Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA USIA LANJUT DENGAN MASALAH


DIABETES MELLITUS

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KELDALKEREP KOTA MALANG

Oleh :

ALVIN FITRI HENDIKA

1501100023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN MALANG
20181. KONSEP DASAR

1.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah kelainan yang ditandai dengan kadar glukosa darah

yang melebihi normal (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun

absolut, apabila dibiarkan tidak terkendali dapat terjadinya komplikasi metabolik akut

maupun komplikasi vaskuler jangka panjang yaitu mikroangiopati dan

makroangiopati. Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan

kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada

mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

Diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula dalam darah. Hal ini diakibatkan

karena tubuh memproduksi hormon insulin dalam kadar yang lebih rendah. Insulin

adalah hormon pankreas, zat utama yang bertanggung jawab mempertahankan kadar

gula darah yang tepat.

Diabetes mellitus adalah suatu kelainan reaksi kimia dalam hal pemanfaatan

yang tepat atas karbohidrat, lemak, protein dari makanan, karena tidak cukupnya

pengeluaran atau kurangnya insulin.


Diabetes mellitus adalah gangguan keseimbangan antara transportasi glukosa

ke dalam sel, glukosa yang disimpan dari hati dan glukosa yang dikeluarkan dari hati

sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat (Hardianah,2012).

1.2 klasifikasi

Dalam (IP.Suiraoka, 2012) American Diabetes Assosiation/World Health

Organization mellitus mengklasifikasikan 4 macam penyakit diabetes mellitus

berdasarkan penyebabnya, yaitu:

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Mellitus Bergantung

Insulin/DMTI)
Disebut juga dengan Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM), dengan jumlah penderita sekitar 5%-10% dari

seluruh penderita DM dan umumnya terjadi pada usia muda (95% pada usia di

bawah 25 tahun). DM tipe 1 ditandai dengan terjadinya kerusakan sel β

pankreas yang disebabkan oleh autoimmune, akibatnya terjadi defisiensi

insulin absolut sehingga penderita mutlak memerlukan insulin dari luar

(eksogen) untuk mempertahankan kadar gula dalam batas normal.


Hingga saat ini, diabetes tipe 1 masih termasuk dalam kategori penyakit yang

tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau olahraga. Pada fase awal

kemunculan fase ini, kebanyakan penderita diabetes tipe 1 ini memiliki

kesehatan dan berat badan yang cukup baik, dan respon tubuh terhadap insulin

juga masih normal. Penyebab utama kehilangan sel beta pankreas. Reaksi

autoimun tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi dalam tubuh


Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 sedapat mungkin harus

mendekati normal yaitu 80-120 mg/dl. Angka diatas 200 mg/dl sering disertai

rasa tidak nyaman dan terlalu sering buang air kecil sehingga menyebabkan

dehidrasi.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Bergantung

Insulin/DMTTI)
Bahwa ada dua bentuk diabetes mellitus tipe 2 yakni, mengalami

sekali kekurangan insulin dan yang kedua resistensi insulin. Untuk yang

pertama berat badan cenderung normal sedangkan untuk yang kedua diabetis

memiliki berat badan besar atau gemuk. Diabetes mellitus tipe 2 ini disebut

sebagai penyakit yang lama dan tenang karena gejalanya yang tidak

mendadak seperti tipe 1. Tipe 2 cenderung lambat dan mengeluarkan gejala

sehingga banyak orang yang baru mengetahui dirinya terdiagnosa berusia

lebih dari 40 tahun. Gejala-gejala yang timbulpun terkadang tidak terlalu

nampak karena insulin dianggap normal tetapi tidak dapat membuang glukosa

ke dalam sel-sel sehingga obat-obatan yang diberikan pun ada 2 selain obat

untuk memperbaiki resistensi insulin serta obat yang merangsang pankreas

menghasilkan insulin.
c. Diabetes Mellitus Gestational (MDG)
Wanita hamil yang belum pernah mengidap diabetes mellitus, tetapi

memiliki angka gula darah cukup tinggi selama kehamilan dapat dikatakan

telah menderita diabetes gestasional.


