Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya


manusia juga masih harus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi kepada para
pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholder) di berbagai jenjang
administrasi. Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, diperlukan
upaya terobosan yang benar-benar memiliki daya ungkit yang besar. Sehubungan
dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan menyadari bahwa untuk mencapai Visi
Indonesia Sehat sangat bertumpu pada pencapaian Desa Sehat sebagai basisnya
(Kemenkes, 2010).

Pengembangan Desa Siaga telah dimulai sejak tahun 2006. Sampai dengan
saat ini, tercatat sudah 42.295 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (56,1%) dari 75.410
Desa dan Kelurahan yang ada di Indonesia. Pengembangan desa dan kelurahan siaga
aktif yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor
1529/Menkes/ SK/X/2010 dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat, yaitu
upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam
memecahkan masalah-masalah kesehatannya (Kemenkes, 2010).

1.2 rumusan masalah

Apa yang dimaksud dengan desa atau kelurahan siaga aktif dan bagaimana
cara pembentukan program tersebut?

1.3 tujuan dan manfaat

Mengetahui apa yang dimaksud dengan desa atau kelurahan siaga aktif dan
bagaimana cara pembentukan program tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.

Desa dan kelurahan siaga aktif adalah pembangan dari desa siaga yang telah
dimulai sejak tahun 2006. Kriteria dari suatu desa atau kelurahan aktif adalah:

1. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar


yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Poskesdes
( pos kesehatan desa) atau sarana kesehatan diwilayah tersebut
2. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis
masyarakt (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi
lingkungan dan perilaku) sehingga masyarakat menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa desa atau kelurahan siaga aktif
memiliki komponen:

1. Pelayanan kesehatan dasar


2. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong
survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana serta penyehatan lingkungan
3. Perilaku hidup bersih dan sehat

2.2 komponen desa atau kelurahan siaga aktif


1. pelayanan kesehatan dasar
pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer. Pelayanan kesehatan
dasar berupa :
1) pelayanan kesehatan ibu hamil
2) pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui
3) pelayanan kesehatan untuk anak
4) penemuan dan penanganan penderita penyakit
2. pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM

kegiatan pemberdayaan masyarakt difokuskan pada upaya survailans berbasis


masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta
penyehatan lingkungan. Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan
dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat dibantu oleh
tenaga kesehatan, dan berpedoman pada petunjuk teknik dari Kemenkes.

Kegiatan dari survailans dapat berupa:

a. pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan


anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan masyarakat
b. pelaporan cepat (< 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat
c. pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah
kesehatan
d. pelaporan kematian

kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya yang


dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah dan mengatasi bencana dan
kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman pada petunjuk teknis Kemenkes.

Kegiatan kedaruratan kesehatan berupa:

a. bimbingan dalam pencarian temapt yang aman untuk mengungsi


b. promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat
bencana dan mencegah factor-faktor penyebab masalah
c. bantuan/ fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih),
jamban, pembuangan sampah/limah dan lain-lain ditempat pengungsian
d. upaya pencegahan pencemaran lingkungan

3. perilaku hidup bersih dan sehat


PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

PHBS hendaklah dipraktekkan dimana saja, termasuk tatanan institusi,


pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. PHBS yang
harus dipraktikkan oleh masayarakat di desa dan kelurahan siaga aktif
meliputi perilaku sebagai berikut:
1) melaporkan segera kepada kader atau petugas keseahtan, jika mengetahui
dirinya, keluarganya, teman atau tetangga menderita penyakit menular
2) pergi berobat atau membawa orang lain berobat jika terserang penyakit ke
puskesmas atau poskesde/pustu
3) memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan
4) mengonsumsi tablet darah semasa hamil dan nifas
5) makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang
6) mengonsumsi sayur dan buah setiap hari
7) menggunakan garam beryodium
8) menyerahkan pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan
9) mengonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas
10) member ASI eksklusif
11) member makan PASI
12) Memberi kapsul dan vitamin A untuk bayi dan balita setiap bulan februari
dan agustus
13) Menimbang BB bayi dan balita secara teratur dengan menggunakan buku
KMS dan KIA
14) Membawa bayi,ibu, wanita usia subur untuk diimunisasi
15) Tersedia oralit dan zinc untuk penanggulangan diare
16) Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam
keadaan darurat
17) Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan,
termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan
18) Menjadi peserta aktif keluarga berencana
19) Menggunakan air bersih untuk keperluan hidup sehari-hari
20) Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
21) Menggunakan jamban sehat
22) Mengupayakan tersedianya sarana sanitasi dasar lain dan
menggunakannya
23) Memberantas jentik-jentik nyamuk
24) Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
25) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
26) Tidak merokok, minum minuman keras, madat dan penggunaan NAPZA
27) Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas atau sarana
kesehatan lain
28) Pemanfaatan pekarangan rumah untuk tanaman obat keluarga dan warung
hidup
29) Melaporkan kematian
30) Mempraktikkan PHBS lain yang dianjurkan
31) Saling mengingatkan untuk mempraktikkan PHBS

Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS dirumah tangga digunakan


10 (sepuluh) perilaku yang merupakan indicator yaitu :

- Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


- Member ASI eksklusif kepada bayi
- Menimbang berat badan balita
- Menggunakan air bersih
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
- Menggunakan jamban sehat
- Memberantas jentik nyamuk
- Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari
- Melakukan aktivitas fisik setiap hari
- Tidak merokok di dalam rumah

2.3 Kriteria

Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengembangan desa atau kelurahan siaga
aktif adalah:

1. Kepedulian pemerintah desa atau kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap


desa dan kelurahan siaga aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan
forum desa dan kelurahan.
2. Keberadaan kader pemberdayaan masyarakat/ kader teknis desa dan kelurahan
siaga aktif
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka
atau memberikan pelayanan setiap hari.
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan : survailans, berbasis
masyarakat, penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan dan
penyehatan lingkungan
5. Tercakupnya pendanaan untuk pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta dari masyarakat dan
dunia usaha
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di desa dan kelurahan siaga aktif
7. Peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi dan mengatur tentang
pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif
8. Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga di desa atau
kelurahan.
2.4 Pengembangan desa atau kelurahan siaga aktif
1. Pendekatan
a. Urusan wajib pemerintah kabupaten dan pemerintah kota
Pengembangan desa atau kelurahan siaga aktif merupakan kewajiban dan
kewenangan kabupaten dan kota yang diserahkan pengaturannya kepada
desa dan kelurahan. Jajaran kesehatan mulai dari dinas kesehatan,
puskesmas, sampai rumah sakit wajib memberikan fasilitas dan rujukan,
serta dukungan dana dan sarana bagi pengembangan desa dan kelurahan n
siaga aktif.
b. Dukungan kebijakan di tingkat desa dan kelurahan
Desa siaga aktif harus dilandasi oleh peraturan kepala desa yang tidak
boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undang yang lebih tinggi.
c. Integrasi dengan program pemberdayaan masyarakat
Desa siaga aktif dalam pengembangannya, terintegrasi dengan program-
program pemberdayaan masyarakat lain, baik secara nasional, sektoral
maupun daerah. Misalnya program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri diintegrasikan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif.
2. Persiapan
a. Pelatihan fasilitator
Fasilitator pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif adalah petugas
promosi kesehatan dari dinas kesehatan kabupaten atau dinas kesehatan
kota dan tenaga lain dari program pemberdayaan masyarakat.
b. Pelatihan petugas kesehatan
Petugas kesehatan di kabupaten, kota, dan kecamatan merupakan Pembina
teknik terhadap kegiatan UKBM-UKBM di desa dan kelurahan. Oleh
sebab itu, petugas kesehatan harus diberikan bekal tentang desa dan
keluarga siaga aktif.
c. Analisis situasi perkembangan desa/ kelurahan siaga aktif
Pelaksanaan mengacu kepada petunjuk teknis dari kementerian dalam
negeri dan kementerian kesehatan, yang dilaksanakan oleh fasilitator
dengan dibantu oleh pihak-pihak lain terkait. Hasil yang diperoleh
dikelompokkan menjadi : (1) desa dan kelurahan yang belum digarap, (2)
desa dan kelurahan siaga aktif pratama, (3) desa dan kelurahan siaga aktif
madya, (4) desa dan kelurahan siaga aktif purnama, dan (5) desa dan
kelurahan siaga aktif mandiri.
Daftar desa dan kelurahan hasil evaluasi dan inventarisasi dilaporkan ke
bupati atau walikota dengan tembusan kepada: (1) kelompok kerja
operasional (pokjanal) desa dan kelurahan siaga tingkat kabupaten/kota,
(2) pokjanal tingkat provinsi, dan (3) pokjanal tingkat pusat.
d. Penetapan kader pemberdayaan masyarakat
Kader tersebut adalah anggota masyarakat desa atau kelurahan yang
memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk menggerakkan
masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dna
pembangunan pastisipatif di desa dan kelurahan.
e. Pelatihan KPM dan lembaga kemasyarakatan

