Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN ROTASI KERJA DENGAN STRES

KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


SEMARANG

RETNO WIDJAYANTI
PRODI S1 KEPERAWATAN TRANSFER
STIKES KARYA HUSADA SEMARANG

ABSTRAK
Latar belakang: Terjadinya stres di tempat kerja hampir tidak bisa dihindari
dalam dunia kerja, termasuk perawat. Stres di dunia kerja bisa bersumber dari
tekanan ekstra organisasi, tekanan organisasi, tekanan kelompok, tekanan
individual. Motivasi kerja dan sistem rotasi diyakini memiliki pengaruh pada
stress perawat dalam bekerja.
Tujuan: Mengetahui hubungan hubungan motivasi kerja dan sistem rotasi kerja
dengan stres kerja pada perawat di RS Bhayangkara Semarang.
Metode : penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dalam bentuk studi
korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
yang lain dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden yang diteliti 74
responden dengan metode simple random sampling. Uji statistik yang akan
digunakan adalah Chi Square, sebab semua variabel merupakan variabel
kategorik.
PENDAHULUAN :

Perawat merupakan sumber daya manusia, perawat merupakan faktor


terpenting dalam pelayanan rumah sakit, hampir setiap negara, 80% pelayanan
kesehatan diberikan oleh perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Swansburg
bahwa 40-60% sumber daya manusia di rumah sakit adalah tenaga perawat.(1)
Terjadinya stres di tempat kerja hampir tidak bisa dihindari dalam dunia
kerja, termasuk perawat. Stres di dunia kerja bisa bersumber dari tekanan ekstra
organisasi, tekanan organisasi, tekanan kelompok, tekanan individual.(2) Masalah
stres kerja perlu menjadi perhatian, karena gejala stres yang muncul akan
mengganggu pelaksanaan kerja. Stres bisa berdampak positif dan negatif, stres
tingkat rendah bisa memicu produktivitas kerja, sedangkan stres tinggi bisa
menurunkan kinerja secara drastis.(3)
Motivasi akan menjadi tenaga pendorong bagi individu untuk melakukan
pekerjaan dengan baik. Motivasi merupakan upaya yang dilakukan oleh individu
untuk mencapai tujuan organisasi, dimana upaya tersebut juga terkait dengan
pemenuhan kebutuhan individu. Individu yang termotivasi akan berada dalam
kondisi tegang, untuk mengendurkan harus dikeluarkan upaya yang akhirnya
menghasilkan kinerja.(4)
Stres kerja pada perawat juga dapat dipengaruhi oleh sistem rotasi. Sistem
kerja rotasi merupakan stressor yang dapat menyebabkan stres kerja bagi
karyawan. Implementasi sistem rotasi kerja tenaga keperawatan adalah rangkaian
kegiatan rotasi kerja tenaga keperawatan, di mana pelaksanaannya merupakan
tugas dan tanggung jawab Tim Rotasi sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.(5)
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa 7 dari 10 responden telah
mendapatkan rotasi ruangan hanya dalam jangka waktu 2 sampai 3 tahun. 5 orang
mengatakan rotasi menjadi beban tersendiri. Mereka harus kembali beradaptasi
dengan ruangan dan system kerja yang berbeda dari ruangan sebelumnya. Mereka
juga mengatakan tidak mudah untuk menemukan kenyamanan dalam tempat baru
dan menyesuaikan dengan teman kerja baru, meski sudah kenal sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan motivasi kerja dan rotasi kerja dengan stres
kerja pada perawat”.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dalam bentuk


studi korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan belah lintang (Cross Sectional). Jumlah responden yang diteliti 74
responden dengan metode simple random sampling. Uji statistik yang akan
digunakan adalah Chi Square, sebab semua variabel merupakan variabel
kategorik.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai


berikut :
a. Tahap orientasi
1) Peneliti meminta izin penelitian dari Ketua Stikes Karya Husada
Semarang
2) Peneliti mendatangi Rumah Sakit Bhayangkara Semarang sesuai
dengan kontrak yang disepakati untuk mengajukan ijin penelitian,
sekaligus mendata responden penelitian.
3) Peneliti melakukan penelitian dibantu oleh enumerator yang
sebelumnya dilakukan persamaan persepsi berkaitan dengan
proses penelitian, yaitu diajarkan teknis penelitian dan bagaimana
cara penyebaran dan tata cara pengisian kuesioner agar antara
peneliti dengan enumerator memiliki persepsi yang sama
b. Tahap pelaksanaan
1) Peneliti dan enumerator mendatangi responden untuk
menyampaikan maksud dan tujuan penelitian
2) Peneliti dan enumerator meminta responden untuk mengisi
lembar persetujuan menjadi responden bila yang bersangkutan
setuju menjadi responden.
3) Peneliti dan enumerator memberikan penjelasan pada sampel
penelitian tentang tujuan penelitian dan sifat keikutsertaan sampel
penelitian dalam kegiatan penelitian.
4) Peneliti dan enumerator membagikan kuesioner kepada responden
penelitian dan menginformasikan tentang cara pengisian
kuesioner.
5) Peneliti dan enumerator meminta pada responden penelitian untuk
mengumpulkan kuesioner yang telah diisi lengkap, untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data.
c. Tahap evaluasi
1) Peneliti melakukan evaluasi dengan cara menganalisis hasil
penelitian yang telah terkumpul dengan menggunakan bantuan
program komputer.
DAFTAR PUSTAKA

1. Swansburg, Russel C, Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan


untuk Perawat Klinis, Jakarta: EGC. 2010.

2. Muchlas, M. Perilaku organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


2010.

3. Indriyani, A. Pengaruh konflik peran ganda dan stress kerja terhadap


kinerja perawat wanita rumah sakit (studi pada rumah sakit roemani
muhammadiyah semarang. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Magister
Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. 2009.

4. Davison, Gerald C., dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada, 2006.

5. A.S. Munandar. Psikologi Industri dan Organisasi. Depok. Penerbit.


Universitas. Indonesia (UIPress). 2011

Anda mungkin juga menyukai