Katarak merupakan kelainan mata yang umum terjadi yang ditandai
dengan kekeruhan pada lensa, penuaan merupakan penyebab katarak yang terbanyak. Oleh karena itu, risiko katarak akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Faktor lain yang juga meningkatkan risiko katarak adalah trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes mellitus dan hipertensi), merokok, dan sinar ultraviolet.1 Pasien katarak umumnya mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan turun secara progresif. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil berwarna putih atau abu-abu.2 Menurut Kemenkes RI tahun 2016, katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di Indonesia dan di dunia. Dari semua kebutaan pada masyarakat, lebih dari 50% disebabkan oleh katarak. Padahal katarak dapat disembuhkan melalui operasi dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan sudah dijamin oleh BPJS. Sehingga sangat penting menumbuhkan kesadaran dan kemauan dari masyarakat akan pentingnya kesehatan mata sehingga mau memeriksakan kesehatan matanya ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat. Katarak merupakan proses degeneratif yang sangat dipengaruhi oleh faktor usia, oleh karena itu kasus ini akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah lanjut usia.3 Masyarakat di Desa Selulung umumnya bekerja sebagai petani dan setiap hari berkebun di bawah terik matahari sehingga sering terpapar sinar matahari yang merupakan salah satu faktor risiko timbulnya katarak. Hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko katarak juga merupakan penyakit tersering ke 6 di Desa Selulung berdasarkan data dari Puskemas Pembantu Desa Selulung. Mengingat bahwa penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak maka akan dilakukan program deteksi dini katarak pada lansia di Desa Selulung. Tujuan dari program ini adalah untuk melakukan deteksi dini katarak pada lansia di Desa Selulung sehingga dapat segera memperoleh penanganan lanjutan di pusat kesehatan yang lebih tinggi. Program ini diharapkan dapat membuat masyarakat mengetahui status kesehatan matanya sehingga dapat melakukan upaya pencegahan bagi yang tidak menderita dan bagi yang menderita katarak mendapatkan penanganan secara tepat . Metode pelaksanaan program deteksi dini katarak ini adalah dengan melakukan deteksi dini langsung pada saat diadakan senam lansia di kantor kepala desa pada hari Senin 6 Agustus 2018, Rabu 8 Agustus 2018, dan Jumat 10 Agustus 2018 serta dengan metode dari rumah ke rumah (door to door) bersamaan dengan program PHBS dengan membagi jumlah mahasiswa dalam beberapa kelompok. Kegiatan deteksi dini katarak pada lansia ini meliputi pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan E-chart dan uji pinhole, dimana bila dengan pinhole penglihatan menjadi lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi, namun jika tidak membaik dengan pinhole, maka berarti ada kelainan organik atau ada kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun. Selain E-chart dan pinhole, diperlukan juga pen light untuk memeriksa segmen anterior mata dan melihat kekeruhan lensa. Bisa juga dilakukan pemeriksaan shadow test dengan membuat sudut 450 arah sumber cahaya (penlight) dengan dataran iris. Bayangan iris yang jatuh pada lensa, menunjukkan shadow test (+) yang menunjukkan katarak imatur, sementara shadow test (-) menunjukkan katarak matur.2,4 Lansia yang terdeteksi mengalami katarak akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di pusat kesehatan yang lebih tinggi seperti Puskesmas Kintamani III di Desa Belantih agar bisa mendapat rujukan ke pusat kesehatan yang bisa melakukan tindakan definitif seperti pembedahan. Sedangkan lansia yang tidak menderita katarak diberikan edukasi singkat mengenai katarak dan faktor risiko serta pencegahannya melalui media poster. Tolak ukur keberhasilan kegiatan deteksi dini ini adalah deteksi dini penderita katarak dilakukan pada minimal 50% lansia di Desa Selulung. Hambatan yang mungkin dijumpai adalah terbatasnya peserta senam lansia yang datang ke kantor desa akibat jarak rumah warga yang jauh dari kantor desa dan tidak ada yang mengantarkan lansia tersebut untuk mengikuti kegiatan senam di kantor desa. Selain itu, hambatan lainnya dapat berupa tidak adanya warga di rumah masing-masing saat dikunjungi mengingat bahwa hampir sebagian besar warga bertani atau berkebun setiap hari. Selain itu hambatan dari segi bahasa juga dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan. Masyarakat lebih mengerti untuk berkomunikasi dengan bahasa daerah jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Tabel. Jadwal Pelaksanaan Program Deteksi Dini Katarak pada Lansia Hari/ Jumlah Jumlah Program Lokasi Jam Tanggal Mahasiswa Jam Melakukan permohonan ijin kepada Sabtu, Bidan Puskesmas Pembantu dan Desa 1 1 1 14/7/18 berkoordinasi dengan Kepala Desa Selulung Selulung Senin Melaksanakan Program Deteksi Dini Desa 22 2 44 jam 6/8/18 Katarak I Selulung Rabu Melaksanakan Program Deteksi Dini Desa 22 2 44 jam 8/8/18 Katarak II Selulung Jumat Melaksanakan Program Deteksi Dini Desa 22 2 44 jam 10/8/18 Katarak III Selulung Melaksanakan Program Deteksi Dini Desa - 22 2 44 jam Katarak IV (saat PHBS) Selulung
