maka

tentunya mereka ingin berhenti dari aktivitas tersebut. Dari sebuah fenomena tersebut, penulis membuat

sebuah gagasan yaitu pemanfaatan potensi lain yang aktivitas tidak membahayakan keberlangsungan

hidup warga di sekitar pegunungan karst Gunung Kidul.

Warga menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu akan berdampak pada kepada mereka

sendiri. Rusaknya wilayah karst, yang kemudian diikuti dampak selanjutnya yaitu sumber air akan

menjadi semakin sulit. Namun, sebuah problematika besar juga muncul, warga harus mencari nafkah

untuk memberi makan kepada keluarganya. Ini berarti warga setempat perlu memikirkan cara lain untuk

memanfaatkan keindahan alam pegunungan karst tersebut tanpa mengeksploitasi nya dengan

memanfaatkan kecenderungan perilaku masyarakat millenials (sebutan untuk anak-anak yang lahir mulai

tahun 80an dengan perkembangan perilaku yang sangat pekat seiring perkembangan teknologi) yang

tinggal di perkotaan dan butuh opsi lain untuk pergi berlibur. Dengan kemudahan akses media sosial

tanpa batas, warga bisa mengajukan kepada pemerintah untuk mempersiapkan sedemikian sumber daya

manusia yang mampu memberikan sosialisasi bagaimana pengelolaan informasi agar keindahan

pegunungan karst dapat terekspos ke media sosial. Opsi ini menjadi sesuatu yang patut dipertimbangkan

mengingat semakin kritisnya kondisi kawasan tersebut jika dibiarkan terus menerus di eksploitasi oleh

perusahaan besar maupun orang-orang yang melakukan penambangan secara individu. Dengan melihat

fenomena lain yaitu meluapnya massa di suatu tempat wisata baru jika destinasi wisata tersebut belum
banyak diketahui banyak orang, maka ini menjadi sesuatu yang solutif, setidaknya penambangan yang

telah terjadi saat ini dapat di kurangi secara signifikan kemudian warga sekitar bersama-sama beralih

kepada pengelolaan destinasi wisata pegunungan karst tersebut.

PEMBAHASAN

Penambangan di kawasan karst (batu gamping) di Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta ini terus

terjadi hingga saat ini dan memberikan dampak yang cukup besar terhadap kelestarian kawasan tersebut.

Misalnya terhadap kondisi air bawah tanah dan ekosistem disekitarnya. Padahal kawasan karst memiliki

potensi dan manfaat yang penting bagi ekosistem dan manusia. Potensi itu antara lain sebagai daerah

tangkapan dan penampung air bawah tanah, habitat berbagai satwa khas dan unik, serta sebagai lokasi

wisata alam, budaya, dan ilmiah.

Kepada Mongabay Indonesia Ir. Pramudji Ruswandono, M.Si, Kepada Bidang Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM) Gunung kidul menuturkan bahwa selama ini kawasan karst Gunung Kidul

yang termasuk dalam Kawasan Karst Gunungsewu telah mememenuhi kebutuhan air baku bagi 120.000

jiwa. Jumlah itu baru dicukupi dari dua sistem sungai bawah permukaan saja, yaitu Sistem Goa Seropan

dan Sistem Goa Bribin. Selain itu, karst justru merupakan lokasi akuifer air yang baik, berpengaruh

langsung bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Konsep epikarst merupakan lapisan batu

gamping yang ada di dekat permukaan karst memiliki kemampuan menyimpan air dalam kurun waktu

yang lama. Pramudji juga menambahkan bahwa kekayaan air bawah tanah pasti akan terancam, jika

penambangan yang terus dilakukan. Untuk itu, upaya pencegahan penambagan sudah dilakukan, agar

tidak semakin luas dampaknya.

Beberapa penelitian terkait pegunungan karst ini misal oleh Alexander Klimchouk (2003) dalam

penelitiannya mengemukakan bahwa zona di dekat permukaan karst merupakan zona utama pengisi

sistem (hidrologi) karst melalui proses infiltrasi diffuse dan aliran celah (fissure flow). Dari tipe aliran air
pada celah vertikal, Chernyshev (1983), memperkirakan bahwa zona epikarst terletak pada kedalaman 30

– 50 meter di bawah permukaan karst dengan ketebalan bervariasi, biasanya 10-15 meter dari permukaan.

