Anda di halaman 1dari 15

RASIO LIKUIDITAS

Struktur kekayaan suatu perusahaan erat hubungannya dengan


struktur modalnya. Dengan menghubungkan elemen-elemen aktiva di satu
pihak dengan elemen-elemen pasiva di lain pihak, kita akan dapat
memperoleh banyak gambaran tentang keadaan finansiil suatu perusahaan.
Elemen-elemen apa yang akan kita hubungkan adalah tergantung kepada
aspek finansiil apa yang ingin kita ketahui. Dengan membandingkan elemen-
elemen tertentu dari pasiva di lain pihak, kita akan dapat mengetahui
keadaan keuangan atau tingkat likuiditas suatu perusahaan pada saat
tertentu.
Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan
suatu perusahaaan untuk memenuhi kewajiban finansiilnya yang segera
harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki
oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan “kekuatan
membayar” dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang
mempunyai “kekuatan membayar” belum tentu dapat memenuhi segala
kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi, atau dengan kata lain
perusahaan tersebut belum tentu mempunyai “kekuatan membayar”.
“Kemampuan membayar” baru terdapat pada perusahaan apabila
““kekuatan membayar”-nya adalah demikian besarnya sehingga dapat
memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Dengan
demikian maka kemampuan membayar itu baru dapat kita ketahui setelah
kita membandingkan “kekuatan membayar”-nya di satu pihak dengan
kewajiban-kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak
agar kita tidak salah dalam mengambil keputusan.

1. Pengertian Rasio Likuiditas


Kita sering kali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang
tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian
utang (kewajiban) yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Kasus yang
seperti ini sangat mengganggu hubungan baik antara perusahaan dengan
para kreditor, atau juga dengan para distributor. Dalam jangka panjang kasus
ini akan berdampak pula kepada para pelanggan (konsumen). Artinya
perusahaan akan memperoleh krisis kepercayaan dari berbagai pihak yang
selama ini membantu kelancaran usahanya.
Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama
utang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo) disebabkan oleh berbagai
faktor. Pertama, perusahaan sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau
kedua, perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo perusahaan tidak
memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam
waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang,
menjual surat-surat berharga, atau menjual persediaan atau aktiva lainnya.
Dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami hal
sebaliknya, yaitu kelebihan dana. Artinya jumlah dana tunai dan dana yang
segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang
baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal.
Penyebab utama kejadian dan ketidakmampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian
manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab
lainnya adalah sebelumnya pihak manajemen perusahaan tidak menghitung
rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya
kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi karena nilai
utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah
menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat
mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya.
Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk mecarikan jalan keluarnya.
Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio
likuiditas.
Fred Weston menyatakan bahwa Rasio Likuiditas (liquidity ratio)
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Sedangkan, menurut James O.Gill rasio likuiditas merupakan rasio
yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh
kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang
mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa
perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak
mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban
financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut
insolvable.
Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu ini, maka
perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-
aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-
kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban lancar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Rasio likuiditas adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang
modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian
rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga
rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.
Artinya apabila perusahaan mempunya kewajiban (utang) ditagih,
perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang
yang sudah jatuh tempo. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun didalam perusahaan (likuiditas
perusahaan). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini
adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan
memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
2. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan
(intern) guna menilai kemampuan mereka sendiri, tetapi perhitungan
likuiditas juga berguna bagi pihak luar perusahaan (ekstern), misalnya
perbankan. Adapun tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas, yaitu;
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau
piutang.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke
waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, dari masing-
masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor),


investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak
ketiga.

3. Jenis-jenis Rasio Likuiditas


Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun,
disamping itu, dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal yang lebih spesifik
yang juga masih berkaitandengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang
digunakan. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan
untuk mengukur kemampuan, yaitu:
a. Rasio Lancar (current ratio)
b. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
c. Rasio kas (cash ratio)
d. Rasio perputaran kas
e. Inventory to net working capital

A. Rasio Lancar (current ratio)


Rasio Lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara
total aktiva lancar dengan total utang lancar. Current ratio menunjukkan
sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin
besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio Lancar (current ratio) merupakan harta perusahaan yang
dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun).
Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang,
sediaan, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima,
pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Sedangkan, utang lancar
(current liabilities) merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek
(maksimal satu tahun). Atinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu
paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang,
utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang deviden,
biaya diterima dimuka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh
tempo, serta utang jangka pendek lainnya.
Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat
dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun,
apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan
sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik
mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau tidaknya,
ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri untuk
usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan
perusahaan sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah
ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industry
untuk usaha yang sejenis.
Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan
standar 200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang
cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil
rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam
jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen,
ukuran yang terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan yang
sejenis.
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio dapat yang
digunakan sebagai berikut.

Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current


ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio
suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva
lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah
utang lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan
mengurangi aktiva lancar.

Contoh :

Komponen Laporan Keuangan 2011 2012

Total aktiva lancar 1.726.581 1.544.940

Total utang lancar 911.836 1.216.997

Untuk tahun 2011


= 1,9 kali

Artinya jumlah aktiva lancer sebanyak 1,9 kali utang lancer, atau setiap
1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,9 rupiah harta lancar, atau 1,9 : 1 antara
aktiva lancar dengan utang lancar.

Untuk tahun 2012

= 1,3 kali

Artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,3 kali utang lancar, atau setiap
1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,3 rupiah harta lancar, atau 1,3 : 1 antara
aktiva lancar dengan utang lancar.

Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, keadaan
perusahaan untuk tahun 2011 dan tahun 2012 kondisinya kurang baik jika
dibandingkan dengan perusahaan lain karena rasionya masih di bawah rata-
rata industri.

B. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio Cepat (Quick Ratio)atau rasio sangat lancar atau acid test ratio
merupakan rasio yang menunjukka kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka
pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan
(inventory). Rumus untuk mencari Quick ratio, yaitu :

Atau

Contoh :

Komponen Laporan Keuangan 2011 2012


Total aktiva lancar 1.726.581 1.544.940
Total utang lancar 911.836 1.216.997
Persediaan 331.899 602.660

Untuk tahun 2011

= 1,5

Untuk tahun 2012

= 0,8

Jika rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1,5 kali, maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa
perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasi utang
lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang.
Demikian pula sebaliknya, seperti pada tahun 2012 quick ratio perusahaan
yaitu 0,8 kali, jika rasio perusahaan di bawah rata-rata industri, keadaan
perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan
perusahaan harus menjual persediaannya untuk melunasi pembayaran utang
lancar. Padahal menjual persediaan untuk harga yang normal relative sulit,
kecuali perusahaan menjual di bawah harga pasar, yang tentunya bagi
perusahaan lebih jelas menambah kerugian.

C. Rasio Kas (Cash Ratio)


Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau
yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang
dapat ditarik setiap saat). Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio
adalah :

Atau
Contoh :

Komponen Laporan Keuangan 2011 2012


Total aktiva lancar 1.726.581 1.544.940
Total utang lancar 911.836 1.216.997
Kas dan setara kas 634.673 102.175

Untuk tahun 2011

Untuk tahun 2012

Jika rata-rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan
perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas yang
terlalu tinggi seperti pada tahun 2011, juga kurang baik karena ada dana
yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal.
Sebaliknya apabila rasio kas di bawah rata-rata industri, seperti pada tahun
2012, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar
kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva
lancar lainnya.

D. Rasio Perputaran Kas


Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (Kash Turn Over) berfungsi
untuk mengukur tingka kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Hasil perhitungan rasio
perputaran kas dapat diartikan sebagai berukut :
a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar tagihannya.
b. Apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang
tertanam dalam aktiva sulit dicairkan dalam waktu singkat
sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih
sedikit.
Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah :

Contoh :

Komponen Laporan Keuangan 2011 2012

Penjualan 1.752.802 2.747.623

Total aktiva lancar 1.726.581 1.544.940

Total utang lancar 911.836 1.216.997

Untuk Tahun 2011

= 2 kali

Untuk Tahun 2012

= 8 kali

Jika rata-rata industri untuk perputaran kas adalah 10 kali, keadaan


perusahan pada tahun 2011 dan 2012 dikatakan kurang baik karena rasio
perputaran kasnya berada dibawah rata-rata industri.

E. Inventory to Net Working Capital


Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan
aktiva lancar dengan utang lancar.
Rumus untuk mencari Inventory to Net Working Capital :

Contoh :

Komponen Laporan Keuangan 2011 2012


Total aktiva lancar 1.726.581 1.544.940
Total utang lancar 911.836 1.216.997
Persediaan 331.899 602.660

Untuk tahun 2011

= 0,4

= 40 %

Untuk tahun 2012

= 1,8

= 180%

Jika, rata-rata industri untuk Inventory to Net Working Capital adalah


12 %, untuk tahun 2011 dan 2012 cukup jauh diatas rata-rata industri.

