Anda di halaman 1dari 4

Andreas Fabian Pramuditya

55117120153

Business Ethic & Good Governance

Diampu oleh: Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Quiz Minggu Ke 3, 18 – 24 September 2018

PEMBAHASAN

Forum Minggu Ke-2: Ethics of Consumer Protection


Masyarakat semakin mengenal etika bisnis seiring dengan bertumbuh pesatnya etika bisnis
di masyarakat. Etika bisnis tidak terlepas dari perlindungan konsumen yang pada praktiknya
telah cukup memberikan perlindungan kepada konsumen dari tindakan-tindakan pelaku
bisnis/pelaku usaha. Walaupun demikian, etika bisnis tetap harus dibatasi dan diatur oleh
hukum. Hukum bersifat membatasi dan mengatur sehingga sanksi-sanksi yang nantinya
muncul untuk pelanggar akan lebih jelas, adil bagi semua pihak dan dapat diterima oleh
masyarakat.
Perlindungan konsumen adalah sekelompok undang-undang dan organisasi yang dirancang
untuk memastikan hak-hak konsumen serta perdagangan yang adil, persaingan dan informasi
yang akurat di pasar. Undang-undang dirancang untuk mencegah bisnis yang terlibat dalam
penipuan atau praktik-praktik tidak adil yang ditentukan dari mendapatkan keuntungan lebih.
Diperlukan juga perlindungan tambahan bagi masyarakat yang rentan. Oleh karena itu,
undang-undang perlindungan konsumen adalah bentuk sikap nyata pemerintah yang
bertujuan untuk melindungi hak-hak konsumen. Contohnya, pemerintah mungkin mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi terperinci tentang produk — khususnya di area
di mana keselamatan atau kesehatan masyarakat menjadi hal yang krusial, seperti makanan.
Untuk melindungi konsumen, pemerintah kemudian membuat UU Perlindungan Konsumen
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia yang
menjelaskan bahwa hak konsumen diantaranya adalah:
1. Hak atas kenyamanan
2. Hak atas keamanan
3. keselamatan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa
4. Hak untuk memilih barang dan atau jasa
5. Hak untuk mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan
6. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
7. Hak perlindungan atas tindak diskriminasi
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian - apabila
barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
Dalam pelaksanaan undang- undang ini ada lembaga yang bertanggung jawab dalam
menangani masalah yang dialami konsumen adalah LPK ( Lembaga Perlindungan
Konsumen) dan YLKI ( Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia) Tugas utama dari kedua
lembaga ini adalah dapat menindak tegas produsen yang lalai dan memberikan sebuah
jaminan kepada konsumen disaat konsumen mendapatkan ketidakpuasan atau kerugian
dalam membeli barang atau jasa.
Implementasi Consumer Protection PT GO-JEK Indonesia
PT GO-JEK Indonesia adalah perusahaan moda transportasi yang melayani perjalanan
sesuai dengan, rute pendek dan rute panjang. GO-JEK memiliki berbagai produk seperti GO-
RIDE, GO-CAR, GO-TAXI, GO-FOOD, dan sebagainya namun saat ini saya akan fokus pada
GO-RIDE. Dengan banyaknya produk yang ditawarkan, demand masyarakat terhadap gojek
juga semakin tinggi. Namun, tingginya kebutuhan terhadap pelayanan transportasi tersebut
tidak diimbangi dengan penyediaan sarana angkutan umum yang dapat menjangkau masuk
ke dalam lokasi perumahan atau pemukiman. Angkutan ojek merupakan angkutan umum
ilegal, karena secara nyata angkutan ini tidak termasuk sebagai bagian dari sarana angkutan
umum yang diakui keberadaannya oleh peraturan perundang-undangan. Jadi, belum ada
peraturan yang mengatur secara jelas mengenai keberadaan Ojek, khususnya Ojek (online)
yang dianggap melanggar peraturan angkutan orang karena jaminan keamanan dan
keselamatan sampai dengan saat ini untuk angkutan ojek juga belum ada kepastiannya.
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam menggunakan jasa Ojek online timbul dari
adanya hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang diatur dalam Undang-Undang No 8
Tahun 1999 terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) dan pada pasal 4 ayat (6) “hak untuk mendapat
pembinaan dan pendidikan konsumen”, kewajibannya pelaku usaha harus didasari oleh Pasal
7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen berhak
untuk mendapat perlindungan berupa tanggung jawan atas informasi, tanggung jawab hukum
atas jasa yang diberikan dan tanggung jawab atas kemanan dan kenyamanan.
Kesimpulannya, fitur GO-RIDE dalam perusahaan GO-JEK Indonesia belum ada
implementasi yang maksimal mengenai Perlindungan Konsumen apabila mengacu ke
perundang-undangan. Biarpun sebagai pengguna GO-JEK saya mengetahui bahwa GO-JEK
terus meningkatkan kualitas driver-nya, mulai dari penampilan, kesopanan dan kemananan
dalam berkendara sesuai yang saya alami dari pertama kali menggunakan GO-JEK sampai
saat ini.
Referensi:

• Pradiptavian, 2017. https://pradiptavian.wordpress.com/2012/11/07/perlindungan-


konsumen/ (22 September 2018, 10.20)
• Hapzi Ali, 2016. Modul BE & GG : Ethics of consumer protection, Universitas Mercu
Buana
• Widodo, Rudi Natra, 2017. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/83367 (22
September 2018, 10.44)

Kuis Minggu Ke-2: Resume dan Rekomendasi


Dalam menjalankan suatu bisnis, banyak pihak yang terlibat diantaranya adalah konsumen
sebagai yang paling utama, produsen (wirausahawan atau koirporasi), pemegang saham,
investor dan pemerintah.
Sebelum sebuah bisnis dimulai, korporasi perlu memisahkan para pemangku kepentingannya
menjadi mereka yang dapat berguna dan mereka yang tidak bisa. Bisnis harus memusatkan
upaya membangun aliansi pada para pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan kuat
dan pengaruh kuat karena mereka adalah pemangku kepentingan yang dapat membantu
bisnis dan dapat dibujuk menjadi aliansi. Suatu bisnis perlu mengidentifikasi para pemangku
kepentingan yang dapat berguna dalam suatu aliansi. Bisnis itu kemudian perlu meneliti
keinginan para pemangku kepentingan dan bagaimana bisnis itu dapat memuaskan keinginan
dan kepentingan karena kedua belah pihak perlu mendapatkan manfaat dari aliansi.

