Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis
yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undiffrentiated febrile illness),
demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue
disertai syok (dengue shock syndrome) atau sindrom syok dengue. Patofisiologi
utama penyakit DBD adalah terjadinya kebocoran plasma yang disebabkan oleh
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah (vaskuler).1
Epidemiologi Demam Berdarah Dengue pada tahun 2014, sampai
pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia
sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut
lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah
penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871
penderita.2 Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di
Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan DBD berat.3 Berdasarkan penelitian di
Indonesia dari tahun 1968-2009 tercatat sejak tahun 1968 telah terjadi
peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD,
dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada
tahun 2009. Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada
laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada
tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009.3
Pasien DBD yang datang ke unit gawat darurat bervariasi dari infeksi
ringan hingga berat disertai tanda-tanda perdarahan spontan masif dan syok.
Diagnosis harus ditetapkan secara cepat dan pentalaksanaan pada keadaan ini
tentu harus dilakukan sesegera mungkin. Hingga saat ini penatalaksanaan DBD
belum ada yang spesifik dan hanya dilakukan teapi suportif yaitu dengan
penggantian cairan. Dengan memahami patogenesis, perjalanan penyakit,
gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.4
Standar kompetensi dokter Indonesia (SKDI) untuk kasus DBD adalah 4A,
yaitu sebagai seorang dokter umum harus dapat membuat diagnosis klinik
berdasarkan anamnesis, pemeriksan fisik dan pemeriksaaan penunjang sehingga
dapat memutuskan dan mampu menangani kasus secara mandiri hingga tuntas.

Anda mungkin juga menyukai