Aspek Hukum “Fenomena Belanja Online dan Kaitannya dengan Hukum Pajak di Indonesia” Dosen pengampu: Prof. Dr. Tata Wijayanta, SH, M.Hum
Oleh:
Ragil Hapsoro Mufti 18/432456/PEK/23722
Program Studi Magister Akuntasi
Fakultas Ekonomika Bisnis Universitas Gadjah Mada 2018 A. Pendahuluan Sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang mencapai 265 juta jiwa dan wilayah yang cukup besar menjadikan Indonesia kaya akan banyak hal termasuk adat istiadat yang berkembang di masing-masing wilayah dengan ragam budaya. Namun, hal tersebut menyebabkan negara kesulitan untuk membangun sistem hukum yang dapat menaungi dan menjiwai seluruh bangsa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang tentunya membutuhkan pembinaan dan pengembangan sistem hukum nasional dalam rangka mendorong dan mendukung pembangunan di segala bidang. Hukum merupakan sebuah sistem yang sangat kompleks. Keterkaitan antara satu unsur dalam sebuah sistem tidak dapat dipisahkan. Sebuah sistem hukum tidak akan bejalan dengan baik apabila tidak terjadi sinkronisasi, koordinasi dan harmonisasi. Hukum atau undang-undang selalu berjalan dibelakang kejadian atau peristiwa yang muncul di masyarakat (Het Recht Hink Achter De Feiten Aan). Asas hukum tersebut benar-benar menggambarkan bahwa perkembangan zaman merupakan hal yang sulit diikuti, tidak terkecuali pada era dua ribu-an yang sudah modern. Tidak jarang, ketika sebuah fenomena baru di masyarakat kemudian muncul ke permukaan, penegak hukum dalam hal ini misalnya, sibuk mencari kira-kira regulasi apa yang bisa digunakan untuk menyelesaikan sebuah fenomena baru tersebut. Belakangan ini perkembangan teknologi begitu pesat sehingga membawa perubahan signifikan yang diikuti oleh banyak perubahan di sekitar lingkungannya. Perkembangan teknologi misalnya internet di Indonesia memang seperti tidak terduga sebelumnya. Beberapa tahun yang lalu hanya sebagian kecil yang mempunyai minat di bidang komputer yang mengenal internet. Namun, beberapa tahun belakangan ini pengguna jasa internet meningkat dengan pesat. Selain digunakan sebagai akses untuk media hiburan, Internet pada beberapa tahun belakangan ini juga digunakan sebagai media perdagangan yang mempunyai manfaat besar bagi perusahaan dan konsumen yang melakukan transaksi melalui internet. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat bahwa pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 143,26 juta (https://www.liputan6.com/tekno/read/3301353/pengguna-internet- di-indonesia-tembus-143-juta, diakses 9 November 2018). Seiring dengan survei yang dilakukan APJII, penggunaan internet sebagai media perdagangan juga terus meningkat. Dengan adanya perkembangan teknologi dalam bidang perdagangan muncul perdagangan melalui sistem elektronik yang disebut electronic commerce atau e-commerce. Para pihak penjual dan pembeli dalam kegiatan e-commerce tidak lagi saling bertatap muka seperti yang dilakukan di toko-toko, mall, dll. Sekarang dengan menggunakan internet mereka melakukan transaksi secara elektronik melalui media internet yaitu world wide web, jarngan umum dengan sistem terbuka. Dengan perkembangan e-commerce mendukung keberadaan situs atau website toko online yang memberikan fasilitas belanja online kepada masyarakat. Walupun secara ekonomi pemanfaatan internet yang digunakan pada e-commerce ini memberikan nilai tambah dalam mempercepat proses transaksi, tetapi secara yuridis masalah pemanfaatan internet ini sangat riskan bagi beberapa pihak karena karakteristiknya sangat berbeda dengan transaksi pada umumnya, sehingga sulit dijangkau oleh aturan-aturan hukum yang konvensional. Sehingga, penjual/toko konvensional lambat laun akan tersaingi oleh toko- toko online tersebut. Sebuah berita belum lama ini beredar terkait adanya sebuah department store ternama di Indonesia yang menjual sandang ini harus menutup salah satu gerainya, tentu ini merupakan salah satu indikasi betapa fenomena internet ini bukan fenomena main-main. Fenomena ini bisa dilihat dampaknya saat ini mampu mengubah perilaku masyarakat yang awalnya berbelanja itu dengan datang ke gerai namun saat ini perilaku tersebut berubah dengan hanya mengetik website belanja yang ingin kita tuju (contoh seperti Lazada, Zalora, Olx, Tokopedia, Bukalapak, dll) kemudian kita pilih barang yang kita inginkan, dan barang itu akan sampai didepan rumah kita tanpa perlu kita berpindah tempat untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Dari ilustrasi di atas, penulis ingin menyimpulkan bahwa saat ini memang manusia di dunia ini ( termasuk di Indonesia) telah memasuki era baru dalam dunia belanja yaitu dapat disebut sebagai e- commerce. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada era ini penjual dan pembeli tidak perlu bertatap muka (face to face) untuk melakukan transaksi jual beli, melainkan hanya perlu memiliki koneksi internet yang akan mempertemukan mereka di dunia maya. Kemudian, kaitannya dengan Indonesia sebagai negara hukum, maka harus ada regulasi yang mengatur terkait transaksi jual beli secara online ini. Termasuk pada kegiatan transaksi elektronik dalam hal kontrak/perjanjian jual beli yang digunakan. Sehingga, eksistensi e- commerce ini penting untuk dikaji aspek legalitasnya, agar tidak menjadi sengketa hukum yang dapat merugikan berbagai pihak secara komersial. B. Permasalahan Seiring dengan perputaran yang cepat, para pelaku usaha ini memang sudah sepatutnya dapat dikenai pajak (karena transaksinya banyak), sebab e-commerce sama dengan transaksi jual beli secara konvensional. Namun, pelaku usaha e-commerce yang tidak memiliki keberadaan secara fisik layaknya pelaku usaha konvensional menyebabkan pengenaan pajak atas transaksi e- commerce sering diabaikan. Oleh karena kenyataan ini, Direktorat Jenderal Pajak (“DJP”) menerbitkan Surat Edaran DJP tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas Transaksi e-commerce Nomor SE-62/PJ/2013 pada tanggal 27 Desember 2013. Pada prinsipnya, tidak ada pajak yang mengatur secara khusus mengenai e-commerce, melainkan menerapkan peraturan pajak yang telah ada. SE-62/PJ/2013 memandatkan setiap pihak-pihak yang terlibat dalam e-commerce dan memenuhi syarat subjektif dan objektif berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2009. Ada 2 (dua) macam pajak yang dapat dikenakan atas e-commerce, yaitu Pajak Penghasilan (“PPh”) yang diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 dan Pajak Pertambahan Nilai (“PPN”) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (“PPNBM”) yang diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009. SE-62/PJ/2013 mengklasifikasi e-commerce ke dalam 4 (empat) kegiatan besar, antara lain: 1. Online Marketplace Online marketplace atau biasa disebut marketplace adalah kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa Toko Internet atau Mal Internet sebagai tempat online marketplace Merchant menjual barang atau jasa. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah penyelenggara, merchant (penjual), dan pembeli. Pada skema transaksi ini, terdapat kewajiban Pajak PPh dan PPN dan/atau PPNBM dalam proses bisnis jasa penyediaan tempat dan/atau waktu, penjualan barang dan/atau jasa, serta proses bisnis penyetoran hasil penjualan kepada merchant oleh penyelenggara. 2. Classified Ads Classified Ads adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau waktu untuk memajang content barang dan atau jasa bagi pengiklan untuk memasang iklan yang ditujukan kepada pengguna iklan melalui situs yang disediakan oleh penyelenggara classified ads. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah penyelenggara, merchant (penjual), dan pembeli. Pada skema transaksi ini, terdapat kewajiban Pajak PPh dan PPN dan/atau PPNBM dalam proses bisnis penyediaan tempat dan/atau waktu untuk memajang content baran dan/atau jasa. 3. Daily Deals Daily deals adalah kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha berupa situs daily deals sebagai tempat daily deals merchant menjual barang atau jasa kepada pembeli dengan menggunakan voucher sebagai alat pembayaran. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah penyelenggara, merchant (penjual), dan pembeli. Pada skema transaksi ini, terdapat kewajiban Pajak PPh dan PPN dan/atau PPNBM dalam proses bisnis jasa penyediaan tempat dan/atau waktu, penjualan barang dan/atau jasa, serta dalam proses bisnis penyetoran hasil penjualan kepada merchant oleh penyelenggara. 