OLEH
KELOMPOK VII
Para silfuf telah didedikasikan untuk penelitian etika perilaku selama berabad-abad.
Ide-ide, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan sudah lama
dikenali sebagai ujian untuk penilaian aktivitas korporat dan personal. Saat ini, dapat
dipahami bahwa etikalitas (ethicality) strategi-strategi dan tindakan-tindakan korporasi dan
individual tidak diberikan kesempatan. Konsekuensinya, para direktur, eksekutif, dan akuntan
profesional memerlukan kewaspadaan terhadap parameter etika yang diharapkan,
dan harus menggabungkannya ke dalam budaya organisasi mereka.
Etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian normatif tentang apakah
perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari
keinginan untuk menghindari permasalahan-permasalahan dunia nyata. Etika berkaitan erat
dengan prinsip-prinsip yang memandu perilaku manusia. Etika merupakan pembelajaran
tentang norma-norma dan nilai-nilai yang berkaitan dengan salah dan benar, baik dan buruk,
apa yang harus kita lakukan dan tindakan apa tindakan yang dihindari. Keputusan berasal
dari kepercayaan terhadap apa yang diharapkan oleh norma-norma, nilai-nilai, dan
pencapaian, serta bahwa penghargaan dan sanksi diberikan untuk tindakan tertentu. Dilema
etika muncul ketika norma-norma dan nilai-nilai mengalami konflik, dan terdapat beberapa
tindakan alternatif yang dapat dilakukan. Hal ini berarti pengambil keputusan harus
membuat sebuah pilihan. Tidak seperti keputusan yang jelas, dilema etika tidak memiliki
standar objektif. Oleh karena itu, kita harus menggunakan kode etik yang bersifat subjektif.
Konsep kepentingan pribadi memiliki tradisi panjang dalam filosofi empiris Inggris untuk
menjelaskan keharmonisan sosial dan kerja sama ekonomi.
1. Thomas Hobbes (1588-1679)
Thomas Hobbes berpendapat bahwa kepentingan pribadi memotivasi orang untuk
membentuk masyarakat sipil yang damai. Ia mulai dengan pengamatan bahwa orang- orang
memiliki beberapa keinginan alami:
a. Perlindungan diri
b. Kepentingan jangka pendek mereka
Beberapa orang mungkin menginginkan hal yang baik sekarang dan bersedia untuk
mendapatkannya dengan cara apapun. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan
perang dan konflik karena orang bersaing untuk hal yang sama. Ketika orang-orang didorong
oleh keinginan pribadi mereka, hal anarki mungkin saja terjadi. Jika tindakan anarki terjadi,
maka tidak ada kesejahteraan ekonomi dan tatanan sosial yang beradab. Perdamaian,
sebaliknya merupakan ketertarikan jangka panjang terpenting bagi setiap orang. Perdamaian
berarti menerima aturan yang membatasi kebebasan individu. Orang mendorong harga ke
titik dimana pasar menjadi jelas, yaitu semua barang tersedia siap untuk dijual dengan harga
yang bisa dibayar oleh konsumen dan vendor bersedia untuk menerima pembayaran atas
produk mereka. Seseorang yang memiliki keinginan pribadi maka akan berusaha untuk
mengenali emosi orang lain dan berusaha untuk membangun hubungan baik dengan orang
lain. Kita menginginkan penerimaan mereka dan tidak menginginkan celaan mereka.
Hal ini menjadi dasar untuk bertindak penuh kebajikan dan keadilan sosial. Bagi Smith,
individu tidak bertindak keluar dari batas keegoisan, tetapi sedikit keluar dari simpati untuk
diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain, etika perilaku didasarkan pada sentiment
terhadap simpati, yang selanjutnya membatasi kepentingan pribadi yang tak terkendali.