Penambangan di kawasan karst Gunungkidul selain merubah perilaku sungai bawah tanah, juga

menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan empat instalasi pemanfaatan sungai bawah tanah untuk

pemenuhan air baku masyarakat yang telah dibangun pemerintah. Instalasi pengelolaan air tersebut

berada di Goa Seropan, Goa Bribin I dan Bribin II serta instalasi yang di bangun di muara sistem Bribin

di Pantai Baron. Salah satu instalasi tersebut merupakan hasil proyek prestisius kerjasama Pemerintah RI

dengan Pemerintah Jerman, yaitu Hidropower Plant di Bribin II. Instalasi ini merupakan pilot project di

dunia yang diharapkan mampu menjawab problem krisis air di Gunungkidul dengan operasional cost nol

rupiah.

Untuk kaitannya dengan potensi wisatanya, Gunung Kidul menyimpan potensi gua yang sangat

besar. Ratusan gua yang tersimpan didalamnya mempunyai keindahan dan keunikan yang cukup besar.

Sistem gua yang unik dan kompleks juga ditemukan di sini. Potensi sumber daya hayati di kawasan karst

Gunung Sewu sampai saat ini belum banyak terungkap. Hal ini disebabkan minimnya kegiatan penelitian

hayati di kawasan ini. Kekayaan fauna gua di perairan bawah tanah belum banyak dilakukan penelitian.

Selain itu, Kawasan Karst Gunung Kidul merupakan kawasan karst tropik yang ditandai dengan adanya

bukit-bukit karst berbentuk kerucut (conical limestone), kubah (doline) lembah-lembah (polije) serta

adanya gua-gua dengan sungai bawah tanah yang mengalir dibawahnya dihiasi dengan stalagtit dan

stalagmitnya. Maka dari itu, sebagai seorang individu dengan basis pengetahuan ekonomi dan bisnis yang

dimiliki penulis, penulis menjadikan ini sebagai sebuah potensi bisnis yang menggiurkan dengan catatan

dapat dikelola dengan baik dan adil demi kesejahteraan bersama warga di sekitar pegunungan karst di

Gunung Kidul ini.


USULAN

Dari beberapa pemaparan di atas, penulis menekankan kembali beberapa kesimpulan yang telah

di sampaikan sebelumnya yaitu:

1. Eksploitasi Pegunungan Karst di Gunung Kidul tidak bisa terus menerus dilakukan, apalagi hanya

untuk kepentingan beberapa pihak tertentu seperti misal yang dilakukan oleh PT. Gunung

Samudra Tirtomas dengan membangun tempat wisata tanpa memperhatikan dampak terhadap

fisik dan sosial di sekitar pegunungan karst tersebut

2. Eksploitasi akan berdampak pada kerusakan alam di sekitar kawasan Pegunungan karst tersebut.

Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul bertanggung jawab secara komprehensif terhadap

permasalahan ini

3. Perlu dibuat suatu pembaharuan mata pencaharian untuk warga sekitar kawasan tersebut agar

tidak melakukan eksploitasi lagi namun warga tetap dapat mencari nafkah.

4. Fenomena media sosial di masyarakat millenials dan perilaku masyarakat perkotaan yang

semakin hari semakin tinggi permintaannya terhadap tempat wisata baru yang eksotis dapat

menjadi potensi yang dapat dijadikan opsi penyelesaian masalah tersebut

5. Dengan pengelolaan manajemen yang baik, pegunungan karst di kawasan Gunung Kidul ini dapat

menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal pada skala nasional bahkan internasional,

dampak positifnya akan menghasilkan pendapatan yang besar yang nantinya dapat dijadikan

solusi penyelesaian masalah eksploitasi kawasan tersebut (masyarakat sekitar beralih pekerjaan

ke sektor wisata tanpa harus melakukan penambangan lagi)


Daftar Acuan

http://www.mongabay.co.id/2017/08/16/ketika-pembangunan-hotel-ancam-karst-pegunungan-

sewu diakses pada tanggal 26 September 2017

http://www.mongabay.co.id/2012/09/12/dilema-tambang-karst-gunung-kidul-kebutuhan-perut-

vs-melindungi-alam diakses pada tanggal 30 September 2017

http://www.mongabay.co.id/2012/09/19/menghentikan-tambang-karst-gunung-kidul-selamatkan-

mata-air-rakyat diakses pada tanggal 14 September 2017

http://www.mongabay.co.id/2014/03/26/karst-pegunungan-sewu-adalah-sumber-air-harus-

terlarang-untuk-pertambangan diakses pada tanggal 15 September 2017

Anda mungkin juga menyukai