4. Online Retail Online retail adalah kegiatan menjual barang dan/atau jasa yang diselenggarakan oleh penyelenggara kepada pembeli di situs online retail. Adapun pihak-pihak yang terlibat adalah penyelenggara sekaligus merchant (penjual) dan pembeli. Pada skema transaksi ini, terdapat kewajiban Pajak PPh dan PPN dan/atau PPNBM dalam proses bisnis jasa penyediaan tempat dan/atau waktu, penjualan barang dan/atau jasa, serta dalam proses penjualan barang dan/atau jasa. Melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid XIV yang diterbitkan pada 10 November 2016, pemerintah memberikan insentif kepada pelaku start-up e-commerce berupa keringanan pajak, yaitu: - Pengurangan pajak bagi investor lokal yang berinvestasi pada perusahaan start up. - Penyederhanaan izin prosedur perpajakan bagi start up e-commerce yang beromzet di bawah Rp 4.8 miliar per tahun melalui pelaksanaan PP No. 44 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, sehingga start up ecommerce tersebut dikenakan pajak final sebesar 1%. - Memberikan persamaan perlakuan perpajakan antara pengusaha e-commerce asing dengan domestik. Pelaku usaha asing yang menyediakan layanan dan/atau konten di Indonesia wajib untuk memenuhi seluruh ketentuan perpajakan. C. Kesimpulan Hukum memang selalu tertinggal jauh dari sebuah peristiwa, namun hukum tentu tidak akan pernah bisa hilang karena kaitannya mengatur kehidupan masyarakat. Maka dari itu, hukum harus selalu ada, sekalipun dalam hal ini hukum sering tertinggal dari sebuah peristiwa namun setidaknya Pemerintah beserta para pembuat undang-undang telah berusaha menyikapi fenomena e-commerce ini dengan cara mengeluarkan UU terkait e-commerce. Terakhir, saya ingin menyimpulkan bahwa teknologi memang tidak bisa dibendung berjalan begitu pesat, namun tugas pemerintah saat ini adalah menjadi pengontrol terhadap segala kegiatan e-commerce. Dengan begitu, maka inovasi oleh e-commerce yang awalnya merupakan ancaman maka pada akhirnya dimaksimalkan oleh pemerintah dengan cara memaksimalkan transaksi lewat e-commerce tersebut. Daftar Pustaka Abdul Halim Barkatullah, Teguh Prasetyo, 2005, Bisnis E-commerce Studi sistem keamanan dan hukum di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Agus Yudha Hemoko. 2015. Hukum Perjanjian-Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersil . Yogyakarta: Laksbang Mediatama. Endang Purwaningsih, 2010, Hukum Bisnis, Bab 4 –Transaksi E-commerce, Ghalia Indonesia. Irmawati, D. (2011). Pemanfaatan E-commerce dalan Dunia Bisnis, Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis VI : 95-112 Khairandy, Ridwan. 2001. Pembaharuan Hukum Kontrak sebagai Antisipasi Transaksi E- commerce. Jurnal Hukum No.16 Vol 8 Maret 2001. Krisharyawan, Yosi. 2015. Tinjauan Hukum Mengenai Transaksi Jual-Beli Melalui Situs Belanja Online (Online shop) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Diakses melalui : https://media.neliti.com/media/publications/26606-ID-tinjauan-hukum-mengenai- transaksi-jual-beli-melalui-situs-belanja-onlineonline-s.pdf yang diakses 9 November 2018. Lia Sautunninda, 2008, Jual Beli melalui Internet (E-commerce) kajian menurut buku III KUH Perdata dan Undang-Undang informasi dan Elektronik, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala. Laudon, K.C., and Traver, C.G. (2011). E-commerce: Business, Technology, Society seventh Edition. England: Pearson Education Limited. http://www.pajak.go.id/content/e-commerce-di-indonesia-sudah-diatur-dalam-uu-perdagangan diakses 9 November 2018 http://www.sindikat.co.id/blog/aspek-hukum-e-commerce-hukum-jual-beli-online diakses 9 November 2018 https://www.liputan6.com/tekno/read/3301353/pengguna-internet-di- indonesia-tembus-143-juta diakses 9 November 2018 https://www.online-pajak.com/pajak-e-commerce-online-marketplace diakses 9 November 2018 https://economy.okezone.com/read/2018/01/30/320/1852216/e-commerce- kena-pajak-bagaimana-kalau-jualan-di-sosmed diakses 9 November 2018