Anda di halaman 1dari 31

REFLEKSI KASUS MEI 2018

PNEUMONIA BERAT

Nama : I Made Andi Saputra


No. Stambuk : N 111 17 101
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama, baik di


negara berkembang maupun di negara maju. karena merupakan penyakit yang
menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di usia 5 tahun
(balita). Kematian infeksi pneumonia terjadi lebih kurang 2 juta anak balita di
Afrika dan Asia Tenggara.1
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis, atau reaksi inflamasi berupa
alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi.1
Secara umum, pneumonia dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni
pneumonia dirumah perawatan (pneumonia nosokomial) dan pneumonia yang
didapat di masyarakat (pneumonia komunitas).2
Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi di luar
rumah sakit, sedangkan pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah
dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun ICU (intensive care
unit) tetapi tidak sedang memakai ventilator.2
Penyebab pneumonia sulit ditemukan dan memerlukan waktu beberapa
hari untuk mendapatkan hasilnya, sedangkan pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati, maka pada pengobatan awal pneumonia
diberikan antibiotika secara empiris.3
Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian
terapi yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat
penyakit, dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikroorganisme
penyebab infeksi akan mengarahkan kepada pemilihan terapi empiris antibiotik
yang tepat. Seringkali bentuk pneumonia mirip meskipun disebabkan oleh bentuk

2
kuman yang berbeda. Diagnosis pneumonia didasarkan kepada riwayat penyakit
yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang.3
Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk melakukan diagnosis dan
memberikan tatalaksana, agar dapat menurunkan mortalitas anak.
Berikut ini kasus pneumonia yang didapatkan di RS Wirabuana Palu pada
tanggal 7 April 2018.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
 Nama Penderita : An. A
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 2 tahun 1 bulan
 Agama : Kristen
 Alamat : Jl.Tanggul Selatan
 Tanggal masuk : 7 April 2018

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Panas
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak perempuan usia 2 tahun masuk RS dengan keluhan
panas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas yang dialami naik
turun, naik biasanya tidak menentu hampir sepanjang waktu dan panas
turun biasanyasetelah dikompres oleh ibunya. Pasien juga mengeluhkan
batuk (+) berlendir (+) kurang lebih dari 3 hari yang lalu, flu (+), sesak
(+). Mual (-), Muntah sebanyak 3 kali berisi makanan pada 3 hari yang
lalu. BAB dan BAK biasa.
 Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Tidak pernah sakit serupa sebelumnya
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama
 Riwayat Sosial-Ekonomi :
Menengah.
 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien ini merupaka anak yang aktif
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan:

4
Ibu pasien sering memeriksakan diri ke bidan selama masa
kehamilan, tidak pernah mengalami kelainan selama masa kehamilan.
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan
lahir 3000 gram, panjang badan lahir 50 cm. Proses persalinan dibantu
oleh bidan di Puskesmas.
 Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :
 Tengkurap dan telentang :4 bulan
 Duduk :8 bulan
 Merangkak :8 bulan
 Berbicara :1 tahun
 Berjalan :1 tahun

 Penyakit yang Pernah di Alami:


- Morbili : (-)
- Varicella : (-)
- Pertussis : (-)
- Diare : (-)
- Cacing : (-)
- Batuk / pilek : (+)
- Lain – lain : (-)
 Anamnesis Makanan:
Pasien mengkomsumsi ASI eksklusif saat berusia 0-2 bulan. Pasien
mengkonsumsi susu formula sejak usia 3 bulan hingga sekarang. Pasien
makan bubur saring sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun, dan makan nasi
sejak usia 1 tahun sampai sekarang.
 Riwayat Imunisasi:
Imunisasi dasar lengkap

5
III. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Berat Badan : 10 kg
 Tinggi Badan : 85 cm
 Status Gizi : Gizi Baik
BB/TB : (0) (1)
BB/U : (0) (-2)
TB/U : (-2)(-3)
 Tanda Vital
- Denyut nadi : 130 x/menit
- Suhu : 38,5o C
- Respirasi : 45 x/menit

 Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor ,Rumple leed test (-).
 Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
Mata : Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Cornea reflex : Normal
Pupil : Isokor (+/+)
Lensa : Jernih
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (+), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir: sianosis (-), kering (-)
Lidah : Kotor (-)
Gigi : Caries (-)

6
Selaput mulut : Normal
Gusi : Perdarahan (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)

 Thorax
Bentuk simetris, retraksi otot dinding dada (+)
 Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
intercostal (+)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : vesiculer (+/+), Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V
lineaparasternal dextra, batas kiri jantung SIC V
linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-)
 Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Tympani (+).
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (-) regio epigastrium,
hepatomegaly (-), lien tidak teraba (-).
 Genitalia : Tidak ada kelainan

7
 Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
 Punggung : Tidak ada deformitas
 Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
 Refleks : Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 18,7 x 103 /uL 4,8 – 10,0 ↑
RBC 4,82 x 106 /uL 4,0 – 5,40 Normal
HGB 12,2 g/dl 11,5 – 14,5 Normal
HCT 35,0 % 37,0 – 45,0 Normal
PLT 331 x 103 /uL 200 – 400 Normal
Pemeriksaan foto thoraks
Kesan : Bronchopneumonia e.c proses spesifik

V. RESUME
Pasien anak perempuan usia 2 tahun masuk RS dengan keluhan
panas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Panas yang dialami naik
turun, naik biasanya tidak menentu hampir sepanjang waktu dan panas
turun biasanya setelah dikompres oleh ibunya. Pasien juga mengeluhkan
batuk (+) berlendir (+) kurang lebih dari 3 hari yang lalu, flu (+), sesak (+).
Mual (-), Muntah sebanyak 3 kali berisi makanan pada 3 hari yang lalu.
BAB dan BAK biasa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, status gizi : gizi baik (BB/TB = (0)(1)). Tanda-
tanda vital : suhu: 38,5°C, denyut nadi: 130x/menit, dan respirasi:
45x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya retraksi interkostal
(+) dan Ronchi (+), Hasil pemeriksaan penunjang untuk darah rutin
menunjukkan adanya leukositosis sebesar 18,7 x 103/uL. Pemeriksaan

8
radiologi berupa X-ray foto Thoraks tampakan AP menunjukan kesan
Bronchopneumonia e.c. proses spesifik

VI. DIAGNOSIS KERJA


Pneumonia berat

VII. TERAPI
a. Medikamentosa
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Gentamicin 2x40 mg/iv
- Cefixime 2x50 mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- GG 30 mg
CTM 1 mg
3 x 1 pulv
Salbutamol 0,8 mg
Metyl Prednisolon 2 mg

VIII. ANJURAN:
- Tidak ada

9
FOLLOW UP

(8 April 2018) Perawatan hari ke-2


Subjek (S):
Demam (+) hari ke-4, batuk (+) berlendir, pilek (+), sesak (+), mual (-), muntah (-
). Nafsu makan dan minum baik , BAB dan BAK lancar.
Objek (O):
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda Vital
o Denyut Nadi : 120 kali/menit
o Respirasi : 64 kali/menit
o Suhu : 37,80C
BB : 10 kg

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-) sianosis (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir:cyanosis (-)
Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening(-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (+), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-) regio epigastrium,hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.

10
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Pneumonia berat

Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Gentamicin 2x40 mg/iv
- Cefixime 2x50 mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- GG 30 mg
CTM 1 mg
3 x 1 pulv
Salbutamol 0,8 mg
Metyl Prednisolon 2 mg

(9 April 2018) Perawatan hari ke-3


Subjek (S):
Demam (+) hari ke-5, batuk (+) berlendir, pilek (+), sesak (+), mual (-), muntah (-
). Nafsu makan dan minum baik , BAB dan BAK lancar.
Objek (O):
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda Vital
o Denyut Nadi : 120 kali/menit
o Respirasi : 52 kali/menit
o Suhu : 37,70C
BB : 10 kg