Bisnis
Hukum Etika
1. Aspek kegiatan usaha yang tidak tercakup oleh hukum dan etika
Contoh: di Amerika Aset disajikan di sisi kiri neraca sementara Kewajiban dan Ekuitas di sisi
kanan, penyajian di Inggris berbeda
2. Mencakup hukum yang tidak berhubungan dengan etika dan bisnis
Contoh: Mengemudi di sisi sebelah kanan adalah hokum kenyamanan, di Inggris
dan Austrasia hukum tersebut dibalik
3. Etika pelarangan yang tidak berhubungan dengan bisnis dan tidak ilegal
Contoh: berbohong
4. Berbagai peraturan dan hukum yang harus diikuti oleh perusahaan
Contoh: Undang-undang yang disahkan oleh pemerintah, lembaga-lembaga regulator,
asosiasi professional, dan sejenisnya
5. Tumpang tindih antara hukum dan etika
Contoh: larangan terhadap pembunuhan
6. Tumpang tindih antara aktivitas bisnis dan norma-norma etika
Contoh: Etika perilaku yang baik menentukan keberhasilan suatu bisnis
7. Area perpotongan hukum, etika, dan bisnis, biasanya hanya menjadi masalah jika hukum
mengatakan satu hal sementara etika mengatakan sebaliknya
Contoh: Pada masa Nazi Jerman, terdapat hukum yang mendorong eksploitasi kaum Yahudi,
yaitu karyawan Yahudi tidak perlu dibayar. Disatu sisi aturan untuk
mengeksploitasi Yahudi memang diijinkan dan menguntungkan para pelaku bisnis. Tapi di
sisi lain, pelaku bisnis juga mengalami dilemma etika karena mengetahui bahwa eksploitasi
terhadap suatu kaum adalah suatu tindakan yang tidak beretika.
Kelemahan Deontologi
Masalah mendasar adalah bahwa imperative kategoris tidak memberikan panduan
yang jelas untuk menentukan mana yang benar dan yang salah jika dua atau lebih hukum
moral mengalami konflik dan hanya satu yang dapat diikuti. Satu-satunya hal yang penting
adalah niat dari pembuat keputusan dan kepatuhan para pengambil keputusan untuk
mematuhi imperative kategoris seraya memperlakukan seseorang sebagai tujuan bukan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Keadilan Prosedural
Keadilan Prosedural berfokus pada bagaimana keadilan diberikan. Aspek utama dari
sistem hukum yang adil adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan. Blind
justice (keadilan tidak pandang bulu) dimana semua diperlakukan secara adil di hadapan
hukum. Kedua belah pihak mengajukan klaim dan alasan mereka, dan hakim memutuskan.
Keadilan Distributif
Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa suatu hal yang setara harus
diperlakukan sama, dan suatu hal yang tidak setara harus diperlakukan berbeda sesuai dengan
proporsi perbedaan relevan di antara mereka. Dalam keadilan distribusi, terdapat 3 kriteria
utama untuk menentukkan distribusi yang adil, yaitu
a. Keadilan distribusi berdasarkan pada kebutuhan.
b. Keadilan distribusi berdasarkan pada kesetaraan aritmatika.
c. Keadilan distribusi berdasarkan prestasi.
Prinsip 1) disebut prinsip kebebasan sederajat yang pada intinya prinsip ini mengatakan
bahwa kebebasan setiap warga negara harus lah dilindungi dari gangguan orang alian dan
harus lah sederajat anatara orang yang satu dengan orang yang lain.
Bagian a) prinsip kedua disebut prinsip perbedaan yang mengasumsikan bahwa sebuah
masyarakat yang produktif memang harus memasukkan sejumlah ketidaksamaan. Namun
selanjutnya perlu mangambil langkah-langkah untuk memperbaiki posisi kelompok paling
bawah seperti orang yang sakit atau cacat.
Bagian b)
prinsip 2) disebut prinsip kesamaan hak dalam memperoleh kesempatan yang mengatakan
bahwa setiap orang harus lah memilki hak yang sama dalam memperoleh jabatan penting
dalam berbagai lembaga masyarakat. Ini bukan hanya berarti kualifikasi kerja harus lah
sesuai persyaratan kerja, namun juga setiap orang berhak memeperoleh akses pelatihan dan
pendidikan yang diperlukan untuk memperoleh pekerjaan yang mereka inginkan.