KELOMPOK 2
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................i
PEMBAHASAN
SIMPULAN ....................................................................................................................6
i
PETA KONSEP
ii
A. PSAK No. 1 : PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
PSAK No 1
1
Penyajian laporan keuangan harus disusun berdasar asumsi kelangsungan
usaha. Dalam mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha adalah tepat,
manajemen memperhatikan informasi masa depan paling sedikit namun tidak dibatasi
untuk 12 bulan dari akhir periode pelaporan. Jika terdapat ketidakpastian mengenai
kelangsungan usaha entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut, dasar
penyajian laporan keuangan, dan alasannya.
3. Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan diakui ketika memenuhi definisi dan kriteria
pengakuan di kerangka dasar (framework).
4. Materialitas dan Penggabungan
Pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika nilainya tidak
material, penyajian bisa digabung dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan
atau disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan.
5. Saling Hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau
pendapatan dan beban kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh PSAK. Pengecualian:
pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian misalnya
keusangan atas persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih, bukan kategori saling
hapus.
6. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya secara tahunan. Jika
akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan disajikan untuk periode
yang lebih panjang atau lebih pendek daripada 1 tahun
7. Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode
sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode
berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh PSAK/ ISAK. Informasi komparatif yang bersifat
naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali
jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
8. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan antar periode
dilakukan secara konsisten, kecuali : Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap
2
sifat operasi entitas atau kajian ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa
penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan
mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapaan kebijakan akuntansi
dalam PSAK 25 : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
kesalahan.
Perbedaan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK No. 1 Tahun 2009
Terdapat perubahan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK No. 1 Tahun 2009.
Perubahan tersebut didasarkan atas:
3
Konvergensi IFRS
Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk memahami
apakah penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar akuntansi keuangan. Pendapat
yang memahami konvergensi IFRS adalah full adoption menyatakan Indonesia harus
mengadopsi penuh seluruh ketentuan dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRS
sebagaimana yang diatur dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf
19-24. IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya
modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri,
berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak
dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan
komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah tanggal
neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang
melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS
menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi yang dilakukan
untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang
strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi
ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS
dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti
Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar secara material
sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahun 2011/2012, Konvergensi
IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap. Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi
IFRS adalah memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang
dikenal secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi,
menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara
global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
4
1. Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada industri-industri
spesifik.
2. Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana merefleksikan
realitas ekonomi yang ada.
3. Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang
berkualitas di pasar modal internasional.
4. Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan.
5. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk
analisis keuangan bagi para analis.
6. Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
5
SIMPULAN
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya
modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan konvergensi IFRS itu sendiri,
berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak
dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan direksi dan dewan
komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap penentuan kapan peristiwa setelah tanggal
neraca, sebagai contoh lain dari perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang
melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012. IFRS
menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
6
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Ikatan Akuntan. "PSAK No. 1." Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta (2009).
http://hobiakuntansi.blogspot.co.id/2015/04/penyajian-laporan-keuangan-menurut-psak.html
(diakses pada tanggal 27 April 2017)
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED_PSAK_1_2013-2013-JULI-23.pdf
(diakses pada tanggal 23 Juli 2013)
http://accounting.binus.ac.id/2014/07/11/perbedaan-antara-psak-no-1-tahun-2013-degnan-
psak-no-1-tahun-2009/
(diakses pada tanggal 11 Juni 2014)
https://galuhwardhani.wordpress.com/2012/04/18/alasan-perlunya-konvergensi-ke-ifrs/
(diakses pada tanggal 18 Maret 2012)