3. Penyelenggaraan

Kegiatan memfasilitasi masyarakat menyelenggarakan pengembangan desa


atau kelurahan siaga aktif merupakan tugas dari kader pemberdayaan masyarakat
(KPM) kader kesehatan, serta mendapat dukungan dari kepala desa, perangkat desa,
lembaga kemasyarakatan yang ada.

1) Pengenalan kondisi desa atau kelurahan

Dilakukan dengan mengkaji data profil desa atau profil kelurahan dan
hasil analisis situasi perkembangan desa dan kelurahan siaga aktif yang
menggambarkan criteria desa dan kelurahan siaga aktif yang sudah dapat
atau belum dapat dipenuhi oleh desa atau kelurahan yang bersangkutan.

2) Identifikasi masalah kesehatan dan PHBS

Hal yang harus diidentifikasi:

- Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat dan urutan


prioritas dalam penanganannya.
- Hal yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan
- Potensi yang dimiliki desa/kelurahan
- UKBM apa saja yang sudah ada
- Bantuan/ dukungan yang diharapkan

3) Musyawarah desa/kelurahan

Musyawarah tersebut bertujuan:

- Mensosialisasikan tentang adanya masakah –masalah kesehatan


- Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah kesehatan yang
ditangani
- Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak dibentuk
baru atau diaktifkan kembali.
- Memantapkan data / informasi potensi desa atau potensi kelurahan serta
bantuan/ dukungan yang diperlukan dan alternative sumber bantuan
tersebut.
- Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif

4. Perencanaan partisipatif

Setelah diperoleh kesepakatan dari warga desa atau kelurahan, KPM dan
lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensif
guna nenyusun rencana pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif untuk
dimasukkan ke dalam rencana pembangunan desa/kelurahan.

Rencana tersebut mencakup:


- UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut
jadwal pembentukan/ pengaktifannya kembali.
- Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya
poskesdes, polindes, sarana air bersih, sarana jamban keluarga, dan lain-
lain), berikut jadwal pembangunannya.
- Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya
operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.

5. Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan yang dapat dibentuk dahulu sebelum dana dari pemerintah keluar:
- Membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan
- Menetapkan kader-kader pelaksananya
- Melaksanakan kegiatan swadaya atau yang sudah diperoleh dananya dari
donatur.
- Promosi kesehatan melalui dasawisma
- Pertemuan RT, RW atau forum kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan

2.5 Pentahapan

Berdasarkan kriteria desa dan kelurahan siaga aktif yang telah ditetapkan,
maka perlu dilakukan pentahapan, sehingga dapat dicapai kategori desa siaga aktif
atau kelurahan siaga aktif. Kategori tersebut diantaranya:

1. Desa dan kelurahan siaga aktif pratama


- Sudah memiliki forum masyarakat desa/kelurahan, tetapi belum berjalan
- Sudah memiliki kader permberdayaan masyarakat/kader kesehatan desa/
kelurahan siaga aktif minimal 2 orang.
- Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
- Sudah memiliki posyandu, tetapi UKBM lainnya tidak aktif
- Sudah ada dana untuk pengembangan desa/ kelurahan siaga aktif dalam
anggatan pembangunan desa atau kelurahan tetapi belum ada sumber dana
lainnya.
- Ada peran aktif dari masyarakat namun belum ada peran aktif organisasi.
- Belum memiliki peraturan di tngkat desa atau kelurahan yang melandasi
dan mengatur pengembangan desa/ kelurahan siaga aktif.
- Kurang dari 20 persen rumah tangga di desa/ kelurahan mendapat
pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat.

