Oleh :
1501100023
Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa darah
dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun
absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya komplikasi metabolik akut
kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Hal ini diakibatkan
karena tubuh memproduksi hormon insulin dalam kadar yang lebih rendah. Insulin
adalah hormon pankreas, zat utama yang bertanggung jawab mempertahankan kadar
Diabetes mellitus adalah suatu kelainan reaksi kimia dalam hal pemanfaatan
yang tepat atas karbohidrat, lemak, protein dari makanan, karena tidak cukupnya
ke dalam sel, glukosa yang disimpan dari hati dan glukosa yang dikeluarkan dari hati
1.2 klasifikasi
Insulin/DMTI)
Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent
seluruh penderita DM dan umumnya terjadi pada usia muda (95% pada usia di
tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau olahraga. Pada fase awal
kesehatan dan berat badan yang cukup baik, dan respon tubuh terhadap insulin
juga masih normal. Penyebab utama kehilangan sel beta pankreas. Reaksi
mendekati normal yaitu 80-120 mg/dl. Angka diatas 200 mg/dl sering disertai
rasa tidak nyaman dan terlalu sering buang air kecil sehingga menyebabkan
dehidrasi.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Bergantung
Insulin/DMTTI)
Bahwa ada dua bentuk diabetes mellitus tipe 2 yakni, mengalami
sekali kekurangan insulin dan yang kedua resistensi insulin. Untuk yang
pertama berat badan cenderung normal sedangkan untuk yang kedua diabetis
memiliki berat badan besar atau gemuk. Diabetes mellitus tipe 2 ini disebut
sebagai penyakit yang lama dan tenang karena gejalanya yang tidak
nampak karena insulin dianggap normal tetapi tidak dapat membuang glukosa
ke dalam sel-sel sehingga obat-obatan yang diberikan pun ada 2 selain obat
menghasilkan insulin.
c. Diabetes Mellitus Gestational (MDG)
Wanita hamil yang belum pernah mengidap diabetes mellitus, tetapi
memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat dikatakan
insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar gula darah biasanya kembali
(kerusakan genetik sel beta pankreas dan kerja insulin), penyakit pada
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan salah satu penyakit yang
diturunkan dari orang tua kepada anaknya secara genetik. Bila orang tua menderita
diabetes, maka anak-anaknya akan menderita diabetes, tetapi faktor keturunan saja
tidak cukup, diperlukan adanya faktor pencetus atau faktor risiko seperti pola makan
yang salah, gaya hidup, aktivitas kurang gerak, infeksi dll. Secara garis besar : faktor
bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti akan
atau salah seorang dari orang tua, saudara kandung, anggota keluarga
oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam
bentuk lemak dalam tubuh. Penyimpangan yang berlebihan akan
mengakibatkan obesitas.
3. Obesitas
Diabetes terutama DM tipe 2 sangat erat hubungannya dengan obesitas.
berlebihan.
4. Stress
Reaksi setiap orang ketika stress melanda berbeda-beda. Beberapa orang
meningkatkan trigliserida dan gula darah atau yang dikenal dengan istilah
1.4 Patofisiologi
berbagai fungsi sel dengan baik. Bahan bakar tersebut bersumber dari sumber zat gizi
karbohidrat, protein, lemak, yang didalam tubuh mengalami pemecahan menjadi zat
yang lebih sederhana dan proses pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan energi.
memegang peranan yang sangat penting yang bertugas memasukkan glukosa kedalam
diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga kadarnya didalam darah selalu dalam
batas aman baik pada keadaan puasa maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas
pada pulau Langerhans. Tiap pankreas mengandung 100.000 pulau Langerhans dan
glukosa darah dan koordinasi penggunaan energi oleh jaringan, insulin yang
dihasilkan sel beta pankreas dapat diibaratkan anak kunci yang dapat membuka pintu
masuknya glukosa kedalam sel agar dapat dimetabolisme menjadi energi. Bila insulin
tidak ada atau insulin tidak dikenali oleh reseptor pada permukaan sel, maka glukosa
tak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa akan tetap berada dalam darah
menyebabkan tidak ada energi yang dihasilkan sehingga badan menjadi lemah.
glukosa darah menjadi kacau. Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi,
pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa melalui gluconeogenesis dihati tidak
dapat dihambat karena insulin yang kurang/resisten sehingga kadar glukosa darah
polipagi, lemas, berat badan menurun. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut,
Secara umum gejala dan tanda penyakit DM dibagi dalam dua kelompok, yaitu akut
dan kronis.
banyak
3. Banyak minum (polidipsi)
4. Banyak makan (polifagi)
b. Gejala kronis meliputi :
1. Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur dan
kulit di ketiak, payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka lecet terkena
seks (testosteron).
6. Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering
(IP.Suiraoka, 2012)
1.7 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
· kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
· kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
· Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
(1) Menghambat penyerapan karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada ketika tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
2) Insulin dibutuhkan pada keadaan :
a) Penurunan berat tubuh yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
2. keperawatan
resiko tinggi.
2. Penyuluhan untuk pencegahan sekunder, ditujukan pada diabetes
hidup.
Penderita diabetes mellitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan
(3J), yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti,
lemak (20-25%), garam (≤ 3000 mg atau 6-7 gr per hari), dan serat (± 25
g/hr).
Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat,
dll), dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan
sayuran yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak
dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurangi
20%.
3. Aktivitas fisik
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
ditambahkan 10-20%.
c. Latihan fisik (olah raga)
Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah
Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia (dalam tahun),
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama KK : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gayaman Kota Mojokerto
b. Komposisi Keluarga
Jenis Hubungan
No nama Umur Pekerjaan ket
kelamin keluarga
1. Tn.M L Suami 65 thn swasta sehat
2. Ny.S P Istri 60 thn Ibu RT DM
3. Tn.O L Anak 30 thn Swasta Sehat
4. Ny.J P Menantu 27 thn Swasta sehat
c. Genogram
d. Type Keluarga : Keluarga usia lanjut
e. Suku / Kebangsaan : Jawa
f. Agama : Islam
g. Status Sosial Ekonomi
1) Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat.
Khususnya Ny. S, ia selalu ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll walaupun dengan
badan yang sudah rentan dan kaki yang terkadang terasa sakit.
2) Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga prasejahtera karena keluarga hanya bisa
mendapatkan uang dari kontrakan dan dari uang gakin serta mendapatkan beras
miskin. Untuk memenuhi kebutuhann sehari-hari keluarga Tn. M hanya
mengandalkan penghasilan anak dan menantunya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan rekreasi keluar rumah seperti ikut pengajian namun untuk tamasya Tn.
M tidak melakukan lagi karena tesangkut masalah biaya dan kondisi sakit yang
dialaminya dan istri. Sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti mengobrol dengan
tetangga sebelah di beranda rumah.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. M merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2.
Termasuk rumah semi permanen, berdinding tembok dan juga kayu (gedek) lantainya
dari sebagian semen dan sebagian tanah. Mempunyai 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1
dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah belum mencukupi 10% dari total
bangunan dan lingkungannya tampak kotor.
1) Pembuangan Air Kotor
Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan kedalaman
10 meter terletak di belakang rumah dan jarak dari sumber air kurang dari 10 meter.
2) Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan di bak
sampah atau di bagor dan kemudian di ambil petugas sampah setiap 2 hari sekali.
3) Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. M tampak sedikit kotor, pekarangan tidak dimanfaatkan
secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4) Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak di dalam
rumah.
5) Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang dikelola satu perumahan.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Tn. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong
royongan tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak
oranng tuanya masih ada Tn. M tinggal di sana.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga besarnya.
Bila ada masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Tn. M selalu
membawa ke dokter yang terdekat dengan rumah atau ke pak mantra.
Jarak Untuk Pelayanan Kesehatan Terdekat
Puskesmas : kurang lebih 2 km
Puskesmas pembantu : kurang lebih 10 km
Rumah sakit : kurang lebih 15 km
Posyandu : kurang lebih 200 meter
Fasilitas Sosial
Masjid/mushola : kurang lebih 200 km
Pasar : kurang lebih 200 km
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak dan
saling perhatian.
c. Struktur peran keluarga
Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangganya.
Ny. Ssebagai istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Tn. O sebagai anak kedua yang telah menikah dengan Ny. J.
