Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari
gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan
asma. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru–paru. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK) merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika
Serikat. Penyakit ini menyerang lebih dari 25% populasi dewasa (Smeltzer
& Bare, 2001).
Akhir-akhir ini chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) semakin menarik untuk
dibicarakan oleh karena prevalensi dan mortalitas yang terus meningkat.
Di Amerika kasus kunjungan pasien PPOK di instansi gawat darurat
mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan dirumah sakit
dan 119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian,
PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit jantung, kanker
dan penyakit serebro vaskular. Biaya yang dikeluarkan untuk penyakit ini
mencapai 24 Miliyar per tahunnya. World health organization (WHO)
memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan
meningkat. Merokok merupakan faktor resiko terpenting penyebab PPOK
disamping faktor risiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan
lain-lainnya (Sudoyo, 2006).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa tahun 2020
prevalensi PPOK akan meningkat. Di Indonesia tidak ditemukan data yang
akurat tentang kekerapan PPOK. Hasil survei penyakit tidak menular oleh
Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 Rumah Sakit Propinsi di Indonesia
(Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan)
pada tahun 2013, menunjukkan PPOK menempati urutan ke-2
penyumbang angka kesakitan (morbiditas) (Depkes RI, 2013).

1
2

Prevalensi terjadinya penyakit ini lebih tinggi pada laki-laki daripada


perempuan dan meningkat dengan bertambahnya usia. PPOK lebih sering
terjadi pada orang yang masih aktif merokok dan bekas perokok serta
meningkat dengan banyak jumlah rokok yang dikonsumsi (GOLD, 2014).
Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat, terutama pada penderita
laki-laki lanjut usia. Bronkhitis kronis ditandai oleh adanya sekresi mukus
bronkus yang berlebihan dan tampak dengan adanya batuk produktif
selama 3 bulan atau lebih, dan setidaknya berlangsung selama 2 tahun
berturut turut, serta tidak disebabkan oleh penyakit lain yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi dan mengembangkan pola fikir ilmiah dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus COPD di Instalansi Gawat
Darurat Rumah Sakit Paru Jember.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengajian pada klien dengan kasus COPD di Instalansi
Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Jember.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada kasus COPD di Instalansi
Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Jember.
c. Menyusun instervensi keperawatan pada pasien dengan kasus COPD
di Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Jember.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan kasus
COPD di Instalansi Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Jember.
e. Melakukan evaluasi pada pasien dengan kasus COPD di Instalansi
Gawat Darurat Rumah Sakit Paru Jember.

Anda mungkin juga menyukai