Anda di halaman 1dari 5

VIII.

Analisis Data dan Pembahasan


Percobaan konstanta kesetimbangan ini memiliki tujuan untuk mengetahui
konstanta kesetimbangan suatu reaksi dan memperhatikan bahwa konstanta
kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi awal reaksi. Untuk
membuktikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada
konsentrasi awal reaksi, maka dibuat beberapa macam larutan yang sama
dengan perbandingan konsentrasi awal reaktan yang berbeda.
Ada dua langkah utama yang harus dilakukan dalam praktikum ini dan
keduanya terbagi menjadi 2 waktu yang berbeda. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu menyiapkan empat erlenmeyer yang akan diisi dengan larutan
yang sama dengan konsentrasi yang berbeda pada tiap – tiap erlenmeyer pada
beberapa hari sebelum dimulainya praktikum, kurang lebih 3 hari sebelumnya.
Pertama menyiapkan empat erlenmeyer berukuran 250 ml, kemudian masing –
masing erlenmeyer ditambahkan dengan 5 mL HCl 2N, penambahan HCl ini
berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat laju reaksi dengan cara mencari
jalan reaksi lain yang memiliki energi aktivasi yang lebih rendah. Nantinya HCl
akan terion dalam air menghasilkan ion H+ yang dapat mempercepat laju reaksi
eseterifikasi. Reaksi esterifikasi merupakan suatu reaksi antara alkohol dengan
asam karboksilat. Lalu mempersiapkan larutan pada keempat erlenmeyer
dengan komposisi sebagai berikut:
1. Erlenmeyer 1:5 ml HCl 2 N ditambah 1 ml etanol dan ditambah 4 ml
asam asetat yang menghasilkan larutan tidak berwarna.
2. Erlenmeyer 2:5 ml HCl 2 N ditambah 2 ml etanol dan ditambah 3 ml
asam asetat yang menghasilkan larutan tidak berwarna.
3. Erlenmeyer 3:5 ml HCl 2 N ditambah 3 ml etanol dan ditambah 2 ml
asam asetat yang menghasilkan larutan tidak berwarna.
4. Erlenmeyer 4:5 ml HCl 2 N ditambah 4 ml etanol dan ditambah 1 ml
asam asetat yang menghasilkan larutan tidak berwarna.
Lalu keempat erlenmeyer tersebut ditutup rapat dengan plastik warp, dan
dipastikan tidak terdapat celah untuk udara keluar atau masuk saat penutupan
agar etanol yang terdapat dalam erlenmeyer tidak menguap dan proses reaksi
esterifikasi dapat berjalan dengan baik. Kemudian, larutan disimpan dalam suhu
ruangan selama ± 3 hari. Sebenarnya penyimpanan bisa dilakukan minimal 3
hari sampai 7 hari, hal tersebut dilakukan karena reaksi esterifikasinya berjalan
sangat lambat meski telah ditambah katalis yakni HCl. Meskipun begitu, jika
penyimpanan ditambah menjadi lebih dari 7 hari, maka tidak akan terjadi
perubahan apapun karena jika reaksi membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 7
hari untuk setimbang, maka penambahan lama penyimpanan pun juga tidak
akan mempengaruhinya karena reaksi sudah setimbang. Penyimpanan pada
suhu konstan bertujuan agar proses esterifikasi dapat berjalan dengan lancar dan
stabil, karena apabila terjadi perubahan suhu maka reaksi kesetimbangan akan
terganggu, karena reaksi reversible hanya dapat berjalan sempurna pada suhu
konstan. Selain itu penyimpanan larutan dilakukan selama kurang lebih satu
minggu hal ini dilakukan karena reaksi esterifikasi berjalan sangat lambat
meskipun telah ditambahkan katalis berupa larutan HCl.
Setelah disimpan selama kurang lebih 3 hari, larutan di dalam erlenmeyer
yang disimpan siap digunakan. Larutan yang ada di dalam erlenmeyer tidak
mengalami perubahan warna yaitu tetap tidak berwarna dan memiliki bau yang
khas karena telah terbentuk etil asetat yang berasal dari etanol dan asam asetat
melalui proses reaksi esterifikasi. Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇌ CH3COOCH2CH3(aq) + H2O(l)
Lalu langkah kedua yang dilakukan adalah membuat pembanding (larutan
blanko) yang digunakan untuk menentukan titik ekivalen pada tiap erlenmeyer
pada saat hari praktikum berlangsung. Larutan pembanding dibuat untuk
mengetahui konsentrasi ion H+ yang menjadi katalis pada reaksi esterifikasi,
karena pada larutan yang ada pada keempat erlenmeyer yang telah disimpan
selama ±3 hari masih terdapat larutan HCl sehingga perlu diberi pembanding
agar hasilnya menjadi lebih akurat.
Prosedur dalam membuat larutan pembanding, pertama yaitu menyiapkan 5
mL larutan HCl larutan tidak berwarna dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 1 tetes indikator phenolphtalein (PP) tidak berwarna,
menghasilkan larutan tidak berwarna, kemudian larutan dititrasi dengan larutan
NaOH 2 N, setelah mencapai titik ekivalen larutan berubah warna menjadi
merah muda (pink soft). Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan volume
NaOH sebesar 5,6 mL. Persamaan reaksi yang terbentuk adalah
HCl (aq) + NaOH (aq) ⇌ NaCl (aq) + H2O (l)
Setelah melakukan titrasi terhadap larutan blanko, selanjutnya dilakukan
titrasi terhadap larutan ester (etil asetat) dari 4 tabung erlenmeyer dengan
larutan NaOH 2 N serta bantuan indikator PP. Penambahan indikator PP pada
titrasi ini karena PP memiliki trayek pH antara 8,0 – 9,6, rentang trayek ini
sesuai untuk titrasi etanol dan asam asetat yang memiliki titik ekivalen pada
rentang trayek tersebut. Reaksi ester saat di titrasi dengan NaOH :
CH3COOC2H5 (aq)+ NaOH (aq) ⇌ CH3COONa (aq) + CH3CH2OH (aq)
Titik ekuivalen dicapai saat tejadi perubahan warna dari larutan tidak
berwarna menjadi berwarna merah muda (pink soft). Warna pink soft
menunjukkan identitas dari indikator PP karena ketika H+ tepat habis bereaksi
dengan OH- maka OH- akan berikatan dengan PP secara berlebih sehingga
indikator PP memunculkan warna pink soft yang menandakan bahwa titik
ekivalen telah terlampaui.
Adapun perincian percobaan setiap erlenmeyer setelah dititrasi adalah
sebagai berikut :
1. Erlenmeyer 1, sebelum dititrasi dengan NaOH, larutan ditambahkan
1 tetes indikator phenolphtalein menghasilkan larutan tidak berwarna.
Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2 N hingga mencapai titik
ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi berwarna merah muda.
Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak 33 mL.
2. Erlenmeyer 2, sebelum dititrasi dengan larutan NaOH, larutan
ditambahkan 1 tetes indikator phenolphtalein menghasilkan larutan tidak
berwarna. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2 N hingga
mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi berwarna
merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak
22,9 mL.
3. Erlenmeyer 3, sebelum dititrasi dengan larutan NaOH, larutan
ditambahkan 1 tetes indikator phenolphtalein menghasilkan larutan tidak
berwarna. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2 N hingga
mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi berwarna
merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak
12,5 mL.
4. Erlenmeyer 4, sebelum dititrasi dengan larutan NaOH, larutan
ditambahkan 1 tetes indikator phenolphtalein menghasilkan larutan tidak
berwarna. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan NaOH 2 N hingga
mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen tercapai saat larutan menjadi berwarna
merah muda. Titik ekivalen tercapai setelah dititrasi dengan NaOH sebanyak
8,5 mL.
Setelah 4 tabung selesai dititrasi, dihasilkan data dan dilakukan
perhitungan-perhitungan, yang pertama adalah menghitung ml.mol HCl blanko
dengan persamaan berikut :
mol (larutan blanko) = N NaOH x V (larutan blanko)