Tabel . Pembagian Tugas Pelaksanaan Program Deteksi Dini Katarak
pada Lansia Nama Tugas Bella Koordinator program Gung Ayu, Devi, Devina, Nari, Dila, Lutfi, Melakukan deteksi dini katarak dan Kasturi, Bagus Redika, Komang Badriasih, edukasi singkat tentang katarak, serta Putri Wresta, Nindya, Sumarjayanti, Mao, melakukan dokumentasi Nadira, Riko, Dewi Wahyuni, Mia, Ervin, Yanti Pradnyaniti, Intan, Faiz
Tabel. Monitoring Program Deteksi Dini Katarak pada Lansia
Program Indikator Keberhasilan Program Hasil Melakukan deteksi dini Deteksi dini penderita katarak katarak pada masyarakat lanjut dilakukan pada minimal 50% usia di Desa Selulung masyarakat lanjut usia di Desa Selulung
Tabel. Rincian Dana Program Deteksi Dini Katarak pada Lansia
No. Barang Satuan Harga/satuan Jumlah 1. Penlight/ Senter 9 buah - - 2. E-chart 4 buah Rp. 75.000,00 Rp. 300.000,00 3. Poster 4 buah Rp. 25.000,00 Rp. 100.000,00 1. Riordan-Eva P dan Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2012. 2. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. 3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Katarak Sebabkan 50% Kebutaan. 2016. Tersedia dalam : http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16011100003 (diakses pada 4 Juli 2018). 4. Tanto C, Liwang F, Hanifan S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. 2014. Program Deteksi Dini Katarak pada Lansia (FORMAT PPD) 6.1 Tujuan Kegiatan Untuk melakukan deteksi dini katarak pada lansia di Desa Selulung sehingga dapat segera memperoleh penanganan lanjutan di pusat kesehatan yang lebih tinggi. 6.2 Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan ini yaitu seluruh warga usia lanjut di Desa Selulung. 6.3 Proses Pelaksanaan Kegiatan dan Cara Evaluasi 6.3.1 Persiapan Kegiatan Persiapan dimulai dengan melakukan koordinasi bersama pihak-pihak terkait seperti Puskesmas Kintamani II di Desa Belantih, Puskesmas Pembantu Selulung, Kepala Desa, dan mengenai masalah waktu serta tempat yang dibutuhkan terkait dengan kegiatan. Setelah ditentukan tanggal dan tempat pelaksaanan, dilakukan persiapan alat periksa seperti E-chart dan penlight. 6.3.2 Waktu dan Tempat Kegiatan Hari/tanggal : Senin 6 Agustus 2018, Rabu 8 Agustus 2018, Jumat 10 Agustus 2018. (dan saat PHBS) Waktu : 15.00-18.00 WITA Tempat : Desa Selulung 6.3.4 Pelaksanaan Kegiatan Program deteksi dini katarak ini dilaksanakan pada saat diadakan senam lansia di kantor kepala desa pada hari Senin 6 Agustus 2018, Rabu 8 Agustus 2018, dan Jumat 10 Agustus 2018 serta dengan metode dari rumah ke rumah (door to door) bersamaan dengan program PHBS dengan membagi jumlah mahasiswa dalam beberapa kelompok. Kegiatan deteksi dini katarak pada lansia ini meliputi pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan E-chart dan uji pinhole, dimana bila dengan pinhole penglihatan menjadi lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi, namun jika tidak membaik dengan pinhole, maka berarti ada kelainan organik atau ada kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan penglihatan menurun. Selain E-chart dan pinhole, diperlukan juga pen light untuk memeriksa segmen anterior mata dan melihat kekeruhan lensa. Bisa juga dilakukan pemeriksaan shadow test dengan membuat sudut 450 arah sumber cahaya (penlight) dengan dataran iris. Bayangan iris yang jatuh pada lensa, menunjukkan shadow test (+) yang menunjukkan katarak imatur, sementara shadow test (-) menunjukkan katarak matur. Lansia yang terdeteksi mengalami katarak akan disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di pusat kesehatan yang lebih tinggi seperti Puskesmas Kintamani III di Desa Belantih agar bisa mendapat rujukan ke pusat kesehatan yang bisa melakukan tindakan definitif seperti pembedahan. Sedangkan lansia yang tidak menderita katarak diberikan edukasi singkat mengenai katarak dan faktor risiko serta pencegahannya melalui media poster. 6.4 Tolak Ukur Keberhasilan Evaluasi kegiatan dilakukan melalui evaluasi proses pelaksanaan dan hasil pelaksanaan. Pada proses pelaksanaan beberapa indikator yang kami gunakan sebagai tolak ukur keberhasilan adalah : a. Proses Pelaksanaan: Dukungan dari pihak Desa Selulung dan Puskesmas Pembantu Selulung. b. Hasil Pelaksanaan: Deteksi dini penderita katarak dilakukan pada minimal 50% lansia di Desa Selulung. 6.5 Hasil Kegiatan Sesuai dengan tolak ukur keberhasilan kegiatan, dapat disimpulkan hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut. a. Proses Pelaksanaan Dukungan dari pihak Desa Selulung dan Puskesmas Selulung sangat baik. Tidak ada hambatan selama proses persiapan lokasi dan perlengkapan untuk kegiatan ini. b. Hasil Pelaksanaan Jumlah pasien curiga katarak di Desa Selulung adalah x orang 6.6 Hambatan dan Saran-Saran a. Hambatan Adanya beberapa pasien lansia yang belum dapat diperiksa karena tidak berada di rumah ketika didatangi oleh mahasiswa KKN. b. Saran-Saran Pemeriksaan ada baiknya dilakukan lebih sering dan berkala agar seluruh lapisan masyarakat terutama pasien lansia dapat diperiksa dan tercatat.