Diabetes tipe ini merupakan gangguan toleransi glukosa yang relatif

ringan sehingga jarang memerlukan pertolongan dokter. Kebanyakan wanita

penderita DMG memiliki homeostatis glukosa relative normal selama paruh


pertama kehamilan (sekitar usia 3 bulan) dan juga bias mengalami defisiensi

insulin relatif pada paruh kedua, tetapi kadar gula darah biasanya kembali

normal setelah melahirkan.


d. Diabetes Tipe Lain
Penyakit DM tipe lainnya dapat berupa DM yang spesifik yang

disebabkan oleh berbagai kondisi seperti kelainan genetik yang spesifik

(kerusakan genetik sel beta pankreas dan kerja insulin), penyakit pada

pankreas, gangguan endokrin lain, infeksi, obat-obatan dan beberapa bentuk

lain yang jarang terjadi.

1.3 Faktor Resiko

Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan salah satu penyakit yang

diturunkan dari orang tua kepada anaknya secara genetik. Bila orang tua menderita

diabetes, maka anak-anaknya akan menderita diabetes, tetapi faktor keturunan saja

tidak cukup, diperlukan adanya faktor pencetus atau faktor risiko seperti pola makan

yang salah, gaya hidup, aktivitas kurang gerak, infeksi dll. Secara garis besar : faktor

risiko Diabetes dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah :


1. Umur
Umur merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin

bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa darah


semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada orang berumur

di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda.


2. Keturunan
Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan. Namun

bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti akan

mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan menghindari faktor

resiko yang lain.


Sebagai faktor resiko secara genetik yang perlu diperhatikan apabila kedua

atau salah seorang dari orang tua, saudara kandung, anggota keluarga

dekat mengidap diabetes.


Pola genetik yang kuat pada diabetes mellitus tipe 2. Seseorang yang

memiliki saudara kandung mengidap diabetes tipe 2 memiliki resiko yang

jauh lebih tinggi menjadi pengidap diabetes. Uraian diatas telah

mengarahkan kesimpulan bahwa risiko diabetes tersebut adalah kondisi

turunan (IP.Suiraoka, 2012).


b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi / diubah :
Berbeda dengan dua faktor risiko berikut ini merupakan faktor risiko yang

berawal dari perilaku, sehingga memiliki kemungkinan atau memberi peluang

untuk diubah atau dimodifikasi.


Faktor risiko tersebut meliputi :
1. Pola makan yang salah
Pola makan yang salah dan cenderung berlebihan menyebabkan timbulnya

obesitas. Obesitas sendiri merupakan faktor predisposisi utama dari

penyakit diabetes mellitus.


2. Aktivitas fisik kurang gerak
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan kurangnya pembakaran energi

oleh tubuh sehingga kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam
bentuk lemak dalam tubuh. Penyimpangan yang berlebihan akan

mengakibatkan obesitas.
3. Obesitas
Diabetes terutama DM tipe 2 sangat erat hubungannya dengan obesitas.

Laporan internasional Diabetes Federation (IDF) tahun 2004 menyebutkan

80 persen dari penderita diabetes ternyata mempunyai berat badan yang

berlebihan.
4. Stress
Reaksi setiap orang ketika stress melanda berbeda-beda. Beberapa orang

mungkin kehilangan nafsu makan sedangkan orang lainnya cenderung

makan lebih banyak.


Stres mengarah pada kenaikan berat badan terutama karena kortisol,

hormon stres yang utama.Kortikol yang tinggi menyebabkan peningkatan

trigliserida darah dan penurunan penggunaan gula tubuh, manifestasinya

meningkatkan trigliserida dan gula darah atau yang dikenal dengan istilah

hiperglikemia (IP.Suiraoka, 2012)


5. Pemakaian obat-obatan

Memiliki riwayat menggunakan obat golongan kortikosteroid dalam

jangka waktu lama.

1.4 Patofisiologi

Tubuh manusia memerlukan bahan bakar berupa energi untuk menjalankan

berbagai fungsi sel dengan baik. Bahan bakar tersebut bersumber dari sumber zat gizi

karbohidrat, protein, lemak, yang didalam tubuh mengalami pemecahan menjadi zat

yang lebih sederhana dan proses pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan energi.

Proses pembentukan energi terutama yang bersumber dari glukosa memerlukan


proses metabolisme yang rumit. Dalam proses metabolisme tersebut, insulin

memegang peranan yang sangat penting yang bertugas memasukkan glukosa kedalam

sel untuk selanjutnya diubah menjadi energi.

Pada keadaan normal,glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang

diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga kadarnya didalam darah selalu dalam

batas aman baik pada keadaan puasa maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah

normal berkisar antara 70-140 mg/dl.

Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas

pada pulau Langerhans. Tiap pankreas mengandung 100.000 pulau Langerhans dan

tiap pulau berisikan 100 sel beta.

Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam pengaturan kadar

glukosa darah dan koordinasi penggunaan energi oleh jaringan, insulin yang

dihasilkan sel beta pankreas dapat diibaratkan anak kunci yang dapat membuka pintu

masuknya glukosa kedalam sel agar dapat dimetabolisme menjadi energi. Bila insulin

tidak ada atau insulin tidak dikenali oleh reseptor pada permukaan sel, maka glukosa

tak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa akan tetap berada dalam darah

sehingga kadarnya akan meningkat. Tidak adanya glukosa yang dimetabolisme

menyebabkan tidak ada energi yang dihasilkan sehingga badan menjadi lemah.

Pada keadaan DM, tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan

glukosa darah menjadi kacau. Walaupun kadar glukosa darah sudah tinggi,

pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa melalui gluconeogenesis dihati tidak
dapat dihambat karena insulin yang kurang/resisten sehingga kadar glukosa darah

terus meningkat. Akibatnya terjadi gejala-gejala DM seperti poliuri, polidipsi,

polipagi, lemas, berat badan menurun. Jika keadaan ini dibiarkan berlarut-larut,

berakibat terjadi kegawatan Diabetes Mellitus yaitu ketoasidosis yang sering

menimbulkan kematian. (IP.Suiraoka, 2012)

1.5 Tanda dan Gejala

Secara umum gejala dan tanda penyakit DM dibagi dalam dua kelompok, yaitu akut

dan kronis.

a. Gejala akut dan tanda dini, meliputi :


1. Penurunan berat badan, rasa lemas dan cepat lelah
2. Sering kencing (poliuri) pada malam hari dengan jumlah air seni

banyak
3. Banyak minum (polidipsi)
4. Banyak makan (polifagi)
b. Gejala kronis meliputi :
1. Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur dan

menyebabkan sering ganti kacamata.


2. Gangguan saraf tepi berupa rasa kesemutan, terutama pada malam hari

sering terasa sakit dan rasa kesemutan di kaki.


3. Gatal- gatal dan bisul. Gatal umumnya dirasakan pada daerah lipatan

kulit di ketiak, payudara dan alat kelamin. Bisul dan luka lecet terkena

sepatu atau jarum yang lama sembuh.


4. Rasa tebal pada kulit, yang menyebabkan penderita lupa memakai

sandal dan sepatunya.


5. Gangguan fungsi seksual. Dapat berupa gangguan ereksi, impoten

yang disebabkan gangguan pada saraf bukan karena kekurangan hormon

seks (testosteron).
6. Keputihan. Pada penderita wanita, keputihan dan gatal sering

dirasakan, hal ini disebabkan daya tahan tubuh penderita menurun.

(IP.Suiraoka, 2012)

1.6 Pemeriksaan Penunjang/diagnostik

1. Pemeriksaan kadar serum glukosa


a. Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
b. Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
c. Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2. Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl hasil 2 jam serta satu nilai lain
lebih dari 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gr
3. HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol
4. Pemeriksaan kadar glukosa urin
Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim glukosa
. Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam urin.

1.7 Penatalaksanaan

1. Medis
a. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
· kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
· kerja OAD tingkat reseptor
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
· Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
(1) Menghambat penyerapan karbohidrat
(2) Menghambat glukoneogenesis di hati
(3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
(4) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
(5) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada ketika tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
2) Insulin dibutuhkan pada keadaan :
a) Penurunan berat tubuh yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

2. keperawatan

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus menurut (Hardianah,2012) adalah :

1. Tujuan pengelolaan Diabetes Mellitus adalah :


a. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/ keluhan dan

mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.


b. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi, mikroangiopati

dan makroangiopati dengan tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas.


2. Prinsip pengelolaan Diabetes mellitus, meliputi :
a. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan diabetes tentang penyakit

dan pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu

mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut.


Penyuluhan meliputi :
1. Penyuluhan untuk pencegahan primer, ditujukan untuk kelompok

resiko tinggi.
2. Penyuluhan untuk pencegahan sekunder, ditujukan pada diabetes

terutama pasien yang baru. Materi yang diberikan meliputi : pengertian

Diabetes, gejala, penatalaksanaan.