Selanjutnya menghitung mol mula-mula untuk etanol dan asam asetat


dengan menggunakan persamaan berikut :

𝛒×𝐕
Mol Etanol = 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐦𝐨𝐥𝐚𝐫

dan

𝛒×𝐕
Mol Asam Asetat = 𝐦𝐚𝐬𝐬𝐚 𝐦𝐨𝐥𝐚𝐫

Dimana massa jenis etanol 0,7893 g/cm3 dan massa molarnya 46 g/mol,
sedangkan untuk asam asetat massa jenisnya 1,049 g/cm3dan massa molarnya
60 g/mol. Perhitungan dilanjutkan dengan menghitung mol titrasi dengan
menggunakan persamaan berikut :

mol ekivalen H+ = mol ekivalen OH-

Untuk menghitung mol CH3COOH sisa menggunakan persamaan berikut :

mol H+ sisa = mol ekivalen H+ – mol blanko

Setelah diketahui mol sisa dari seluruh zat, maka dapat dihitung konstanta
kesetimbangannya dengan persamaan berikut :

[𝐂𝐇𝟑 𝐂𝐎𝐎𝐂𝟐 𝐇𝟓 ]
𝐊𝐜 =
[𝐂𝐇𝟑 𝐂𝐎𝐎𝐇] [𝐂𝟐 𝐇𝟓 𝐎𝐇]
Setelah dilakukan langkah praktikum dan perhitungan sesuai dengan yang
di atas didapat nilai Kc erlenmeyer 1 : 0,878, Kc erlenmeyer 2 : 0,3117, Kc
erlenmeyer 3 : 0,503, Kc erlenmeyer 4 : 0,354. Namun keempat Kc tersebut
tidak dirata-rata karena meskipun volume yang dimiliki sama namun
perbandingan jumlah zat didalamnya berbeda-beda tiap erlenmeyernya.
Hasil dari perhitungan Kc tersebut diatas tidak sesuai dengan nilai Kc
secara teoritis. Adapun nilai Kc secara teoritis yaitu 4,2 x 10-2 . Untuk
ketidaksesuaian nilai Kc hasil praktikum dengan teori dapat terjadi karena
perbedaan metode yang digunakan pada saat titrasi. Selain itu titrasi yang
digunakan ketika praktikum masih menggunakan titrasi secara konvensional.

IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum konstanta kesetimbangan yang telah dilakukan
didapat nilai Kc untuk erlenmeyer 1, 2, 3, 4 berturut turut adalah adalah 0,878;
0,3117; 0,503; 0,354. Nilai Kc tidak dipengaruhi oleh konsentrasi awal larutan
dan apabila penambahan etanol lebih banyak maka titrasi berlangsung cepat
sebaliknya apabila penambahan asam asetat lebih banyak maka titarsi
berlangsung lambat.

Anda mungkin juga menyukai