Anda di halaman 1dari 11

Format T1

TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )


JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:107dari164halaman

11. Sambungan Pada Gird Melintang (Gird Horisontal – Gird Vertikal)


Hendak derencanakan suatu sambungan gird memanjang yang dibebani beban-beban sambungan
sebagai berikut:
Mu = 0 Nmm; Hu= 0 N ; Vu= 19224 N (↑↓)
Nila Mu, Vu, dan Nu diatas diperoleh darihasil analisa menggunakan GRAPS pada perhitungan
Gird Horisontal pada dinding melintang yang dapat dilihat pada point ....... atau pada lampiran
halaman……
Sambungan dan beban-bebannya ditunjukkan secara skematis pada Gambar 10.1-1.
WF 248 x 202 x 7.42 x 11

WF 148 x 100 x 6 x 9

Tampak Depan Usulan Sambungan Gird Horizontal Kolom


Gambar 10.2-1.Skematis Sambungan Menunjukan Beban – Beban Sambungan
11.1.1 Menentukan Jenis Sambungan, Jumlah Daerah Sambung dan Konektornya
Jenis sambungan:
Sambungan adalah sambungan gird memanjang, menghubungkan antara gird horizontal dan
Kolom. Sambungan menggunakan media sambung: pelat ujung. kolom adalah dari profil WF
WF 248 x 202 x 7.45 x 11mm dan gird horizontal dengan profil WF 148 x 100 x 6 x 9mm,
dengan mutu fy = 360 MPa. Data dimensi profil ditunjukkan Tabel 10.1-1. Pelat sambung badan
dan pelat sambung sayap, masing-masing adalah pelat baja dengan tebal 10 mm, dari mutu fy =
360 MPa.
Tabel10.2-1. Data Dimensi WF 148 x 100 x 6 x 9 mm

WF 498 x 432 x 45 x 70 mm (605 kg/m') Kekuatan Material : fy = 360 Mpa

B H t d r A Ix Iy ix iy Sx Sy Zp-x

(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm4) (mm4) (mm) (mm) (mm3) (mm3) (mm3)

100 148 9 6
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )
JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:108dari164halaman
Jumlah daerah sambung dan deskripsi konektornya:
Sambungan memiliki dua daerah sambung:
1. Badan profil ke pelat sambung badan; konektor baut dari mutu fy = 240 MPa.
2. Sayap profil ke pelat sambung sayap.; konektor baut dari mutu fy = 240 MPa.
Sambungan ini tersambung dengan pengku (stiffener) karena terhubung dengan dengan ikatan
angin yang memiliki penyambung (penyetel) yakni jarum keras.
Konektan - konektan dan daerah sambung dari sambungan yang hendak direncanakan
ditunjukkan dalam Gambar 10.1-2.
WF 248 x 202 x 7.42 x 11

WF 248 x 202 x 7.42 x 11


WF 148 x 100 x 6 x 9 WF 148 x 100 x 6 x 9

a.DarahSambungan 1 b.DaerahSambungan 2
Tampak Depan Usulan Gird Horizontal Kolom
Gambar 10.2-2.Konektandan Daerah SambungdariSambunganGird Melintang
12.1.2 Mendesain.
A. Daerah Sambung-1: Ujung gird horizontal ke pelat ujung, konektor: las
1. Mengusulkan bentuk, posisi dan jumlah badan las.
a) Las sayap bagian luar: 2 badan; las sudut.
b) Las sayap bagian dalam: 2 badan, masing-masing 2 segmen; las sudut.
c) Las badan balok: 2 badan; las sudut.
2. Mengusulkan tebal las (tt) dan panjanglas (Lt).
a) Las sayap bagian luar:
tt = 4 mm; ► las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.3)
Lt = 100 mm > 4tt = 4(4) = 16 mm; ► memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )
JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:109dari164halaman
b) Las sayap bagian dalam:
tt = 5 mm; ► las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.3)
Lt satu segmen = 41mm > 4tt = 4(5) = 20 mm; ► memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5). Ada
dua segmen sehingga,
Lt = 2 x 41 = 82 mm.
b) Las badan balok:
tt = 8 mm; ► las dirancang untuk ketebalan tertentu maka usulan tebal las ini telah
memenuhi SNI‘2002 (13.5.3.3)
Lt = 100 mm > 4tt = 4(8) = 32 mm; ► memenuhi SNI ‘2002 (13.5.3.5).
Usulan tebal dan panjang las, serta posisi las pada daerah sambung-1 ditunjukkan dalam
Gambar 10.1-3.
A
WF 248 x 202 x 7.42 x 11