2. Desa dan kelurahan siaga aktif madya


- Sudah memiliki forum masyarakat desa dan kelurahan yang berjalan,
tetapi belum secara rutin setiap triwulan
- Sudah memiliki kader pemberdayaan masyarakat/kader kesehatan desa
dan kelurahan siaga aktif antara 3- 5 orang
- Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari.
- Sudah memiliki posyandu dan dua (2) UKBM lainnya aktif
- Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta satu
sumber dana lainnya baik dari masyarakat ataupun dunia usaha.
- Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dari satu ormas dalam
kegiatan desa dan kelurahan siaga aktif
- Sudah memiliki peraturan di tingkat desa atau kelurahan yang melandasi
dan mengatur pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif, tetapi belum
direalisasikan.
- Minimal 20 % rumah tangga di desa dan kelurahan mendapat pembinaan
perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Desa dan kelurahan siaga aktif purnama


- Sudah memiliki forum masyarakat desa dan kelurahan yang berjalan
secara rutin, setiap triwulan.
- Sudah memiliki kader pemberdayaan masyarakat/ kader kesehatan desa
dan kelurahan siaga aktif sekitar 6-8 orang
- Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari.
- Sudah memiliki posyandu dan 3 (tiga) UKBM lainnya yang aktif.

4. Desa dan kelurahan siaga aktif mandiri


- Sudah memiliki forum masyarakat desa/kelurahan yang berjalan secara
rutin setiap bulan
- Sudah memiliki kader pemberdayaan masyarakat/kader kesehatan
desa/kelurahan siaga lebih dari 9 orang.
- Sudah ada kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan kesehatan dasar setiap hari.
- Sudah memiliki posyandu dan 4 (empat) UKBM lainnya yang aktif.
- Sudah mengakomodasi dana untuk pengembangan desa dan kelurahan
siaga aktif dalam anggaran pembangunan desa atau kelurahan serta
mendapat dukungan dana dari masyarakat dan dunia usaha.
- Sudah ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua ormas
dalam kegiatan desa dan kelurahan siaga aktif.
- Sudah memiliki peraturan formal (tertulis) di tingkat desa atau kelurahan
yang melandasi dan mengatur pengembangan desa/kelurahan siaga aktif.
- Minimal 70 % rumah tangga di desa dan kelurahan mendapat pembinaan
perilaku hidup bersih dan sehat.

Kriteria Pentahapan desa/keluarga siaga aktif


Pratama Madya Purnama Mandiri
Forum Ada, tetapi Berjalan, Berjalan Berjalan
desa/kelurahan belum tetapi belum setiap setiap bulan
berjalan rutin setiap triwulan
triwulan
KPM/kader Sudah ada Sudah ada 3- Sudah ada 6- Sudah ada 9
kesehatan minimal 2 5 orang 8 orang orang atau
orang lebih
Kemudahan ya ya ya Ya
akses pelayanan
kesehatan dasar
Posyandu Posyandu Posyandu &2 Posyandu & Posyandu &4
&UKBM lainnya ya, UKBM UKBM 3 UKBM UKBM
aktif lainnya lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
tidak aktif
Dukungan dana Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada
untuk kegiatan dana dari dana dari dana dari dana dari
kesehatan di desa pemerintah pemerintah pemerintah pemerintah
dan kelurahan: desa dan desa dan desa dan desa dan
-pemerintah desa kelurahan kelurahan kelurahan kelurahan
dan kelurahan serta serta satu serta dua serta dua
-masyarakat belum ada sumber dana sumber dana sumber dana
-dunia usaha sumber lainnya lainnya lainnya
dana
lainnya
Peran serta Ada peran Ada peran Ada peran Ada peran
masyarajat dan aktif aktif aktif aktif
organisasi masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat
kemasyarakatan dan tidak dan peran dan peran dan peran
ada peran aktif satu aktif dua aktif lebih
aktif ormas ormas ormas dari dua
ormas
Peraturan kepala Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
desa atau direalisasikan direalisasikan direalisasiksn
peraturan
bupati/walikota
Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS di rumah PHBS PHBS PHBS PHBS
tangga kurang minimal 20% minimal 40% minimal 70%
dari 20% rumah tangga rumah tangga rumah
rumah yang ada yang ada tangga yang
tangga ada
yang ada

Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut, maka desa siaga


dan kelurahan siaga saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi. Evaluasi
dilakukan dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang disusun bersama oleh
kementerian dalam negeri dan kementerian kesehatan.