Diabetes mellitus, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik,

perawatan pemeliharaan kaki, dll


3. Penyuluhan untuk pencegahan tersier, ditujukan pada diabetik lanjut

dan materi yang diberikan meliputi : cara perawatan dan pencegahan

komplikasi, upaya untuk rehabilitasi, dll.


b. Diet Diabetes Mellitus
Tujuan diet pada Diabetes mellitus adalah mempertahankan atau

mencapai berat badan ideal, mempertahankan kadar glukosa darah mendekati

normal, mencegah komplikasi akut dan kronik serta meningkatkan kualitas

hidup.
Penderita diabetes mellitus didalam melaksanakan diet harus memperhatikan

(3J), yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan, jadwal makan yang harus diikuti,

dan jenis makanan yang harus diperhatikan.


Komposisi makanan yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi

seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat (45-60%), protein (10-15%),

lemak (20-25%), garam (≤ 3000 mg atau 6-7 gr per hari), dan serat (± 25

g/hr).
Jenis buah-buahan yang dianjurkan adalah buah golongan B (salak, tomat,

dll), dan yang tidak dianjurkan golongan A (nangka, durian, dll), sedangkan

sayuran yang dianjurkan golongan A (wortel, nangka muda, dll) dan tidak

dianjurkan golongan B (taoge, terong, dll)


Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:
1. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pria sebesar 30 kal/kg BB dan wanita sebesar 25 kal/kg BB.
2. Umur
Diabetis diatas 40 tahun kebutuhan kalori dikurangi yaitu usia 40-59 tahun

dikurangi 5%, usia 60-69 tahun dikurangi 10%, dan lebih 70 tahun dikurangi

20%.
3. Aktivitas fisik
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.

Aktivitas ringan ditambahkan 20%, aktivitas sedang ditambahkan 30%, dan

aktivitas berat dapat ditambahkan 50%.


4. Berat badan
Bila kegemukan dikurangi 20-30% tergantung tingkat kegemukan. Bila kurus

ditambah 20-30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.


5. Kondisi khusus
Penderita kondisi khusus, misal dengan ulkus diabetika atau infeksi, dapat

ditambahkan 10-20%.
c. Latihan fisik (olah raga)
Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin, mencegah

kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan glikogen

baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut.


Olah raga meliputi enam prinsip :
1. Jenis olah raga dinamis
Yaitu latihan kontinyu, ritmis, interval, progresif dan latihan daya tahan.
2. Intensitas olahraga
Takaran latihan sampai 72-87 % denyut nadi maksimal disebut zona latihan.

Rumus denyut nadi maksimal adalah 220 dikurangi usia (dalam tahun),

lamanya latihan kurang lebih 30 menit.


3. Frekwensi latihan
Frekwensi latihan paling baik 5 X per minggu.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Nama KK : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Gayaman Kota Mojokerto
b. Komposisi Keluarga

Jenis Hubungan
No nama Umur Pekerjaan ket
kelamin keluarga
1. Tn.M L Suami 65 thn swasta sehat
2. Ny.S P Istri 60 thn Ibu RT DM
3. Tn.O L Anak 30 thn Swasta Sehat
4. Ny.J P Menantu 27 thn Swasta sehat

c. Genogram
d. Type Keluarga : Keluarga usia lanjut
e. Suku / Kebangsaan : Jawa
f. Agama : Islam
g. Status Sosial Ekonomi
1) Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat.
Khususnya Ny. S, ia selalu ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll walaupun dengan
badan yang sudah rentan dan kaki yang terkadang terasa sakit.
2) Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga prasejahtera karena keluarga hanya bisa
mendapatkan uang dari kontrakan dan dari uang gakin serta mendapatkan beras
miskin. Untuk memenuhi kebutuhann sehari-hari keluarga Tn. M hanya
mengandalkan penghasilan anak dan menantunya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan rekreasi keluar rumah seperti ikut pengajian namun untuk tamasya Tn.
M tidak melakukan lagi karena tesangkut masalah biaya dan kondisi sakit yang
dialaminya dan istri. Sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti mengobrol dengan
tetangga sebelah di beranda rumah.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga adalah keluarga usia lanjut
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga telah memenuhi
perkembangannya.
c. Riwayat Keluarga Inti
Ny. S menderita diabetes mellitus tipe 2 setelah kontrol gula darah di puskesmas
November 2011 dan di berikan injeksi insulin.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tidak diketahui apakah orang tua Ny. S menderita diabetes mellitus atau tidak.
Karena tidak pernah diperiksa tim medis.