11
- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-) sianosis (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir:cyanosis (-)
Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening(-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (+), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-) regio epigastrium,hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Pneumonia berat
Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Gentamicin 2x40 mg/iv
- Cefixime 2x50 mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- GG 30 mg
CTM 1 mg
3 x 1 pulv
Salbutamol 0,8 mg
Metyl Prednisolon 2 mg

12
(10 April 2018) Perawatan hari ke-4
Subjek (S):
Demam (+) hari ke-6, batuk (+) berlendir, pilek (-), sesak (+), mual (-), muntah (-
). Nafsu makan dan minum baik , BAB dan BAK lancar.
Objek (O):
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda Vital
o Denyut Nadi : 120 kali/menit
o Respirasi : 60 kali/menit
o Suhu : 37,70C
BB : 10 kg

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-) sianosis (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir:cyanosis (-)
Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening(-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (+), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-) regio epigastrium,hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).

13
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Pneumonia berat
Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Gentamicin 2x40 mg/iv
- Cefixime 2x50 mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- GG 30 mg
CTM 1 mg
3 x 1 pulv
Salbutamol 0,8 mg
Metyl Prednisolon 2 mg

(11 April 2018) Perawatan hari ke-5


Subjek (S):
Demam (-) bebas demam hari ke-1, batuk (+) berlendir, pilek (-), sesak (+), mual
(-), muntah (-). Nafsu makan dan minum baik , BAB dan BAK lancar.
Objek (O):
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda Vital
o Denyut Nadi : 120 kali/menit
o Respirasi : 48 kali/menit
o Suhu : 37,00C
BB : 10 kg

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-) sianosis (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

14
Mulut: bibir:cyanosis (-)
Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening(-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (+), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-) regio epigastrium,hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Pneumonia berat

Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Gentamicin 2x40 mg/iv
- Cefixime 2x50 mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- GG 30 mg
CTM 1 mg
3 x 1 pulv
Salbutamol 0,8 mg
Metyl Prednisolon 2 mg

15
(12 April 2018) Perawatan hari ke-6
Subjek (S):
Demam (-) bebas demam hari ke-2, batuk (+) berlendir(+) sesekali, pilek (-),
sesak (+), mual (-), muntah (-). Nafsu makan dan minum baik , BAB dan BAK
lancar.
Objek (O):
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda Vital
o Denyut Nadi : 120 kali/menit
o Respirasi : 40 kali/menit
o Suhu : 37,50C
BB : 10 kg

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-) sianosis (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir:cyanosis (-)
Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening(-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (+), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-) regio epigastrium,hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).

16
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Pneumonia berat
Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 10 tpm
- Inj. Gentamicin 2x40 mg/iv
- Cefixime 2x50 mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- GG 30 mg
CTM 1 mg
3 x 1 pulv
Salbutamol 0,8 mg
Metyl Prednisolon 2 mg

(13 April 2018) Perawatan hari ke-7


Subjek (S):
Demam (-) bebas demam hari ke-3, batuk (+) berlendir (+) sesekali, pilek (-),
sesak (+), mual (-), muntah (-). Nafsu makan dan minum baik , BAB dan BAK
lancar.
Objek (O):
- Keadaan Umum : Sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda Vital
o Denyut Nadi : 124 kali/menit
o Respirasi : 42 kali/menit
o Suhu : 37,40C
BB : 10 kg

- Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-) sianosis (-)

17
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir:cyanosis (-)
Tonsil : T1/T1 Hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening(-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (+), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru vesiculer (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-) regio epigastrium,hepatomegaly (-) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Pneumonia berat
Plan (P):
a. Medikamentosa
- Cefixime 2x50 mg
- Paracetamol syrup 4x1 cth
- GG 30 mg
CTM 1 mg
3 x 1 pulv
Salbutamol 0,8 mg
Metyl Prednisolon 2 mg

Pasien dipulangkan pada perawatan hari ke-7 karena sudah ada perbaikan
gejala. Pasien sudah tidak demam, batuk sudah berkurang, flu sudah tidak ada,
muntah sudah tidak ada. Pada pemeriksaan fisik pasien sudah tidak takipneu. saat

18
pulang pasien diberikan cefixime 50 mg 2x1 pulv dan puyer batuk 3x1 pulv dan 3
hari setelah pulang dari RS, pasien diharapkan kontrol di poli anak.