2.6 pembinaan

Pembinaan merupakan tugas dari KPM/ kader kesehatan, kepala desa/lurah


dan perangkat desa/kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak, terutama
pemerintah daerah dan pemerintah. Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan
berkala dan kursus-kursus penyegar bagi para kader, KPM/ kader kesehatan, juga
dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para kader tersebut.
Pembinaan kelestarian dilaksanakan terintegrasi dengan penyelenggaraan
perlombaan desa dan kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun secara berjenjang
sejak dari tingkat desa/kelurahan sampai ke tingkat nasional, pencatatan dan
pelaporan perkembangan desa yang terintegrasi dengan system informasi
pembangunan.

2.7 Pemantauan

Pemantauan terhadap pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif dilakukan


dengan melibatkan berbagai pihak, melalui:

1. Pemantuan dan pengawasan partisipatif oleh masyarakat


Keterlibatan masyarakat terjadi di semua tahapan, mulai dari perncanaan
hingga pelaksanaan. Dalam perencanaan, masyarakat memantau jalannya
perencanaan karena perencanaan tersebut bersifat pastisipatif. Sedangkan
dalam tahap pelaksanaan, masyarakat ikut terlibat melaksanakan karena
semua kegiatan dilaksanakan secara swakelola.
2. Pemantauan dan pengawasan oleh pemerintah
Pemantauan dilakukan melalui verifikasi laporan kegiatan dan keuangan,
system informasi desa siaga yang berjalan berjenjang dari desa/kelurahan ke
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat dalam koridor system
informasi pembangunan desa.
3. Pemantauan dan pengawasan oleh fasilitator
Pemantauan dan pengawasan difokuskan kepada pelaksanaan kegiatan, yaitu
memantau adanya masalah-masalah atau hambatan-hambatan yang dihadapi
untuk dicarikan jalan mengatasinya.
4. Pemantauan dan pengawasan independen oleh berbagai pihak
Wakil-wakil rakyat, ormas, perguruan tinggi, oraganisasi profesi, wartawan
dapat melakukan pemantauan dan melaporkan temua yang didapat kepada
pihak-pihak yang berwenang.
(kemenkes, 2010)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada tahap persiapan, Fasilitator pengembangan desa dan kelurahan siaga


aktif merupakan petugas promosi kesehatan dari dinas kesehatan kabupaten atau
dinas kesehatan kota dan tenaga lain dari program pemberdayaan masyarakat. Kader
kesehatan dibentuk pada tahap ini.

Pelaksanaan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif merupakan


tanggung jawab dari pimpinan dan perangkat desa dan pemerintah kelurahan. Dalam
tahap pembinaan kelestarian juga merupakan tugas dan dukungan dari berbagai
pihak, terutama pemerintah daerah dan pemerintah, sehingga peran dari fasilitator di
kelurahan sudah semakin minimal, karena perannya sudah digantikan sepenuhnya
oleh KPM/ kader kesehatan.

3.2 Saran

Diharapkan dalam pelaksanaan pembangunan desa atau kelurahan siaga aktif


ini mendapatkan dukungan dari semua pihak yang terkait, meliputi pemerintah
daerah, pemerintah, tenaga kesehatan setempat, dan masyarakat. Pelaksanaan
pengembangan desa atau kelurahan siaga aktif semakin baik serta maksimal serta
dapat mencapai kriteria-kriteria yang harus dipenuhi.

Peran fasilitator sangat besar diawal pembentukan desa atau kelurahan siaga
aktif, namun seiring berjalannya program diharapkan peran fasilitator semakin
minimal dan KPM/ kader kesehatan yang telah ditunjuk dapat melaksanakan tugas
semaksimal mungkin dalam membina desa atau kelurahan siaga aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes dan kemendagri. 2010. Kemenkes nomor: 1529/menkes/sk/x/2010


pedoman umum pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. Jakarta: Kemenkes.

Anda mungkin juga menyukai