Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan Pemerintahan


Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang nyata maksudnya
pemberian otonomi kepada daerah berdasarkan faktor-faktor perhitungan
tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin daerah yang
bersangkutan secara nyata dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan,
bertanggung jawab maksudnya pemberian otonomi itu benar-benar sejalan
dengan tujuannya yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar dipelosok
negara dan daerah serta dapat menjamin perkembangan dan pembangunan
daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah
kewenangan (urusan) dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah yang
bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi
ini memerlukan banyak faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung yang
secara signifikan menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah
kemampuan daerah untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan
yang dimilikinya.

1.2. Tujuan

Mengetahui arah perkembangan otonomi daerah di Indonesia.

1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Otonomi Daerah
Otonomi dearah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang –
undangan. (HAW Widjaja,2002 : 76)
Desentralisasi atau yang dikenal otonomi daerah sangat popular di
Indonesia pasca bergulirnya reformasi. Daerah diberikan kewenangan
(authority) untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri tanpa harus
dikomandoi oleh pusat. Makna mengatur ialah melahirkan berbagai bentuk
kebijakan atau peraturan yang mempertimbangkan kepentingan masyarakat
dengan berlandaskan adat dan kebudayaan atau kearifan lokal yang dimiliki,
selanjutnya makna mengurus ialah menyediakan pelayanan, baik barang
maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Muslim dalam Jurnal El-
Riyasah , 2011:43)
Pasal 1 Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
menyatakan bahwa otonomi daerah adalah otonom hak,wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang – undangan. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah kesatuan
masyarakat hukum yang yang mempunyai batas – batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masayarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum,
otonomi daerah dapat dikatakan sebagai hak untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri Jadi dapat dikatakan bahwa otonomi daerah pada
dasarnya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri.

2
BAB III
PEMBAHASAN

Desentralisasi merupakan salah satu new strategy kita untuk menghadapi


era new game yang penuh dengan new rules di milenium industry 4.0.
Kelebihan sistem ini adalah sebagian keputusan dan kebijakan yang ada di
daerah dapat diputuskan di daerah tanpa campur tangan pemerintah pusat.
Namun kekurangan dari sistem ini adalah pada daerah khusus, euforia yang
berlebihan dimana wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau
golongan serta dipergunakan untuk mengeruk keuntungan para oknum atau
pribadi. Hal ini terjadi karena sulit dikontrol oleh pemerinah pusat.

Otonomi daerah seolah membuahkan konsekuensi tidak terduga yang


menyimpang dari tujuan mulia pembentukannya. Di era otonomi daerah zaman
now, kita melihat bermunculan raja – raja kecil di daerah yang tamak dan haus
akan uang serta tampuk kekuasaan. Para pengusaha, birokrat, dan politisi
berlomba – lomba menguasai jabatan strategis dan membangun dinasti politik
di daerahnya. Akibatnya, bermunculan fenomena kepala daerah yang tidak
kompeten dan tidak memiliki rasa tanggung jawab kepada publik.

Munculnya raja – raja kecil di daerah juga semakin menegaskan ada


permasalahan serius dalam pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini. Raja-raja
kecil ini juga menunjukkan sikap dan perilaku kurang menghargai dan patuh
terhadap kewibawaan pemerintah pusat dan norma hukum. Banyak dari pejabat
daerah yang memperkaya diri sendiri dengan menyalahgunakan kekuasaan dan
wewenangnya secara melawan hukum. Berbagai korupsi berjamaah atas dana
APBD, jual beli izin, hingga suap berbagai proyek pembangunan daerah,
seakan menjadi ciri khas dari otonomi daerah zaman now. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan berbagai celah hukum dan birokrasi yang tidak
memenuhi standar good governance.

3
Padahal hukum sejatinya harus berperan menjadi alat pembaruan sosial
dalam masyarakat atau a tool of social engineering, sebagaimana dikemukakan
Roscoe Pound. Hukum diharapkan bisa mengubah nilai – nilai sosial untuk
dapat mewujudkan sebuah masyarakat yang madani dan sejahtera. Hal ini
seharusnya menjadi semangat dalam penyelenggaraan otonomi daerah dan
menjadi pedoman bagi para pemimpin di negeri ini. Berkaca dari semua itu,
otonomi daerah gagal membangun akuntabilitas keberwakilan, baik dalam
hubungan pusat dan daerah maupun dalam pengelolaan dan penyelenggaraan
urusan pemerintahan. Otonomi daerah hakikatnya dilaksanakan untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan membangun daerah sesuai
dengan potensinya.

Pelaksanaan otonomi daerah perlu dimaksimalkan dan diawasi secara


holistik agar bisa memberikan manfaat bagi daerah. Harus ada penataan ulang
terhadap berbagai regulasi pelaksanaan otonomi daerah mulai dari undang –
undang sampai pada tataran peraturan menteri. Melalui penataan regulasi,
pemerintah harus membentuk dan membangun tata kelola pemerintahan yang
baik, efektif, efisien, bersih, berwibawa, taat pada hukum, dan melayani
masyarakat di daerah. Hal ini tentu sejalan dan senada dengan semangat
reformasi birokrasi. Selain pengawasan dan regulasi, pembangunan mental di
daerah juga perlu dilakukan guna memaksimalkan pelaksanaan otonomi
daerah. Tidak luput juga pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang bersih dan
jujur agar bisa menghasilkan para elite birokrat daerah yang dapat
mengimplementasikan nilai, prinsip, dan tujuan otonomi daerah sesungguhnya.

4
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Otonomi dearah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang –
undangan. Namun, pada praktiknya otonomi daerah membuahkan konsekuensi
tidak terduga yang menyimpang dari tujuan. Hal ini disebabkan berbagai celah
hukum dan birokrasi yang tidak memenuhi standar good governance. Sehingga
pelaksanaan otonomi daerah perlu dimaksimalkan dan diawasi secara holistik
agar bisa memberikan manfaat bagi daerah dan bila perlu ada penataan ulang
terhadap berbagai regulasi pelaksanaan otonomi daerah mulai dari undang –
undang sampai pada tataran peraturan menteri. Melalui penataan regulasi,
pemerintah harus membentuk dan membangun tata kelola pemerintahan yang
baik, efektif, efisien, bersih, berwibawa, taat pada hukum, dan melayani
masyarakat di daerah.

Anda mungkin juga menyukai