19
DISKUSI

Diagnosis pneumonia didasarkan pada gejala klinis (anamnesis),


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Berdasarkan gejala, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang maka pasien pada kasus ini didiagnosis
pneumonia berat.

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia


dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu: pneumonia lobaris, pneumonia
interstisial, dan pneumonia lobularis (bronkopneumonia). 1

Berikut ini adalah daftar etiologi pneumonia pada anak berdasarkan


kelompok umur.1

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Bakteri

Bakteri Anaerob
Bakteri
Streptoccous Group D
E.Coli
Lahir-20 hari Haemophillus Influenzae
Streptoccous Hemolitikus Grup B
Virus
Streptoccous Pneumoniae
Cytomegalovirus

Herpes Simpleks

Bakteri Bakteri

Chlamydia Trachomatis Bordetella Pertussis


3 minggu - 3 bulan
Streptoccous Pneumoniae H.Influenza Tipe B

Virus S. Aureus

20
Adenovirus

Virus Influenza

Virus Paraiinfluenza

Bakteri Bakteri

Chlamydia Pneumonia H. Influenza

Mycoplasma Pneumoniae Moraxella Chataralis

Streptococcus Pneumoniae S. Aureus

4 bulan – 5 tahun Virus

Adenovirus
Virus
Virus Influenza
Varicella- Zooster
Virus Parainflueza

Rhinovirus

Virus
Bakteri
Adenovirus
Chlamydia Pneumoniae
Epstein-Barr
5 Tahun ke atas Mycoplasma Pneumoniae
Rhinovirus
Streptococus Pneumoniae
Parainfluenza Virus

Influenza Virus

Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan


distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan dalam

21
pneumonia adalah streptococcus pneumoniae, haemophiluz influenza,
staphylococcus aureus, streptokokus grup B.1

Secara klinis umumnya pneumonia bakteri sulit dibedakan dengan


pneumonia virus. Demikian juga dengan pemeriksaan radiologis dan
laboratorium. Biasanya tidak dapat menentukan etiologi.1

Normalnya, saluran pernapasan steril dari daerah sublaring sampai


parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila
satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme
bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran napas bagian bawah melalui inhalasi
atau aspirasi flora komensal dari saluran napas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen.1

Kuman penyebab pneumonia umumnya mencapai alveolus lewat percikan


mucus atau saliva.Lobus bagian bawah paru paling sering terkena karena efek
gravitasi. Setelah mencapai alveolus, maka kuman akan menimbulkan respon
khas yang terdiri dari empat tahap berurutan1

1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan awal yang


berlangsung pada daerah yang baru terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru.

22
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.1

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian
dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah.
Pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 1

3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)

Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih


mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.1

4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)

Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.1

Selain itu WHO mengklasifikasikan pneumonia, pneumonia berat dan


pneumonia sangat berat berdasarkan manifestasi pada sistem pernapasan.3,4,5

23
Tabel 1. Pneumonia pada bayi kurang dari 2 bulan

Manifestasi klinis

Pneumonia berat Retraksi dinding dada atau


tachypnea

Pneumonia sangat berat  Retraksi dinding dada atau


tachypnea

 Tidak dapat menyusu/makan

 Kejang, letargi, tidak sadar

 Demam/suhu tubuh yang


rendah

 Pernapasan tidak teratur

Tabel 2. Pneumonia pada bayi usia 2 bulan sampai 5 tahun

Pneumonia ringan  Tachypnea

Pneumonia berat  Retraksi dinding dada

Pneumonia sangat berat  Tachypnea

 Retraksi dinding dada

 Tachypnea

 Tidak dapat menyusu/makan

 Kejang, letargi, tidak sadar

 Malnutrisi

24
Tabel 3. Kriteria napas cepat sesuai golongan umur6

Jika umur anak Anak dikatakan bernapas cepat jika

<2 bulan Frekuensi napas: 60 kali per menit


atau lebih

2 sampai 12 bulam Frekuensi napas: 50 kali per menit


atau lebih

12 bulan sampai 5 tahun Frekuensi napas: 40 kali per menit


atau lebih

Pada kasus ini ditemukan trias pneumonia pada pasien umur 2 tahun 1
bulan dengan keluhan sesak napas, batuk, dan demam. Keluhan batuk sudah
dialami sejak 3 hari yang lalu kemudian diikuti dengan munculnya panas menurut
keterangan orang tua pasien. Batuk disertai dengan lendir berwarna putih, pilek
(+), serta sesak napas (+) sejak 1 hari SMRS. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan nafas cepat yaitu 45x/menit dansuhu 38,5oC. Tidak ada terlihat adanya
pernapasan cuping hidung, pemeriksaan thoraks didapatkan adanya retraksi
intercostal namun tidak ditemukan sianosis dan pasien masih dapat minum.
Ditemukan pula suara napas tambahan yaitu ronkhi basah halus pada kedua
lapang paru. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya leukositosis. Pada
pemeriksaan foto thoraks didapatkan kesan bronchopneumonia e.c proses spesifik.
Maka berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, pasien ini termasuk
pneumonia berat.

Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas


selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Selain itu keluhan meliputi menggigil, batuk,
sakit kepala, anoreksia, dan kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti

25
muntah dan diare. Secara klinis ditemukan gejala respiratori seperti takipnea,
retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronki, dan sianosis.
Penyakit ini sering ditemukan bersamaan dengan konjungtivitis, otitis media,
faringitis, dan laringitis. Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar.
Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna.
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan
bawah yang menimbulkan iritasi diafragma. Nyeri abdomen dapat menyebar ke
kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis. Abdomen mengalami distensi
akibat dilatasi lambung yang disebabkan oleh aerofagi atau ileus paralitik.1

Gambaran foto rontgen thoraks pneumonia pada anak dapat meliputi


gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat ringan
pada satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru disertai dengan
peningkatan corakan peribronkial. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa lesi
pneumonia pada anak terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Bila
ditemukan di paru kiri, dan terbanyak di lobus bawah, maka hal itu merupakan
prediktor pejalanan penyakit yang lebih berat dengan risiko terjadinya pleuritis.
Gambaran foto thoraks dapat membantu mengarahkan kecenderungan etiologi
pneumonia. Penebalan peribronkial, infiltrat intersisial merata, dan hiperinflasi
cenderung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa konsolidasi
segmen atau lobar, bronkopneumonia, dan air bronchogram sangat mungkin
disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia Stafilokokus sering ditemukan abses-
abses kecil dan pneumatokel dengan berbagai ukuran.1 Pemeriksaan foto thorax
pada pasien tidak dilakukan.

Menurut Bredley et al, (2011) diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5


gejala5:

1. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan


dinding dada

2. Panas badan

3. Ronki basah halus-sedang nyaring (crackles)

26
4. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus

5. Leukositos ( pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan


limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang
predominan)

Penatalaksanaan pneumonia pada anak terdiri dari 2 macam, yaitu


penatalaksanaan umum dan khusus.

1. Penatalaksaan Umum

a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang

b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2. Penatalaksanaan Khusus

a. Mukolitik dan ekspektoran

b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung

c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi


klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan
angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari).

Mayoritas anak-anak yang didiagnosis dengan pneumonia dala, perawatan


rawat jalan diobati dengan antibiotik oral. Amoxicillin dosis tinggi digunakan
sebagai agen lini pertama untuk anak-anak dengan pneumonia komunitas tanpa
komplikasi. Sefalosporin generasi kedua dan ketiga dan antibiotik makrolida
seperti azitromisin adalah alternatif yang dapat diterima. Terapi kombinasi
(ampisilin dan gentamisin atau sefotaksim) biasanya digunakan pada perawatan
awal pada bayi baru lahir dan bayi muda. 7