a
b b= las sayap a
dalam
WF 148 x 100 x 6 x 9 c = las badan
t = 5 mm;
t =8 mm
c L =41 mm L = 100 mm

b a= las
a sayap luar ;
t = 4 mm;
A L =100 mm

TAMPAK DEPAN POT A-A


Usulan Sambungan Gird Horizontal Kolom
Gambar 10.2-3.UsulanDimensidanLetakBadan Las pada Daerah Sambung-1
(Catatan: pengusulan panjang badan las harus dilakukan dengan memperhatikan ruang
tempat las yang tersedia dan yang dimungkinkan oleh dimensi bagian-bagian konektan).
3. Menghitung dan menentukan beban badan las Ru
Tradisi “penugasan” yang biasa dianut para sarjana teknik sipil dipakai dalam perencanaan
ini. Las badan ditugaskan memikul (M).
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )
JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:110dari164halaman
las sayap bagian dalam ditugaskan memikul (H) dan las sayap bagian luar ditugaskan
memikul (V), Akan tetapi karena pada sambungan hanya bekerja gaya geser maka,
perhitunganhanya dilakukan pada gaya geser saja (las sayap bagian luar).
a) Las sayap bagian luar;
Aspek pembebanan adalah aspek tipikal-21.Dengan demikian maka:

Ru = 1/2 x (19224) = 9586,105 N


4. Memeriksa kecukupan kekuatan badan las
a) Las sayap bagian luar;
Badan las adalah las sudut maka formula desain las sudut (pers. (3) pada hand-out 43)
dipakai untuk memeriksa kecukupan kekuatan badan las. Formula desain adalah:

Ru = 9586,105 N
Φf = 0,75

fw = min (370 ; 370) = 370 MPa


9586,105 ≤ 0,75 x 4 x 100 x (0,6 x 370)
4361,71 N ≤ 66600 N
[memenuhi formula desain]
5. Merekomendasi konstruksi badan las dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-2 pada tahap ‘mendokumentasikan hasil perencanaan’.
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )
JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:111dari164halaman
B. Daerah Sambung-2: Pelat ujung ke kolom, konektor: baut
1. Mengusulkan konfigurasi letak baut.
Usulan-1: konfigruasi terdiri dari dua lajur baut, masing-masing lajurter diri dari empat baut
(n = 8), seperti yang ditunjukkan Gambar 10.2-4. Semua baut berdiameter 10 mm.
a) Jarak minimum antar pusat lubang.
Jarak antar pusat lubang yang diusulkan, Rb, adalah 66mm.
Rb< 3dbaut
66 > 3(10)
66 > 30 mm
[memenuhi SNI ‘2002(13.4.2)].
b) Jarak maksimum antar pusat pengencang
Jarak antar pusat pengencang yang diusulkan, Rb, adalah 66 mm.
Rb= 66 < min (15tp ; 200) mm
Maka :
66 < min (15(7) ; 200) mm
66 < min (105 ; 200) mm
66 < 105 mm
[memenuhi SNI’2002(13.4.3)].
c) Jarak tepi minimum.
Jarak tepi minimum yang diusulkan, Rb, adalah 21 mm.
Rb = 21 > 1,5db
21 > 1,5 (10)
21 > 15 mm
[memenuhi SNI’2002(13.4.3)].
d) Jarak maksimum antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dalam arah gaya.
Jarak antar pusat pengencang pada baris luar pengencang dengan dalam arah gaya yang
diusulkan, Rb, adalah 66 mm.
Rb = 66 < min (4tp + 100 ; 300) mm
66 < min (4(7) + 100 ; 300) mm
66 < min (128 ; 300) mm
66 < 128 mm
[memenuhi SNI’2002(13.4.3)].
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )
JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:112dari164halaman
Semua syarat dipenuhi usulan penempatan baut. Usulan konfigurasi baut dapat dipakai.

A
WF 248 x 202 x 7.42 x 11

21 mm
25 mm 25 mm

66 mm
WF 148 x 100 x 6 x 9
66 mm 248 mm

29 mm

Plat ujung 100 mm

TAMPAK DEPAN POT A-A


Usulan Sambungan Gird Horizontal Kolom
Gambar10.2-4.UsulanKonfigurasiBautpada Daerah Sambung-2
2. Menghitung dan menentukan beban maksimum pada baut.
Gaya geser baut (Vd) akibat beban vertikal V = 7380,84 N
V = 32100 N → Vd = 1/8 x (19224) = 2403 N
3. Menentukan karakteristik baut.
Analisa atas sambungan mengungkapkan bahwa beban sambungan M dan H menyebabkan
gaya tarik Td pada masing-masing baut, dan beban sambungan V menyebabkan gaya geser
Vd pada setiap baut. Karena beban-beban sambungan bekerja hanyalah beban geser maka
baut berkarakteristik ‘baur terbebani geser’.
4. Memeriksa kecukupan kekuatan baut dan kekuatan tumpuan baut.
a). Memeriksa kekuatan baut
Baut pada daerah sambung ini, dengan demikian, akan dirancang dengan menggunakan
persamaan perencanaan untuk baut tipe geser, SNI 03 – 1729 – 2002 mensyaratkan bahwa
baut yang memikul geser harus memenuhi persamaan.
Persamaan 13.2-2
Format T1
TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )
JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:113dari164halaman

Vd≤ øfVn
∅f . Vn = ∅f r1 fub Ab
Φf = 0,75
Ab = Luas bruto penampang baut.
r1 = 0,5; (baut tanpa ulir pada bidang geser, sesuai SNI ‘2002 (13.2.2.1).
fu = 370 (tegangan tarik putus baut)
∅f . Vn = ∅f r1 fub Ab
= 0,75 x 0,5 x 370 x (0,25 x 3,14 x 142)
= 21348,075 N
Vd≤ øfVn
2403N ≤ 21348,07 N
[memenuhi persyataran kuat tumpu (SNI ‘2002 persamaan 13.2-2)].
b) Memerikasa kekuatan tumpuan baut.
Formula desain untuk kuat tumpu1 adalah:

2403 ≤ 2,4 x 0,75 x 10 x 45 x 370


2403 N ≤ 46620 N
[memenuhi persyataran kuat tumpu (SNI ‘2002 persamaan 13.2-7)].
Format T1

TUGAS Struktur Baja-2 Semester Genap 2009-2010 Kelompok :III( TIGA )


JurusanTeknikSipil, FakultasSainsdanTeknik,Universitas Nusa Cendana, KUPANG Halaman:114dari164halaman
Karena memenuhi semua persamaan kekuatan yang disyaratkan maka usulan sambungan
baut untuk daerah sambung-2 dapat dipakai.
5. Merekomendasikan konstruksi sambungan dalam suatu gambar rencana.
Langkah ini akan dilakukan secara tergabung bersama langkah yang sama dari daerah
sambung-1 pada tahap ‘mendokumentasikan hasil perencanaan’.

10.2.3 MendokumentasiHasilPerencanaan.
1. Gambar Rencana.
Gambar rencana untuk sambungan ini ditampilkan dalam Gambar10.2-5.
2. SpesifikasiTeknis
Spesifikasi teknis sambungan dinyatakan dalam Platform 10.2-1.
a. Las SayapLuar:
Las sudut, tt = 4 mm.
Mutu las fy= 240 MPa.
b. Las Sayap Dalam:
Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy= 240 MPa.
c. Las Badan:
Las sudut, tt = 10 mm.
Mutu las fy= 240 MPa.
d. Baut:
Baut hitam diameter (Ø) = 12 mm.
Mutu las fy= 240 MPa.
e. Pelat Ujung :
Pelat baja 538 x 45 (mm).
Mutu pelat fy= 240MPa.
f. Pelat Rusuk :
Pelat baja 270 x 15 (mm).
Mutu pelat fy= 240MPa

Anda mungkin juga menyukai