Otonomi Daerah
Otonomi Daerah
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Otonomi Daerah
Otonomi dearah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang –
undangan. (HAW Widjaja,2002 : 76)
Desentralisasi atau yang dikenal otonomi daerah sangat popular di
Indonesia pasca bergulirnya reformasi. Daerah diberikan kewenangan
(authority) untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri tanpa harus
dikomandoi oleh pusat. Makna mengatur ialah melahirkan berbagai bentuk
kebijakan atau peraturan yang mempertimbangkan kepentingan masyarakat
dengan berlandaskan adat dan kebudayaan atau kearifan lokal yang dimiliki,
selanjutnya makna mengurus ialah menyediakan pelayanan, baik barang
maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Muslim dalam Jurnal El-
Riyasah , 2011:43)
Pasal 1 Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
menyatakan bahwa otonomi daerah adalah otonom hak,wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang – undangan. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah kesatuan
masyarakat hukum yang yang mempunyai batas – batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masayarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara umum,
otonomi daerah dapat dikatakan sebagai hak untuk mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri Jadi dapat dikatakan bahwa otonomi daerah pada
dasarnya adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri.
2
BAB III
PEMBAHASAN
3
Padahal hukum sejatinya harus berperan menjadi alat pembaruan sosial
dalam masyarakat atau a tool of social engineering, sebagaimana dikemukakan
Roscoe Pound. Hukum diharapkan bisa mengubah nilai – nilai sosial untuk
dapat mewujudkan sebuah masyarakat yang madani dan sejahtera. Hal ini
seharusnya menjadi semangat dalam penyelenggaraan otonomi daerah dan
menjadi pedoman bagi para pemimpin di negeri ini. Berkaca dari semua itu,
otonomi daerah gagal membangun akuntabilitas keberwakilan, baik dalam
hubungan pusat dan daerah maupun dalam pengelolaan dan penyelenggaraan
urusan pemerintahan. Otonomi daerah hakikatnya dilaksanakan untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan membangun daerah sesuai
dengan potensinya.
4
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Otonomi dearah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang –
undangan. Namun, pada praktiknya otonomi daerah membuahkan konsekuensi
tidak terduga yang menyimpang dari tujuan. Hal ini disebabkan berbagai celah
hukum dan birokrasi yang tidak memenuhi standar good governance. Sehingga
pelaksanaan otonomi daerah perlu dimaksimalkan dan diawasi secara holistik
agar bisa memberikan manfaat bagi daerah dan bila perlu ada penataan ulang
terhadap berbagai regulasi pelaksanaan otonomi daerah mulai dari undang –
undang sampai pada tataran peraturan menteri. Melalui penataan regulasi,
pemerintah harus membentuk dan membangun tata kelola pemerintahan yang
baik, efektif, efisien, bersih, berwibawa, taat pada hukum, dan melayani
masyarakat di daerah.