3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. M merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2.
Termasuk rumah semi permanen, berdinding tembok dan juga kayu (gedek) lantainya
dari sebagian semen dan sebagian tanah. Mempunyai 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1
dapur, 1 kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah belum mencukupi 10% dari total
bangunan dan lingkungannya tampak kotor.
1) Pembuangan Air Kotor
Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan kedalaman
10 meter terletak di belakang rumah dan jarak dari sumber air kurang dari 10 meter.
2) Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan di bak
sampah atau di bagor dan kemudian di ambil petugas sampah setiap 2 hari sekali.
3) Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. M tampak sedikit kotor, pekarangan tidak dimanfaatkan
secara maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4) Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak di dalam
rumah.
5) Sumber Air Minum
Keluarga memanfaatkan air sumur yang dikelola satu perumahan.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga Tn. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong
royongan tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.
c. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak
oranng tuanya masih ada Tn. M tinggal di sana.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga besarnya.
Bila ada masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Tn. M selalu
membawa ke dokter yang terdekat dengan rumah atau ke pak mantra.
Jarak Untuk Pelayanan Kesehatan Terdekat
Puskesmas : kurang lebih 2 km
Puskesmas pembantu : kurang lebih 10 km
Rumah sakit : kurang lebih 15 km
Posyandu : kurang lebih 200 meter
Fasilitas Sosial
Masjid/mushola : kurang lebih 200 km
Pasar : kurang lebih 200 km

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak dan
saling perhatian.
c. Struktur peran keluarga
Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangganya.
Ny. Ssebagai istri bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Tn. O sebagai anak kedua yang telah menikah dengan Ny. J.
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam
agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga
juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DM, hal ini
ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat
penyakit DM. Keluarga juga tidak tahu bahwa penyakitnya bisa di turunkan kepada
anaknya sehingga harus mendapat pengobatan yang segera dan jangka waktu yang
cukup panjang. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga terbatas
karena keluarga tidak mengetahui tentang masalah yang terjadi pada penyakit DM.
Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menangani
penyakitnya.
d. Fungsi reproduksi
Tn. M berusia 65 tahun dan Ny. S 60 tahun merupakan usia lansia, keluarga tidak
menggunakan kontrasepsi pil dan suntik.
e. Fungsi ekonomi
Tn. M bekerja sebagai buruh pabrik untuk kehidupan sehari-harinya ia dibantu oleh
anak dan menantunya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Strategi Koping
Tn. M merasa apa yang terjadi pada istrinya merupakan kehendak Tuhan, Tn. M
hanya bisa pasrah. Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha
berpikir dengan pikiran dingin dan lebih santai.
b. Status Emosi
Tn. M termasuk orang yang tidak mudah untuk stress. Ia berusaha membesarkan hati
istri dan anaknya agar tidak gampang emosi sehingga pemikiran dan pengambilan
keputusan memang benar-benar di pikirkan matang-matang.

7. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
a. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum Ny. S nampak lemah dan tidak bersemangat, badannya agak kurus,
banyak makan dan minum.
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 180/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 37oC
c. Pemeriksaan fisik khusus
1) Kepala
Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala normal
2) Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
3) Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.
4) Telinga
Fungsi pendengaran baik
5) Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan
6) Mulut
Tidak ada kelainan
7) Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat
palpitasi, suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-)
8) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak
kembung, pergerakan peristaltik usus baik, tidak ada bekas luka operasi
9) Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah ditemukan luka kecil pada kaki kiri
dan sudah 3 minggu belum sembuh. Sehingga Ny. S sulit melakukan kegiatan sehari
hari.

7. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya sehingga dapat
melakukan aktifitas sehari-hari dengan nyaman.

C. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Sering BAK keluarga mengenal managemen
terutama pada malam hari masalah , regimen terapeutik
- Kesemutan atau
Ketidakmampuan keluarga
kram
keluarga
- Sering lapar /
mengambil
nafsu makan meningkat
- Nafsu makan keputusan
menurun ketidakmampuan
- Mual muntah
keluarga merawat
- Berat badan
anggota keluarga
menurun
- Lemah yang sakit,
- Sering minum
ketidakmampuan
- Pengelihatan kabur
- Nafas cepat keluarga
- Kepala terasa
memanfaatkan
ringan / pusing
fasilitas kesehatan

Data Objektif :
- Berat badan : 56
kg, Tinggi badan : 157
cm
- Luka gangren
- Nampak lesu,
lemah
- Tampak kurus
- Kulit tidak elastis,
otot lengan dan kaki
- Lemah
2 Data Subjektif : Ketidakmampuan Resiko terjadinya
- Kesemutan atau keluarga untuk luka pada kakinya
kram memelihara
- Sulit melakukan
lingkungan
ADL
- Lemah
- Pengelihatan kabur
- Kepala terasa
ringan / pusing

Data Objektif :
- Luka gangren
- Menggunakan alas
kaki
- Tidak
menggunakan alas kaki
- Lingkungan rumah
kotor

D. Skala Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran


1. Sifat Masalah : actual Ny S mengatakan tidak tahu kalau
3/3 X 1 1 menderita DM, tahunya di kasih
tahu pak Mantri
2. Kemungkinan masalah Ny. S tinggal dengan keluarganya,
dapat diubah: Sebagian perkembagan tehnik pengobatan
DM yang pesat, lingkungan
½X2 1 rumah yang tampak sedikit
kontor. Fasilitas kesehatan tidak
di gunakan. Menggunakan
ramuan cina
3. Potensial masalah untuk Masalah ini sudah lama, kakinya
dicegah: cukup di beri obat dengan ramuan cina
2/3 X 1 2/3
dan di rendam menggunakan air
hangat yang di kasih garam.
4. Menonjolnya masalah: Ny. S tidak mersakan sebagi
masalah tidak masalah, sudah bias any terjadi
2/2 X 0 0
dirasakan dan biasanya di beri ramuan dari
cina rasanyua berkurang.
Jumlah 2 2/3

2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamana berhubungan dengan


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1. Sifat Masalah : actual Ny. S mengatakan bahwa dia
3/3 X 1 1 menderita gatal-gatal sudah 1
bulan dan tidak sembuh.
2. Kemungkinan masalah Sumber daya keluarga(keuangan)
dapat diubah: sebagian pas-pasan, tegnologi sudah maju,
½X2 1
sokongan masyarakat sangat
besar.
3. Potensial masalah 2/3 X 1 2/3 Masalah ini sudah lama terjadi,
untuk dicegah: cukup biasannya menggunkan obat
cina.Biasanya berobat ke pak
Mantri namun jika obatnya habis
terasa gatal.
4. Menonjolnya masalah: Ny. S menganggap ini hal yang
Masalah tidak di ½X0 0 biasa
rasakan
Jumlah 2 2/3

Diagnosa prioritas:
1. Ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
2. Resiko terjadinya peningkatan ketidaknyamanan berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Tindakan
Ketidakefektifan Setelah Setelah Verbal Keluarga Jelaskan dan
managemen dilakukan dilakukan 5 memahami diskusikan
regimen perawatan X kunjungan tentang : tentang DM :
terapeutik selama 1 keluarga - Pengertian - Pengertian
- Tanda dan - Tanda dan gejala
keluarga bulan dapat:
- Factor yang
gejala
berhubungan keluarga - Mengenal
- Factor yang mempengaruhi
dengan dapat masalah - Penatalaksanaan
mempengaruhi
ketidakmampuan melakukan kesehatan Psikomoto -
keluarga perawatan yang terjadi r Penatalaksanaa Lakukan
- Memahami
mengenal terhadap n pemeriksaan
tentang
masalah, anggota Gula darah
penyakit DM
Ketidakmampuan keluarga Verbal
-
keluarga yang sakit Keluarga Diet DM
Memodifikas
mengambil dan tidak membawa klien
i lingkungan
keputusan terjadi - Melakukan ke pelayanan
ketidakmampuan komplikasi diet DM kesehatan
keluarga
merawat anggota Keluarga
keluarga yang mengerti
sakit, tentang diet
ketidakmampuan DM:
keluarga - Pengertian
- Tujuan dan
memanfaatkan
manfaat
fasilitas
- Macam-macam
kesehatan
yang boleh,
segaian atau
tidak boleh di
komsumsi
Resiko terjadinya Setelah Setelah Verbal Keluarga Jelaskan dan
peningkatan dilakukan dilakukan 5 memahami diskusikan
ketidaknyamanan perawatan X kunjungan tentang : tentang gatal
berhubungan selama 1 keluarga - Pengertian yang diderita:
- Tanda dan
dengan bulan dapat: - Pengertian
gejala - Tanda dan
Ketidakmampuan keluarga - Mengenal
- Factor yang
gejala
keluarga dapat masalah
mempengaruhi - Factor yang
merawat anggota melakukan kesehatan - Cara
mempengaruh
yang sakit, perawatan yang terjadi Psikomotor pencegahan - Cara
- Memahami - Penataksanaan
ketidakmampuan terhadap pencegahan
tentang - Penataksanaan
keluarga anggota
penyakit
memanfaatkan keluarga
gatalnya Membawa Membawa
fasilitas yang sakit
- Menggunkan
keluarga yang keluarga yang
kesehatan dan tidak
fasilitas
sakit ke sakit ke
terjadi
kesehatan
pelayanan pelayanan
komplikasi
merawat
kesehatan kesehatan.
yang sakit
Anjurakan untuk
- Melakukan
mengompres
diet untuk
dengan air
mengurangi
hangat minimal
gatal yang
2 kali sehari.
diderita
Anjurkan untuk
membersihkan
luka dengan
cairan
disinfektan
Anjurkan untuk
mengkompres
dengan rivanol
Menganjurakan
untuk
menggunkan
sabun anti
septic.
4. Implementasi