4. Hasil Pengukuran

Standar
No Jenis Rasio 2011 2012
Industri
1 Current ratio 1,9 kali 1,3 kali 2 kali
2 Quick ratio 1,5 kali 0,8 kali 1,5 kali
3 Cash ratio 70% 0,8% 50%
4 Cash Turn Over 2% 8% 10%
Inventory to net working
5 40% 180% 12%
capital
Rasio lancar (current rasio), dapat dilihat dari tabel bahwa pada tahun
2011 dan 2012 current rasio PT. Tiga Pilar Sejahtera, Tbk sebanyak 1,9 kali
dan 1,3 kali utang lancar. Hal ini dapat dikatakan pada tahun 2011 kurang
memuaskan karena berada di bawah rata-rata industri.
Jika standar rata-rata industri current rasio adalah dua kali, current
rasio perusahaan tahun 2011 dan 2012 dikatakan kurang baik karena tidak
memenuhi syarat standar rata-rata industri. Oleh karena itu, kondisi
perusahaan di tahun 2011 dan 2012 perlu dikhawatirkan mengingat rasio
lancar yang dimiliki perusahaan masih di bawah rata-rata industri dan perlu
ditingkatkan lagi. Hal ini penting mengingat rasio yang menyamai rata-rata
industri yang dibutuhkan guna menumbuhkan tingkat kepercayaan berbagai
pihak pada perusahaan.
Hasil rasio cepat (quick ratio) dari tahun 2011 dan 2012 juga
mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2011 rasio cepatnya 1,5 kali,
pada tahun 2012 turun menjadi 0,8 kali. Jika standar rata-rata industri untuk
quick ratio adalah 1,5 kali, kondisi perusahaan dapat dikatakan sangat buruk
karena rasio cepatnya berada jauh di bawah 1,5 kali (rata-rata industri).
Hasil pengukuran rasio kas dari tahun 2011 ke tahun 2012 juga
mengalami penurunan yang sangat signifikan. Jika semula pada tahun 2011
rasio kas sebanyak 70%, pada tahun 2012 turun menjadi 0,8 %.
Jika rata-rata industri rasio kas 50%, pada tahun 2011 perusahaan
berada dalam kondisi yang memuaskan karena masih berada di atas rata-rata
industri. Tetapi pada tahun 2012 rasio kas perusahaan mengalami penurunan
yang sangat signifikan menjadi 0,8%. Hal ini berarti perusahaan tidak
mempunyai uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Hal ini
menandakan bahwa pada tahun 2011 perusahaan tidak menggunakan kas
sudah secara optimal karena rasio kas yang tinggi dicurigai karena
manajemen belum melakukan pengolahan secara baik, artinya adanya kas
yang idle (menganggur) dan tentu saja ini dapat merugikan perusahaan.
Hasil pengukuran rasio perputaran kas dari tahun 2011 ke tahun 2012
juga mengalami kenaikan. Jika semula pada tahun 2011 rasionya sebesar 2%,
pada tahun 2012 naik menjadi 8%. Ini berarti perusahaan tidak memiliki
kemampuan untuk menutupi biaya-biaya perusahaan. Jika rata-rata industry
rasio perputaran kas 10%, kondisi perusahaan tahun 2011 dan 2012 tidak
memuaskan karena masih di bawah rata-rata industri.
Hasil pengukuran Inventory to net working capital dari tahun 2011 ke
tahun 2012 mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Jika semula pada
tahun 2011 rasio sebanyak 40%, pada tahun 2012 naik menjadi 180%.
Jika standar rata-rata industri Inventory to net working capital 12%,
rasio perusahaan ini untuk tahun 2011 dan 2012 sangat memuaskan karena
jauh di atas rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan,


BPFE,Yogyakarta.

Sawir, Agnes. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan


Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

James O. Giel Dasar-dasar Analisis Keuangan. Informasi Keuangan untuk


Semua Manajer. Penerbit Salemba Empat 1997.

J. Fred Weston, Eugene Dasar-dasar Manajemen Keuangan edisi ketujuh.


Penerbit Erlangga tahun 2004.

Kasmir. Pengantar Manjemen Keuangan, Penerbit Kencana Predana Media


Group 2010: Jakarta.

Prasetya, Gede Edy. 2006. Penyusunan dan Analisis Laporan Keuangan


Pemerintah Daerah. Penerbit ANDI Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi
Kesatu, Cetakan kesembilan, PT. Raja Grafindo
Persada : Jakarta.

Mardianto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta : Grasindo


RASIO LIKUIDITAS
(ANALISIS LAPORAN KEUANGAN)

OLEH KELOMPOK 4:
NI KADEK MUDA WARDANI (1214081002)
NI MADE SURYA WIDIASIH (1214081025)
KADEK NOVI TRISNA DEWI (1214081031)

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014

Anda mungkin juga menyukai