27
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena
tidak tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu dalam penanganan
pneumonia, antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris, yaitu bila tidak
ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut
kelompok usia. Umumnya pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada
kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan
klinis pasien serta faktor epidemiologis.1,7

Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan -5 tahun):

a. Beta laktam amoksisillin

b. Amoksisillin - asam klavulanat

c. Golongan sefalosporin

d. Kotrimoksazol

e. Makrolid (eritromisin)

Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik beta-laktam dengan/atau tanpa klavulanat; pada kasus yang lebih berat
diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid baru
intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau
keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan.
Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia
tanpa komplikasi.1

Pada pneumonia rawat inap, berbagai RS di Indonesia memberikan


antibiotik beta-laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan
kloramfenikol. Feyzullah dkk. melaporkan hasil perbandingan pemberian
antibiotik pada anak dengan pneumonia berat berusia 2-24 bulan. Antibiotik yang
dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena (25.000 U/kgBB setiap 4
jam) dan kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam), dan seftriakson intravena (50

28
mg/kgBB setiap 12 jam). Keduanya diberikan selama 10 hari, dan ternyata
memiliki efektivitas yang sama.1

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam


rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah
komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.1

Pneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik bila didiagnosis
dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan pada anak-
anak dengan keadaan malnutrisi energi–protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.3,5

Teori Kasus
Gejala Klinis Pneumonia Pada pasien ini dijumpai
- Sesak nafas - Sesak Nafas
- Batuk (non produktif maupun - Batuk produktif
produktif) - demam
- Demam

Pemeriksaan Fisik Pada pasien ini dijumpai


Biasanya pada pasien pneumonia adanya takipneu, dan dijumpai pula suara
dijumpai atau adanya retraksi dada, tambahan berupa ronkhi di kedua lapang
takipneu. Dapat dijumpai adanya suara paru.
tambahan berupa ronkhi di daerah paru
yang terlibat.

29
Pemeriksaan Penunjang Pada pasien ini dijumpai
Pada pemeriksaan darah rutin, biasanya Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai
dijumpai adanya peningkatan jumlah sel adanya peningkatan jumlah seldarah putih
darah putih yang menandakan adanya (18.700/mm3).
proses infeksi. Pada pemeriksaan radiologis menunjukan
Pada pemeriksaan radiologis, gambaran kesan bronchopneumonia e.c proses
pneumonia dapat berupa infiltrat sampai spesifik
konsolidasi dengan air bronchogram.

Penatalaksanaan Pada pasien ini dilakukan


Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan - pemberian antibiotik berupa pemberian
cefixime 50 miligram/12 jam bersama
5 tahun):
dengan pemberian injeksi gentamicin 40
a. Beta laktam amoksisillin mg/12 jam. Dan diberikan juga terapi
simptomatik yang relevan.
b. Amoksisillin -
asam klavulanat
c. Golongan sefalosporin
d. Kotrimoksazol
e. Makrolid (eritromisin)
Sefalosporin generasi kedua dan ketiga
dan antibiotik makrolida seperti
azitromisin adalah alternatif yang dapat
diterima. Terapi kombinasi (ampisilin dan
gentamisin atau sefotaksim) biasanya
digunakan pada perawatan awal pada bayi
baru lahir dan bayi muda

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

2. WHO, 2014. Revised WHO classification and treatment of childhood


pneumonia at health facilities

3. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I.Jakarta :Badan
Penerbit IDAI.

4. Bradley J.S et al., (2011). The management of community-acquired


pneumonia in infants and children older than 3 months of age: clinical
practice guidelines by the pediatric infectious disease society and the
infectious diseases society and the infectious diseases society of America. Clin
infect dis. 53 (7)p: 617-630

5. Omar, 2010. Clinical Practice Guidelines on Pneumonia and Respiratory


Tract Infections in Children. Malasya

6. Depkes, 2012. Modul Tatalaksana Standar Pneumonia

7. Harvey, S. (2012). Pneumonia. [online] University of Maryland Medical


Center. Available at:
http://umm.edu/health/medical/reports/articles/pneumonia [Accessed 24 Apr.
2015].

31

Anda mungkin juga menyukai