Diagnosa Pelaksanaan
Ketidakefektifan 1. Mengkaji kondisi klien
2. Mengkaji respon klien dengan adanya luka pada kakinya.
managemen regimen
3. Mendiskusikan tentang apa yang membuat gambaran diri
terapeutik keluarga
klien terganggu
berhubungan dengan4. Memberi penjelasan tentang luka yang terjadi.
5. Memberikan pengertian tentang DM
ketidakmampuan
6. Menjelasakan efek makanan dan patofisiologi DM
keluarga mengenal 7. Menganjurkan untuk membatas pemakaian gula
8. Menganjurkan untuk di periksakan ke pelayanan
masalah,
kesehatan
Ketidakmampuan
9. Menganjurkan untuk jalan hati-hati agar tidak
keluarga mengambil
menimbulkan luka pada kaki.
keputusan 10. Mengingatkan kembali makanan yang boleh di komsumsi
ketidakmampuan dan tidak boleh di komsusmsi
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit,
ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya 1. Mengkaji kondisi klien
2. Memeriksa kakinya yang terasa gatal
peningkatan
3. Menganjurkan untuk mengkompres dengan air hangat
ketidaknyamanan 4. Menganjurkan untuk memilih makanan yang tidak
berhubungan dengan menimbulkan semakin parah lukanya
5. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
Ketidakmampuan
6. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
keluarga merawat 7. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air hangat
8. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
anggota yang sakit,
9. Memberikan obat-obatan untuk merawat gatal-gatalnya.
ketidakmampuan 10. Mengajarkan dan mendemonstrasikan perawatan gatalnya
keluarga (mengajarkan pemakaian obatnya)
11. Memberitahu makanan yang boleh di komsumsi dan yang
memanfaatkan
fasilitas kesehatan tidak boleh di komsumsi dengan sakit gatalnya.

5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
Ketidakefektifan managemen S : Ny. S mengatakan kalau kakinya tidak
regimen terapeutik keluarga sembuh-sembuh dan tersa gatal
berhubungan dengan O : Ny. S mengatakan tidak tahu tentang kondisi
ketidakmampuan keluarga kakinya, tidak mau berobat ke pelayanan
mengenal masalah, kesehatan, terdapat luka kering di kaki nya
Ketidakmampuan keluarga dengan warna kehitam-hitaman.
mengambil keputusan A : Masalah belum teratasi
ketidakmampuan keluarga P : Beri penguatan positif, lanjutkan intervensi.
merawat anggota keluarga yang
sakit, ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
Resiko terjadinya peningkatan S : Ny. S mengatakan sudah lama kurang lebih 1
ketidaknyamanan berhubungan bulan menerita gatal-gatal. Ny. S akan
dengan Ketidakmampuan mengkompres kakinya dengan air hangat.
keluarga merawat anggota yang O : Kedua kaki tampak kehitam-hitaman, Ny. S
sakit, ketidakmampuan keluarga menggaruk dan mengelus-elus
memanfaatkan fasilitas kesehatanA : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai