Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Pajak Hotel merupakan salah satu macam sumber pajak daerah yang penting bagi Kota
Semarang. Penerimaan pajak hotel mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga
mempercepat pertumbuhan Kota Semarang baik dari segi Sarana Prasarana serta Infrastruktur.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam Peraturan Daerah No. 3 Tahun
2011 tentang Pajak Hotel, terutama pengertian Nama Hotel, Objek dan Subjek Pajak Hotel.
Karena dari segi Pajak Hotel di Semarang disetiap tahunnya mengalami pertumbuhan angka
yang cukup bagus, yang semula ditargetkan 100% bahkan bisa lebih mencapai 117%. Semoga
nanti hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pemerintah
daerah Kota Semarang. Hasil penelitian ini diketahui bahwa Nama Hotel merupakan nama Pajak
Hotel dipungut pajak sebagai pembayaran atas pelayanan yang disediakan oleh Hotel, termasuk
jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan. Objek Pajak merupakan pelayanan yang
disediakan oleh Hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel
yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan,
Subjek Pajak merupakan orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang
pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.

Kata Kunci : Perda No. 3 Tahun 2011 Kota Semarang, Nama Hotel, Objek, Subjek Pajak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Kota Semarang berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya


dalam bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna Penyelenggaraan
Pemerintah baik melalui birokrasi pemerintah, pembangunan serta pelayanan kepada
masyarakat, maka pemberlakuan otonomi daerah kepada kabupaten/kota yang nyata dan
bertanggungjawab merupakan kebijakan yang harus kita sambut dengan positif. Dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 03 tahun 2011 Tentang Pajak Hotel, maka sistem dan
mekanisme pengelolaan pemerintah daerah akan mengalami perubahan-perubahan mendasar.
Otonomi bagi daerah akan benar-benar diterapkan secara nyata dan bertanggungjawab dan tidak
lagi hanya semacam slogan belaka. Karena dengan adanya PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota
Semarang, maka akan lebih mengerti, memahami peraturan-peraturan dan perlindungan hukum
tentang Hotel, dari pengertian diatas serta untuk kepentingan penelitaian atau pegembangan ilmu
untuk Mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang Pajak Hotel Kota Semarang, maka
Makalah ini berjudul “Peraturan daerah nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel”.

B. Rumusan Masalah

Untuk memperoleh gambaran yang jelas terhadap masalah yang akan diteliti, maka
perlu dijelaskan istilah-istilah dalam judul Makalah guna menghindari terjadinya salah persepsi.
Istilah dalam judul penelitian meliputi:

1. Pengertian PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota Semarang tentang Pajak Hotel
2. Pengertian Nama Hotel berdasarkan landasan Hukum Peraturan Pemerintah PERDA No.
03 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.
3. Pengertian Objek Pajak berdasarkan landasan Hukum Peraturan Pemerintah PERDA No.
03 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.
4. Pengertian Subjek Pajak berdasarkan landasan Hukum Peraturan Pemerintah PERDA No.
03 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel.
D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui lebih dalam Pengertian PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota Semarang
tentang Pajak Hotel.
b. Mengetahui pengertian Pajak Hotel khususnya di Kota Semarang.
c. Mengetahui pengertian tentang Objek Pajak Hotel Khususnya di Kota Semarang.
d. Mengetahui pengertian Subjek Pajak Hotel Khsusnya di Kota Semarang.

E. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan keilmuan untuk mahasiswa yang akan mengembangkan penelitian


selanjutnya tentang PERDA No.03 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel Kota Semarang.
2. Menambah wawasan keilmuan untuk mahasiswa yang akan mengembangkan penelitian
selanjutnya tentang Nama Pajak Hotel berdasarkan landasan hukum PERDA No.03
Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel Kota Semarang.
3. Menambah wawasan keilmuan untuk mahasiswa yang akan mengembangkan penelitian
selanjutnya tentang Objek Pajak Hotel berdasarkan landasan hukum PERDA No.03
Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel Kota Semarang.
4. Menambah wawasan keilmuan untuk mahasiswa yang akan mengembangkan penelitian
selanjutnya tentang Subjek Pajak Hotel berdasarkan landasan hukum PERDA No.03
Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel Kota Semarang.
5. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan informasi bagi peneliti lain/
pengembangan penelitain selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pajak Hotel

2.1.1 Pengertian Pajak Hotel

Secara Umum, Sesuai dengan Undang-Undang Nomor, Pajak Hotel adalah pajak atas
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan yang dimaksud dengan hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran,
yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah
penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.
Pengenaan Pajak Hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada
di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten
atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh
karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus
terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Hotel.
Peraturan itu akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan
pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
Menurut PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota Semarang, disebutkan bahwa :Dalam Peraturan
Daerahini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Semarang.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Semarang.
4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Pajak Hotel yang selanjutnya disebut pajak adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
oleh hotel.
6. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
7. Penyelenggara hotel adalah orang pribadi atau badan yang rnenyelenggarakan usaha
hotel untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atasnamapihak lainyang menjadi
tanggungannya.
8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan
usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
9. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.
10. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
11. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Waji
Pajak untuk menghitung,menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.
12. Pajak yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam Masa Pajak.
13. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan
subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak
kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.
14. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ,yangselanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang
oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,
obyek pajak dan / atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
15. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran
atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah
dilakuakan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
oleh Kepala Daerah.
BAB III

ANALISIS MASALAH
(NAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK)

2.1.2 Nama Pajak Hotel

Berdasarkan PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota Semarang tentang Pajak Hotel BAB II Pasal
2, Nama Dengan nama Pajak Hotel dipungut pajak sebagai pembayaran atas pelayanan yang
disediakan oleh Hotel, termasuk jasa
penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan.

2.1.3 Objek Pajak Hotel

Menurut PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota Semarang tentang Pajak Hotel Pasal 3, khususnya
di Kota Semarang. Objek Pajak adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai
1. kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
2. Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon,
faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan
fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel.
3. Tidak termasuk objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Daerah;
b. jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
c. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis;
e. jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum; dan
f. jasa pelayanan hotel untuk kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing
dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal
balik.

2.1.4 Subyek Pajak Hotel

Bedasarka PERDA No. 03 Tahun 2011 Pasal 4 Kota Semarang tentang Pajak Hotel,
pengertian Subyek adalah :

(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang
pribadi atau Badan yang
mengusahakan Hotel.
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.

2.1.5 Dasar Pengertian, Tarif Pajak Dan Perhitungan Pajak.

Menurut PERDA No. 3 Tahun 2011 BAB III Pasal 5 tentang Pajak Hotel, Dasar Pengenaan
Tarif Pajak Dan Perhitungan Pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar
kepada Hotel. Pasal 6 : Tarif Pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Pasal 7: Besarnya
pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5.

2.1.6 Tata Cara Pemungutan Dan Wilayah Pemungutan Pajak

Menurut Pasal 8 PERDA No. 03 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel di Kota Semarang,
Pemungutan pajak tidak dapat diborongkan, Pasal 9 Pajak yang terutang dipungut di wilayah
daerah tempat hotel berlokas, Pasal 10 : (1) Wajib pajak wajib menggunakan nota penjualan
sebagai bukti atas pembayaran yang dilakukan hotel., (2) Nota penjualan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disediakan oleh Wajib Pajak dengan terlebih dahulu diporporasi atau diberi tanda
khusus oleh Pemerintah Daerah.
Menurut Siahaan, Marihot P.(2010), dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling
tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan. Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hotel adalah dengan
rumus sebagai berikut :
Pajak terutang = Tarif pajak X Dasar pengenaan pajak
= Tarif pajak X Jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel.

2.1.7 Masa Pajak Dan Saat Pajak Terutang

Menurut PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota Semarang tentang Pajak Hotel Pasal 11, Masa
Pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender. Pasal 12 Pajak
terutang dalam masa pajak terjadi pada saat pelayanan di Hotel.

2.1.8 Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Dan Tata Cara Penetapan Pajak

Berdasarkan PERDA No. 03 Tahun 2011 Kota Semarang tentang Pajak Hotel, Disebutka
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Dan Tata Cara Penetapan Pajak adalah :
Pasal 13
i.Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD
ii. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta
ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
iii. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) bagi Wajib Pajak baru harus disampaikan kepada
Walikota selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah beroperasinya hotel.
iv. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak dipenuhi, maka pajak
yang terutang dihitung secara jabatan.

Pasal 14
(1) Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan menggunakan SPTPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Walikota atau
Pejabat dapat menerbitkan :
a. SKPDKB dalam hal :
1) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak
atau kurang bayar;
2) Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Walikota dalam jangka waktu tertentu dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam surat teguran; dan
3) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit.
(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a angka 1) dan angka 2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
(4) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a
angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa dikenaikan sebesar 25% (dua puluh lima
persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrative berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
(5) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(6) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak dikenakan jika Wajib Pajak
melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Pasal 15
(1) Walikota dapat menerbitkan STPD jika :
a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar;
b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis
dan/atau salah hitung;
c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya
pajak.
(3) SKPDKB dan SKPDKBT yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
pembayaran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan dan ditagih sebulan dan ditagih melalui STPD.

2.1.9 Tata Cara Pembayaran Dan Penagihan

Tata Cara Pembayaran dan Penagihan menurut PERDA No. 03 Tahun 2011 tentang Pajak
Hotel Kota Semarang.

Pasal 16
(1) Walikota atau Pejabat menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak.
(2) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
dan Putusan Banding yangmenyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah
merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(3) Walikota atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan
dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak dengan dikenakan bunga 2 % (dua persen) perbulan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pembayaran penyetoran tempat Pembayaran
angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Walikota.
Pasal 17
(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kurang
dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 18
(1) Pembayaran pajak dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota.
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan p
ajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja.

Pasal 19
Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 18 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
BAB VI

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan di atas dalah bahwa pajak daerah dan
retribusi daerah merupakan salah satu cara meningkatkan APBD tapi pajak dan retribusi daerah
itu harus dilaksanakan dengan benar dan adil oleh pemerintah maupun pembayar pajak, di
kenakannya sanksi terhadap orang yang menunggak ataun menyalahkan aturan adalah hal yang
benar, seperti yang terdapat pada PERDA No. 03 Tahun 2011 tentang pajak Hotel, seperti juga
dijelaskan di atas bahwa terdapat kategori-kategori atau kriteria-kriteria pajak.

Berapa tarif pajak yang di tetapkan yang harus sesuai tidak menjadi beban bagi pembayar
pajak, di jelaskan juga jenis-jenis pajak apa saja yang di ambil sseperti pajak perhotelan, pajak
hiburan, pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian.
Di harapkan dengan adanya pembayaran pajak dan retribusi daerah yang tidak membebani
masyarakat pembayar pajak dapat berpran mengatur perekonomian masyarakat agar dapat
bertumbuh kembang yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
daerah.

Anda mungkin juga menyukai