Konsumen adalah yang utama karena konsumen membutuhkan bisnis untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam hal ini hubungan harus bersifat saling menguntungkan (win-win
relationship), jangka panjang (long-term relationship), dan dilandasi oleh rasa saling
mempercayai (mutual trust) antar semua pihak. Dalam korporasi sebisa mungkin
menguntungkan semua pihak tanpa melanggar aturan dari pemerintah. Sebuah transaksi
bisnis dikatakan adil apabila masing-masing dari pihak mampu memberikan nilai dan tidak
ada unsur keterpaksaan. Hubungan saling menguntungkan (win-win relationship) menjadi
syarat hubungan jangka panjang dan terjalinnya kepercayaan antara bisnis dengan
konsumen yang semakin kuat. Dengan demikian bisnis dapat berlangsung lama apabila bisnis
tersebut mampu menjaga keseimbangan hak dan kewajiban serta betindak etis kepada
konsumennya.
Dalam rangka untuk menjaga trust dari konsumen, dapat dilakukan perlindungan konsumen
atau consumer protection seperti yang juga sudah diberlakukan oleh pemerintah.
Perlindungan konsumen adalah sekelompok undang-undang dan organisasi yang dirancang
untuk memastikan hak-hak konsumen serta perdagangan yang adil, persaingan dan informasi
yang akurat di pasar dan undang-undang yang dimaksud adalah UU Nomer 8 tahun 1999
merupakan bentuk peraturan pemerintah yang bertujuan untuk melindungi hak-hak
konsumen. UU Nomer 8 tahun 1999 yang berbunyi:
- Hak atas keyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan jasa.
- Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijaminkan.
- Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan dan/atau
jasa.
- Hak untuk mendapatkan dan keluhan atas barang dan/atau barang yang digunakan.
- Hak untuk mendapatkan advikasi, perlindugnan, dan upaya penyelesaian sengkata
perlindungan konsumen secara pantas.
- Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.
- Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, dan tidak diskriminatif.
- Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggatian apabila barang/jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjajian atau tidak sebagaimana mestinya.

Hukum perlindungan konsumen dianggap sebagai area hukum yang mengatur hubungan
hukum pribadi antara konsumen individu dan bisnis yang menjual barang dan jasa tersebut.
Perlindungan konsumen mencakup mencakup perlindungan atas hak privasi, praktik bisnis
yang tidak adil, penipuan, keliru, dan interaksi konsumen / bisnis lainnya.

Selain itu, pemerintah juga mengatur tentang perpajakan. Pemerintah berupaya


mengoptimalkan penerimaan pajak guna meningkatkan pendapatan negara, namun dalam
upaya mengoptimalkan penerimaan pajak tidak terlepas dari beberapa kendala, terlebih lagi
sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assessment yang berarti bahwa sistem
pemungutan pajak yang memberikan tanggung jawab kepada para wajib pajak untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajaknya sesuai dengan peraturan
perundangundangan perpajakan. Hal ini yang menyebabkan banyaknya praktik penghindaran
pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.
Praktik tax avoidance disebabkan perusahaan menginginkan beban pajak yang cukup
rendah, karena beban pajak dianggap sebagai beban yang mengurangi penghasilan yang
diperoleh dari suatu bisnis. Ada perbedaan kepentingan dari sudut pandang pemerintah
dengan pihak perusahaan sehingga menimbulkan untuk melakukan penghindaran pajak baik
legal maupun illegal. Kondisi keuangan yang ada di perusahaan maupun kebijakan yang
diambil oleh pimpinan perusahaan juga merupakan pemicu untuk dilakukannya tax
avoidance. Kasus penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh suatu perusahaan
dipengaruhi oleh tata kelola perusahaannya (corporate governance) karena sebuah
perusahaan merupakan wajib pajak sehingga suatu aturan struktur Corporate Governance
mempengaruhi cara sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Corporate
Governance berperan dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam keputusan membayar
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Sebuah perusahan di kategorikan Good
Corporate Governance, apabila prinsip-prinsip pokok corporate governance yang terdiri dari
keterbukaan informasi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas
(responsibilities), kemandirian (independency), serta kesetaraan dan kewajaran (fairness)
dijalankan dalam perusahaan dengan baik, sehingga dalam hal membayar pajak perusahaan
akan membayar sesuai dengan jumlah yang ditetapkan.

Dengan adanya berbagai campur tangan dalam suatu praktik bisnis, akhirnya rekomendasi
yang dapat saya berikan adalah agar suatu bisnis dapat dirancang sebaik dan sejitu mungkin
sebelum dapat dijalankan. Diperlukan sebuah perencanaan yang matang yang dapat
menguntungkan berbagai pihak tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku. Menurut saya,
konsumen tetap yang paling utama hanya saja elemen-elemen yang lain pun tidak bisa
dikesampingkan.

Referensi:

• Ali, Hapzi, 2016. Modul Perkuliahan Business Ethic & GG: Ethics of Consumer
Protection. Universitas Mercu Buana.

Anda mungkin juga menyukai