Anda di halaman 1dari 6

PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA INDONESIA ANAK AUTIS

DI SLB CAHAYA PUTIH BANYUWANGI

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya bahasa adalah alat yang berfungsi untuk berkomunikasi, dengan

bahasa kita dapat menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan pengalamannya kepada

orang lain. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu: menyimak

(mendengarkan), berbicara, membaca, dan menulis. Dalam Pembelajaran bahasa

Indonesia, di berbagai lembaga pendidikan mempunyai maksud dan tujuan yang sama

yaitu mengembangkan keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut.

Kaitannya dengan pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB), pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek kemampuan berbahasa. Aspek kempuan

berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang

berkaitan dengan ragam bahasa non sastra.

Keterampilan berbicara sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Seorang kepala

desa misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat menggerakkan

masyarakatnya untuk mendukung program pembangunannya. Seorang pedagang perlu

menguasai keterampilan berbicara agar dapat mempengaruhi calon pembeli. Demikian

halnya seorang guru, mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara agar dapat

menyampaikan informasi dengan baik kepada siswanya. Bagi siswa pun dituntut

menguasai keterampilan berbicara agar saat mereka terjun ke masyarakat tidak

kesulitan dalam hal berkomunikasi dengan anggota masyarakat yang lain.

Dengan berbicara kita berusaha untuk mengungkapkan isi pikiran dan

perasaannya kepada orang lain secara lisan. Tanpa usaha untuk mengungkapkan isi hati

kita, maka orang lain tidak akan mengetahui apa yang kita pikirkan dan rasakan. Ketika

kita tidak berbicara, maka orang lain tidak akan bisa saling berkomunikasi dengan
sesamanya. Untuk berkomunikasi dengan sesama kita lebih sering menggunakan

bahasa lisan daripada bahasa tulis. Bahasa lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang

sedang kita rasakan. Oleh karena itu, keterampilan berbicara menjadi salah satu hal

terpenting dalam kehidupan kita.

Keterampilan berbicara perlu dimiliki oleh setiap individu, khususnya peserta

didik. Berbicara merupakan aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dalam menuntut

ilmu. Di sekolah Semua pelajaran pasti memanfaatkan kegiatan berbicara sebagai alat

transfer dari pendidik ke peserta didik. Berbicara merupakan salah satu aspek

keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang

dimiliki manusia untuk menyampaikan ide, pikiran atau perasaan sehingga ide yang ada

dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti mengemukakan

ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan

komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Memang setiap orang dikodratkan untuk

bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki

keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar khususnya apa yang dialami oleh

anak penyandang autis. Oleh karena itu, pelajaran berbicara seharusnya mendapat

perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa di SLB.

Bukan hal mudah mendidik dan mengajar anak autis. Butuh kesabaran dan

ketelatenan serta keahlian khusus, karena anak autis merupakan anak berkebutuhan

khusus yang berbeda dengan kebanyakan anak normal lainnya. Penyandang autis

adalah individu dengan keunikan pribadi. Mereka memiliki kepribadian yang berbeda

dengan individu normal. Terkadang mereka ada yang memiliki gejala ringan dalam

keterlambatan berbahasa, tetapi mereka lebih memiliki masalah dalam bersosialisasi

atau berteman. Anak autis sulit memulai dan meneruskan pembicaraan. Bagi mereka
berkomunikasi adalah berbicara satu arah dan hanya membicarakan hal-hal monoton

yang sangat ia sukai tanpa mempedulikan lawan bicaranya suka atau tidak.

Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukan

pada seseorang yang menunjukan gejala “hidup dalam dunianya sendiri.” autis adalah

gangguan perkembangan pervasive pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan

dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi

sosial.

Gejala autis sangat bervariasi. Sebagian anak autis berperilaku hiperaktif dan

agresif atau menyakiti diri sendiri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat

sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk).

Kadang-kadang anak autis menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas.

Autis dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan anak, seperti aktivitas sehari-hari

di rumah maupun disekolah (http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280837-

T%20Evy%20Marlinda.pdf).

Anak autis dapat memiliki kemampuan ingatan dan berbicara secara normal,

tetapi sulit untuk berpartisipasi dan berteman dengan rekan sebayanya (Lakshita, 2012:

12). Secara umum anak autis memiliki gangguan dalam hal: komunikasi, interaksi

sosial, imajinasi, pola perilaku berulang, dan tidak mudah menyesuaikan terhadap

perubahan (Mulyadi dan Rudi, 2014: 12).

Beberapa anak autis mempunyai kemampuan berbahasa yang berbeda. Mereka

memiliki keterlambatan dan kelainan yang mana ketrampilan berbahasanya

memerlukan pembinaan khusus (Delphie, 2009:37). Dalam pembinaan dan penanganan

anak autis ini banyak kendala yang harus dihadapi. Kendala tersebut datang dari

kekurangan anak autis itu sendiri, misalnya gannguan komunikasi, interaksi sosial,

imajinasi, pola perilaku berulang, dan tidak mudah menyesuaikan terhadap perubahan.
Peneliti mengambil anak autis sebagai objek penelitian ini karena anak autis

memiliki keunikan tersendiri. Mereka memiliki kombinasi perilaku yang nmembuat

mereka berbeda dengan individu normal. Selain itu, jumlah penyandang autis terus

meningkat. Di Amerika autis telah dinyatakan sebagai national-alarming karena

peningkatan jumlah penderita dari tahun ke tahun terus meningkat. Demikian halnya

dengan Indonesia dari tahun ke tahun jumlah anak autis semakin meningkat (Lakshita,

2012: 11).

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan disertasi ini, penulis akan membahas beberapa masalah yaitu:

1. Bagaimana proses pembelajaran berbicara bahasa Indonesia anak autis di SLB

Cahaya Putih?

2. Bagaimana kesulitan dan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran berbicara

bahasa Indonesia anak autis di SLB Cahaya Putih?

3. Bagaimana solusinya mengatasi kesulitan dan kendala yang dihadapi dalam

pembelajaran berbicara bahasa Indonesia anak autis di SLB Cahaya Putih?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendiskripsikan proses pembelajaran berbahasa anak autis di SLB Cahaya Putih.

2. Mendiskripsikan kesulitan dan kendala yang dihadapai dalam pembelajaran

berbahasa anak autis di SLB Cahaya Putih

3. Mendiskripsikan solusi mengatasi kesulitan dan kendala yang dihadapi dalam

pembelajaran berbicara bahasa Indonesia anak autis di SLB Cahaya Putih


D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Universitas Negeri Surabaya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memungkinkan memberikan

kontribusi pemikiran tentang pengembangan pembelajaran berbahasa untuk anak

autis dan akan menjadi salah satu sumber kajian bagi kalangan dosen maupun

mahasiswa baik sebagai bahan kajian dalam perkuliahan Pendidikan Bahasa dan

Sastra maupun untuk kepentingan penelitian yang mungkin mengenai pokok

kajiannya ada kesamaan.

2. Bagi mahasiswa

Sebagai bahan kajian selanjutnya bagi para mahasiswa yang mendalami

Pendidikan Bahasa dan Sastra, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran

berbahasa anak autis.

3. Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Doktor (S3) di Bidang Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai