Anda di halaman 1dari 7

KELALAIAN MALPRAKTIK KEPERAWATAN

OLEH : ELDA DAMAYANTI

PRODI : D IV Keperawatan

TAHUN AJARAN 2016-201


A. DEFINISI MALPRAKTEK

Ada dua istilah yang sering dibiearakan secara bersamaan dalam


kaitannya dengan malpraktik yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian
adalah melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna,
melindungi orang lain yang bertentangan dengan tindakan-tindakan yaag tidak
beralasan dan berisiko melakukan kesalahan (Keeton, 1984 dalam Leahy dan Kizilay,
1998).

Pendidikan (Vestal, K.W, 1995). Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan malpraktik adalah :
a. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan;
b. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya.
(negligence); dan
c. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-
undangan.

MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN

Vestal, K.W. (l995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti


malpraktik, apabila pengguagat dapat menunujukkan hal-hal dibawah ini :
a. Duty – Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu, kewajiban
mempergunakan segala ilmu fan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-
tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.

b. Breach of the duty – Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya, artinya


menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan menurut standar profesinya. Contoh
pelanggaran yang terjadi terhadap pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi
standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage) yang dapat
dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat
pelanggaran. Kelalalian nyeri, adanya penderitaan atau stres emosi dapat
dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait dengan cedera fisik.

d. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terk


dengan cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara langsung
berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban perawat terhadap pasien).

CONTOH MALPRAKTEK ATAU KASUS KEPERAWATAN DAN


KAJIAN ETIKA HUKUM

Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang


perawatan. Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan
mempertahankan keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur.
Sebagai akibat disorientasi, pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu
malam hari dan pasien mengalami patah tulang tungkai

Dari kasus diatas , perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah
dituangkan dalam kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat
Nasional Indonesia dalam Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pada tanggal 29
Nopember 1989 khususnya pada Bab I, pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab
perawat terhadap klien (individu, keluarga dan masyarakat).dimana perawat tersebut
tidak melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien dengan tidak membuat
rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan kemanan pasien dengan
tidak memasang penghalang tempat tidur.

Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pasal V,yang bunyinya
Mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta
matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-
tugaskan tanggung jawab yang ada hubungan dengan keperawatan dimana ia tidak
mengutamakan keselamatan kliennya sehingga mengakibatkan kliennya terjatuh dari
tempat tidur dan mengalami patah tungkai.

Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam
hal Memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas kewenangan.

Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan


kerugian seperti patah tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek
yang termasuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat
hokum antara lain :

UUD yang mengatur

1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan
mati atau luka-luka berat.Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati
:Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.

2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:Ayat (1) Barangsiapa
karena kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu
tahun.Ayat (2) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehinga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan,
jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam de¬ngan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau denda paling tinggi tiga ratus rupiah.

3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan
(misalnya: dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan
peraturan-peraturan pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka
mendapat hukuman yang lebih berat pula.Pasal 361 KUHP menyatakan:Jika
kejahatan yang diterangkan dalam bab ini di-lakukan dalam menjalankan suatu
jabatan atau pen¬caharian, maka pidana ditambah dengan pertiga, dan yang bersalah
dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan
kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya di-
umumkan.Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah
bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain
atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

B . KELALAIAN

Kelalaian ialah melakukan sesuatu dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan atau
hukum guna melindungi orang lain yang bertentangan dengan tindakan – tindakan
yang tidak beralasan dan berisiko melakukan kesalahan.(Keeton, 1984),

Hanafiah dan Amir ( 1999 ) Kelalaian adalah sikap yang kurang hati – hati
yaitu tidak melakukan sesuatu yang seharusnya seseorang lakukan dengan sikap hati
– hati dan wajar, atau sebaliknya melakukan sesuatu dengan sikap hati – hati tetapi
tidak melakukannya dalam situasi tertentu.
Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk
bersikap hati – hati yang pada umumnya wajar dilakukan oleh seseorang dengan hati
– hati, dalam keadaan tersebut itu merupakan suatu tindakan seseorang yang hati –
hati dan wajar tidak akan melakukan didalam keadaan yang sama atau kegagalan
untuk melakukan apa orang lain dengan hati – hati yang wajar justru akan melakukan
di dalam keadaan yang sama.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat
ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati – hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak
peduli terhadap kepentingan orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya.
Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak
sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat
menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi,
mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini diklasifikasikan sebagai
kelalaian berat, serius dan criminal menurut (Hanafiah dan Amir, 1999).
Elemen-elemen pertanggung jawab hukum (liability)
Terdiri dari 4 elemen yang harus ditetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktek
atau kelalaian telah terjadi (Vestal.1995) :
1. Kewajiban (duty) : pada sat terjadinya cedera terkait dengan kewajibannya yaitu
kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan
atau setidak – tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan
standar profesi.
Contoh : Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk :
a. Pengkajian yang aktual bagi pasien yang ditugaskan untuk memberikan asuhan
keperawatan
b. Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan professional untuk mengubah
kondisi klien
c. Kompeten melaksanakan cara – cara yang aman untuk klien.

2. Breach of the duty (Tidak melasanakan kewajiban): pelanggaran terjadi sehubungan


dengan kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan
menurut standar profesinya.
Contoh :
a. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari pasien. Seperti tingkat
kesadaran pada saat masuk
b. Kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang ditetapkan sebagai kebijakan
rumah sakit.
c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara – cara pengamanan yang tepat (
pengaman tempat tidur, restrain, dll )

3. Proximate caused (sebab-akibat): pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan


atau terkait dengan cedera yang dialami klien.
Contoh : Cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap
kewajiban perawat terhadap pasien atau gagal menggunakan cara pengaman yang
tepat yang menyebabkan klien jatuh dan mengakibatkan fraktur.
4. Injury (Cedera) : sesorang mengalami cedera atau kerusakan yang dapat dituntut
Contoh : fraktur panggul, nyeri, waktu rawat inap lama dan memerlukan rehabilitasi.

Anda mungkin juga menyukai