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam
agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga
juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DM, hal ini
ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat
penyakit DM. Keluarga juga tidak tahu bahwa penyakitnya bisa di turunkan kepada
anaknya sehingga harus mendapat pengobatan yang segera dan jangka waktu yang
cukup panjang. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga terbatas
karena keluarga tidak mengetahui tentang masalah yang terjadi pada penyakit DM.
Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menangani
penyakitnya.
d. Fungsi reproduksi
Tn. M berusia 65 tahun dan Ny. S 60 tahun merupakan usia lansia, keluarga tidak
menggunakan kontrasepsi pil dan suntik.
e. Fungsi ekonomi
Tn. M bekerja sebagai buruh pabrik untuk kehidupan sehari-harinya ia dibantu oleh
anak dan menantunya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik.
7. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum Ny. S nampak lemah dan tidak bersemangat, badannya agak kurus,
banyak makan dan minum.
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 37oC
c. Pemeriksaan fisik khusus
1) Kepala
Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal
2) Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
3) Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.
4) Telinga
Fungsi pendengaran baik
5) Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan
6) Mulut
Tidak ada kelainan
7) Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat
palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-)
8) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak
kembung, pergerakan peristaltik usus baik, tidak ada bekas luka operasi
9) Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah ditemukan luka kecil pada kaki kiri
dan sudah 3 minggu belum sembuh. Sehingga Ny. S sulit melakukan kegiatan sehari
hari.
7. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya sehingga dapat
melakukan aktifitas sehari-hari dengan nyaman.
C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Sering BAK keluarga mengenal managemen
terutama pada malam hari masalah , regimen terapeutik
- Kesemutan atau
Ketidakmampuan keluarga
kram
keluarga
- Sering lapar /
mengambil
nafsu makan meningkat
- Nafsu makan keputusan
menurun ketidakmampuan
- Mual muntah
keluarga merawat
- Berat badan
anggota keluarga
menurun
- Lemah yang sakit,
- Sering minum
ketidakmampuan
- Pengelihatan kabur
- Nafas cepat keluarga
- Kepala terasa
memanfaatkan
ringan / pusing
fasilitas kesehatan
Data Objektif :
- Berat badan : 56
kg, Tinggi badan : 157
cm
- Luka gangren
- Nampak lesu,
lemah
- Tampak kurus
- Kulit tidak elastis,
otot lengan dan kaki
- Lemah
2 Data Subjektif : Ketidakmampuan Resiko terjadinya
- Kesemutan atau keluarga untuk luka pada kakinya
kram memelihara
- Sulit melakukan
lingkungan
ADL
- Lemah
- Pengelihatan kabur
- Kepala terasa
ringan / pusing
Data Objektif :
- Luka gangren
- Menggunakan alas
kaki
- Tidak
menggunakan alas kaki
- Lingkungan rumah
kotor
Diagnosa prioritas:
1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamanan berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Tindakan
Ketidakefektifan Setelah Setelah Verbal Keluarga Jelaskan dan
managemen dilakukan dilakukan 5 memahami diskusikan
regimen perawatan X kunjungan tentang : tentang DM :
terapeutik selama 1 keluarga - Pengertian - Pengertian
- Tanda dan - Tanda dan gejala
keluarga bulan dapat:
- Factor yang
gejala
berhubungan keluarga - Mengenal
- Factor yang mempengaruhi
dengan dapat masalah - Penatalaksanaan
mempengaruhi
ketidakmampuan melakukan kesehatan Psikomoto -
keluarga perawatan yang terjadi r Penatalaksanaa Lakukan
- Memahami
mengenal terhadap n pemeriksaan
tentang
masalah, anggota Gula darah
penyakit DM
Ketidakmampuan keluarga Verbal
-
keluarga yang sakit Keluarga Diet DM
Memodifikas
mengambil dan tidak membawa klien
i lingkungan
keputusan terjadi - Melakukan ke pelayanan
ketidakmampuan komplikasi diet DM kesehatan
keluarga
merawat anggota Keluarga
keluarga yang mengerti
sakit, tentang diet
ketidakmampuan DM:
keluarga - Pengertian
- Tujuan dan
memanfaatkan
manfaat
fasilitas
- Macam-macam
kesehatan
yang boleh,
segaian atau
tidak boleh di
komsumsi
Resiko terjadinya Setelah Setelah Verbal Keluarga Jelaskan dan
peningkatan dilakukan dilakukan 5 memahami diskusikan
ketidaknyamanan perawatan X kunjungan tentang : tentang gatal
berhubungan selama 1 keluarga - Pengertian yang diderita:
- Tanda dan
dengan bulan dapat: - Pengertian
gejala - Tanda dan
Ketidakmampuan keluarga - Mengenal
- Factor yang
gejala
keluarga dapat masalah
mempengaruhi - Factor yang
merawat anggota melakukan kesehatan - Cara
mempengaruh
yang sakit, perawatan yang terjadi Psikomotor pencegahan - Cara
- Memahami - Penataksanaan
ketidakmampuan terhadap pencegahan
tentang - Penataksanaan
keluarga anggota
penyakit
memanfaatkan keluarga
gatalnya Membawa Membawa
fasilitas yang sakit
- Menggunkan
keluarga yang keluarga yang
kesehatan dan tidak
fasilitas
sakit ke sakit ke
terjadi
kesehatan
pelayanan pelayanan
komplikasi
merawat
kesehatan kesehatan.
yang sakit
Anjurakan untuk
- Melakukan
mengompres
diet untuk
dengan air
mengurangi
hangat minimal
gatal yang
2 kali sehari.
diderita
Anjurkan untuk
membersihkan
luka dengan
cairan
disinfektan
Anjurkan untuk
mengkompres
dengan rivanol
Menganjurakan
untuk
menggunkan
sabun anti
septic.
4. Implementasi
Diagnosa Pelaksanaan
Ketidakefektifan 1. Mengkaji kondisi klien
2. Mengkaji respon klien dengan adanya luka pada kakinya.
managemen regimen
3. Mendiskusikan tentang apa yang membuat gambaran diri
terapeutik keluarga
klien terganggu
berhubungan dengan4. Memberi penjelasan tentang luka yang terjadi.
5. Memberikan pengertian tentang DM
ketidakmampuan
6. Menjelasakan efek makanan dan patofisiologi DM
keluarga mengenal 7. Menganjurkan untuk membatas pemakaian gula
8. Menganjurkan untuk di periksakan ke pelayanan
masalah,
kesehatan
Ketidakmampuan
9. Menganjurkan untuk jalan hati-hati agar tidak
keluarga mengambil
menimbulkan luka pada kaki.
keputusan 10. Mengingatkan kembali makanan yang boleh di komsumsi
ketidakmampuan dan tidak boleh di komsusmsi
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit,
ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya 1. Mengkaji kondisi klien
2. Memeriksa kakinya yang terasa gatal
peningkatan
3. Menganjurkan untuk mengkompres dengan air hangat
ketidaknyamanan 4. Menganjurkan untuk memilih makanan yang tidak
berhubungan dengan menimbulkan semakin parah lukanya
5. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
Ketidakmampuan
6. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
keluarga merawat 7. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
8. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
anggota yang sakit,
9. Memberikan obat-obatan untuk merawat gatal-gatalnya.
ketidakmampuan 10. Mengajarkan dan mendemonstrasikan perawatan gatalnya
keluarga (mengajarkan pemakaian obatnya)
11. Memberitahu makanan yang boleh di komsumsi dan yang
memanfaatkan
fasilitas kesehatan tidak boleh di komsumsi dengan sakit gatalnya.
5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan managemen S : Ny. S mengatakan kalau kakinya tidak
regimen terapeutik keluarga sembuh-sembuh dan tersa gatal
berhubungan dengan O : Ny. S mengatakan tidak tahu tentang kondisi
ketidakmampuan keluarga kakinya, tidak mau berobat ke pelayanan
mengenal masalah, kesehatan, terdapat luka kering di kaki nya
Ketidakmampuan keluarga dengan warna kehitam-hitaman.
mengambil keputusan A : Masalah belum teratasi
ketidakmampuan keluarga P : Beri penguatan positif, lanjutkan intervensi.
merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya peningkatan S : Ny. S mengatakan sudah lama kurang lebih 1
ketidaknyamanan berhubungan bulan menerita gatal-gatal. Ny. S akan
dengan Ketidakmampuan mengkompres kakinya dengan air hangat.
keluarga merawat anggota yang O : Kedua kaki tampak kehitam-hitaman, Ny. S
sakit, ketidakmampuan keluarga menggaruk dan mengelus-elus
memanfaatkan fasilitas kesehatanA : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi