Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena
jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh manusia sehingga
tubuh mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk
metabolism tubuh.
Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam mengidentifikasi
adanya dan lokasi dari infark miokard akut. Kegiatan listrik jantung dalam
tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang
pada permukaan tubuh sehingga membantu dalam mendiagnosis penyakit yang
terkait dengan jantung. ST elevasi pada infark miokard akut dapat memprediksi
ukuran infark, responnya terhadap terapi reperfusi, dan memperkirakan
prognosis dari pasien.
dikenal istilah Decompensasi cordis merupakan keadaan patofisiologis
dimana jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolism
jaringan, merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa
darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
untuk itu kita harus dapat mediagnosis masalah yang berkaitan dengan
jantung sedini mungkin untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan dan
meminimalisir efek yang merugikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Elektrokardiogram (EKG)?
2. Bagaimana fisiologi dan patologi Elektrokardiogram (EKG)?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu Elektrokardiogram (EKG)?
2. Mengetahui bagaimana fisiologi dan patologi Elektrokardiogram (EKG)?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Elektrokardiogram
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung.
Sedangkan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang
menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh
dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada
permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan
gambar EKG.
Elektrokardiogram hanyalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang
merupakan alat bantu dalam menegakkan diagnosis penyakit jantung.
Gambaran klinis penderita tetap merupakan pegangan yang penting dalam
menentukan diagnosis, karena pasien dengan penyakit jantung mungkin
mempunyai gambaran EKG yang normal atau sebaliknya, individu normal
mungkin mempuinyai gambaran EKG yang abnormal (Nurhayati, 2001).
Elektrokardiogragm mempunyai nilai diagnostik pada keadaan klinis
berikut: 1) Aritmia jantung, 2) Hipertrofi atrium dan ventrikel, 3) Iskemia dan
infark miokard, 4) Efek obat-obatan-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia,
5) Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium, 6) Penilaian Fungsi
pacu jantung.

2. Elektrofisiologi Sel Otot Jantung


Sel otot jantung dalam keadaan istirahat pada permukaan luarnya
bermuatan positif dan bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan potensial
muatan melalui membrane sel ini kira-kira – 90 miliVolt. Terdapat 3 ion yang
mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu kalium, natrium dan
kalsium.rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion
natrium dengan cepat dari luar ke dalam, sehingga menyebabkan muatan dalam
sel menjadi lebih positif dibandingkan muatan luar sel. Proses terjadinya
perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan Depolarisasi. Setelah

2
depolarisasi, terjadi pengambalian muatan ke keadaan semula proses ini
dinamakan Replarisasi. Seluruh proses tersebut dinamakan Aksi Potensial.
Aksi potensial dibagi dalam lima fase sesuai dengan elektrofisiologi yang
terjadi yaitu fase 0, fase 1, fase 2, fase 3, dan fase 4. Fase 0 dinamakan fase
depolarisasi yang menggambarkan masuknya natrium dari luar sel ke dalam
dengan cepat. Akibatnya muatan dalam sel menjadi positif sedangkan luar sel
menjadi negatif. Fase 1 merupakan fase permulaan proses repolarisasi yang
mengembalikan potensial dalam sel ke 0 miliVolt, hal ini terutama akibat
penutupan saluran atrium. Fase 2 terjadi perpindahan ion kalsium ke dalam sel
otot jantung dengan laju yang relatif lebih lambat dan menyebabkan keadaan
stabil yang agak lama sesuai dengan masa refrakter absolut dari miokardium.
Fase 3 merupakan fase pengembalian potensial intrasel ke potensial istirahat,
akibat pengeluaran Kalium dari dalam ke luar sel, sehingga mengurangi
muatan positif di dalam sel. Fase 4 dinamakan juga fase istirahat, dimana
bagian dalam sel otot bermuatan negatif dan bagian luar bermuatan positif.
Dengan demikian sel tersebut mengalami polarisasi.

3. Sandapan EKG
Rekaman EKG diperoleh dengan memasang elektroda-elektroda di kulit
pada tempat-temoat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting
diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan
yang berbeda. Terdapat dua jenis sandapan (lead) pada EKG yaitu sandapan
bipolar dan unipolar. Sandapan bipolar hanya dapat merekam perbedaan
potensial dari dua elektroda yang terbagi menjadi tiga, sedangkan sandapan
unipolar terbagi menjadi dua. Sandapan bipolar terdiri dari lead I, lead II, dan
lead III. Lead I merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri
bermuatan positif (+). Lead II merekam beda potensial antara tangan kanan
(RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan
kaki kiri bermuatan positif (+). Lead III merekam beda potensial antara tangan
kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kiri bermuatan negatif (-) dan

3
kaki kiri bermuatan positif (+). Ketiga sandapan ini dapat digambarkan sebagai
sebuah segitiga sama sisi yang lazim disebut segi tiga Einthoven.

Gambar 1.1 Segitiga Einthoven

Sandapan unipolar terbagi menjadi dua sandapan yaitu sandapan


unipolar ekstermitas dan unipolar precordial. Sandapan unipolar ekstremitas
merekam beda potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda ekplorasi
diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan elektroda-elektroda
pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0).
Sandapan unipolar ekstremitas terdiri dari sandapan avR, sandapan avL,
dan sandapan avF. Sandapan avR merekam potensial listrik pada tangan kanan
(RA), dimana tangan kanan bermuatan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri
membentuk elektroda indiferen. Sandapan avL merekam potensial listrik pada
tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan
dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen. Sandapan avF merekam
potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif (+),
tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indifern.
Sandapan unipolar ke dua yaitu sandapan unipolar precordial,
sandapan ini merekam potensial listrik jantung dengan bantuan elektroda
eksplorasi yang ditempatkan di beberapa tempat dinding dada. Elektroda
indiferen diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstremitas.
Letak sandapan meliputi V1, V2, V3, V4, V5, dan V6. V1 terletak di ruang
interkosta IV garis sternal kanan, V2 terletak di ruang interkosta IV garis

4
sternal kiri, V3 terletak di pertengahan V2 dan V4, V4 terletak di ruang
interkosta V garis midklavikula kiri, V5 sejajar V4 garis aksila depan, dan V6
sejajar garis aksila tengah.

Gambar 1.2 letak sandapan

Umumnya perekaman EKG lengkap dibuat 12 lead (sandapan), akan


tetapi pada keadaan tertentu perekaman dibuat sampai V7, V8, dan V9 atau
V3R dan V4R.

4. Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan
ventrikel. Proses listrik ini terdiri dari depolarisasi atrium, repolarisasi
atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel. Sesuai dengan proses
listrik jantung, setiap hantaran pada EKG normal memperlihatkan 3 proses
listrik yaitu depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi
ventrikel. Repolarisasi atrium umumnya tidak terlihat pada EKG, karena
disamping intesitasnya kecil juga repolarisasi atrium waktunya bersamaan
dengan depolarisasi ventrikel yang mempunyai intesitas yang jauh lebih
besar. Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P, Q, R, S, dan T serta
kadang terlihat delombang U. Selain itu juga ada beberapa interval dan segmen
EKG.

5
Gambar 1.3 bentuk gelombang EKG

Gelombang P merupakan gambaran proses depolarisasi atrium.


Gelombang P yang normal yaitu lebar kurang dari 0,12 detik, tinggi kurang
dari 0,3 miliVolt, selalu positif di lead II dan selalu negatif di lead avR.
Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel.
Gelombang QRS yang normal yaitu lebar 0,06-0,12 detik dan tinggi
tergantung lead. Gelombang QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R,
dan gelombang S. Gelombang Q adalah defleksi negative pertama pada
gelombang QRS. Gelombang Q yang normal yaitu lebar kurang dari 0,04
detik, tinggi/ dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R. Gelombang Q
abnormal disebut gelombang Q patologis. Gelombang R adalah defleksi
positif pertama pada gelombang QRS. Gelombang R umumnya positif di lead
I, II, V5, dan V6. Di lead avR, V1, dan V2 biasanya hanya kecil atau
tidak ada sama sekali. Gelombang S adalah defleksi negative sesudah
gelombang R. di lead avR dan V1 gelombang S terlihat dalam, dari V2 ke V6
akan terlihat makin lama makin menghilang atau berkurang dalamnya.
Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel.
Umumnya gelombang T positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di avR.
Gelombang U adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan
sebelum gelombang P berikutnya. Penyebab timbulnya gelombang U
masih belum diketahui namun diduga akibat repolarisasi lambat sistem
konduksi interventrikel.

6
Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik. Ini merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui
berkas His sampai permulaan depolarisasi ventrikel.
Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.
segemn ini umumnya isoelektris, tetapi pada lead precordial dapat bervariasi
dari - 0,5 sampai + 2 mm. segmen ST yang naik disebut ST elevasi dan yang
turun disebut ST depresi.
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka
iramanya disebut irama sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus (SR) adalah
iramanya teratur, frekuensi jantung antara 60-100 kali per menit, gelombang P
normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang GRS dan T, interval PR
normal (0,12-0,20 detik), gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik), semua
gelombang sama.

5. EKG Patologis
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria seperti pada irama sinus
disebut disritmia. Disritmia terdiri dari disritmia yang disebebakan oleh
gangguan pembentukan impuls dan disritmia yang disebabkan oleh gangguan
penghantaran impuls. Disritmia yang disebabkan oleh gangguan pembentukan
impuls terdiri dari:
a. Nodus SA
1) Takikardi Sinus (ST)
Dasar diagnosis:
 Irama sinus (vector P dari sinus)
 Frekuensi lebih dari 100/ menit
Takikardia sinus meski disebut aritmia, merupakan respon normal
terhadap peningkatan kebutuhan jantung, misalnya latihan, emosi,
dan sebagainya.

7
2) Bradikardi Sinus (SB)
Dasar diagnosis:
 Irama sinus (vector P dari sinus)
 Frekuensi kurang dari 60/ menit
Bradikardia sinus bisa terdapat pada orang normal dalam keadaan
tidur atau pada olahragawan.

3) Aritmia sinus
Dasar diagnosis
 Irama sinus (vector P dari sinus)
 Interval PP bervariasi lebih dari 0,16 detik
 Irama : Tidak teratur
 Frekwensi : 60 - 100 x/ menit
 Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti
gelombang QRS
 Interval PR : Normal
 Gelombang QRS : Normal
Aritmia sinus dapat dibagi menjadi
 Nonrespiratorik, yaitu tidak tergantung pada
pernafasan
 Respiratorik, yaitu tergantung pada pernafasan.

8
4) Henti sinus
Terdapat episode hilangnya satu atau lebih gelombang P, QRS dan
T
 Irama : Teratur, kecuali pada yang hilang
 Frekwensi : < 60 x/ menit
 Gelombang P : Normal, setiap gelombang P selalu diikuti
gelombang QRS
 Interval PR : Normal
 Gelombang QRS : Normal

b. Atrium
1) Ekstrasistolal atrial (AES/PAB/PAC)
Disebut pula Premature Beat/ Premature Contraction
Ekstrasistole terjadi karena suatu fokus ektopik melepas impuls
lebih cepat, wehingga mengaktifkan miokard
2) Takikardi atrial (PAT)
Sering takikardi atrial timbul secara paroksismal, sehingga disebut
takikardi atrial paroksismal. Penyebabnya adalah pelepasan impuls
yang cepat oleh fokus ektopik di atria

9
Ciri- ciri EKG / dasar diagnosis :
a. Frekuensi biasanya 160 – 250 / menit
b. Kadang – kadang frekuensinya bisa 140 / menit
c. Terdapat sederetan denyut atrial ( atrial beat ) yang timbul
cepat , berturut – turut dan teratur
d. Gelombang P sering tidak terlihat karena tertumpuk pada T
e. Biasanay interval P – P dan R – R teratur.
3) Flutter atrial
Adalah denyutan atria yang cepat dan teratur dengan frekuensi 250
– 350 / menit. Penyebabnya adalah pelepasan impuls dari fokus
ektopik di atria yang cepat dan teratur
Ciri – ciri EKG :
a. Gelombang P yang teratur , frekuensinya 250 – 350 / mnt,
berbentuk seperti gergaji
b. Konduksi AV sering disertai Blok
c. Konduksi intraventrikuler : bisa normal / aberant, biasnya
QRS sempit
4) Fibrilasi atrial
Adalah denyutan atria yang tidak teratur dan cepat, dengan
frekuensi 350 – 600 / mnt
Ciri khas fibrilasi atrial :
 Irama : Tidak teratur
 Frekwensi : Bervariasi
 Gelombang P : Tidak dapat Teratur dengan frekuensi 350
– 600 / mnt
 Interval PR : Tidak dapat dihitung
 Gelombang QRS : Normal

c. Nodus AV
1) Irama junctional (JR)
2) Ekstrasistolal junctional (JES/PJB/PJC)
3) Takikardi junctional

10
d. Supraventrikel
1) Ekstrasistol supraventrikel (SVES)
2) Takikardi supraventrikel (SVT)

e. Ventrikel
1) Irama idioventrikel (IVR)
2) Ekstrasistol ventrikel (VES/PVB/PVC)
Asal : Fokus ektopik di ventrikel. Karena otot ventrikel adalah
konduktor yang kurang efektif, maka impuls yang terjadi di
ventrikel akan dihantarkan secara abnormal
Dasar diagnosis / Ciri – ciri EKG :
 QRS yang premature, melebar dan bizarre (bizarre = tak
teratur dan ganjil).
 Tidak ada gelombang P di depan QRS yang abnormal
 Perubahan pada segment ST dan gelombang T yaitu segmen
ST tertekan dan terbalik
Dengan demikian terdapat pause kompensasi lengkap, yaitu
interval rangkaian + interval pasca ekstrasistos = 2 x interval RR
yang normal.
Seperti halnya pada gangguan konduksi intraventrikuler yang lain.
Maka gelombang T dari QRS ekstrasistol mengalami kelaianan
sekunder, yaitu vector T berlainan arah dengan vector QRS
3) Takikardi ventrikel (VT)
Sebab : pelepasan impuls yang cepat oleh fokus ektopik di
ventrikel
Dasar diagnosis: 3 atau lebih ekstrasistol ventrikuler yang
berturutan
Bila takikardia ventrikuler timbul secara paroksismal, maka disebut
takikardia ventrikuler paroksismal
Gambaran EKG takikardia ventriuler menunjukkan
 Frekuensi biasanya 160-200/ menit

11
 Kadang-kadang frekuensi bisa lebih rendah, hingga
sekitar 100/ menit
 Bila P dapat dikenali, maka P dan QRS tidak
berhubungan yaitu terdapat disosiasi atrio-ventrikuler.
 QRS melebar dan bizarre, bentuk dan irama sedikit
tidak teratur. Sering sukar dibedakan antara takikardia
ventrikuler dengan takikadia supraventrikuler dengan
konduksi ventrikuler aberan.
4) Fibrilasi ventrikel (VF)
Dasar diagnosis: gelombang QRS dan T menyatu menjadi undulasi
yang tidak teratur dan cepat
Berdasarkan besarnya undulasi, maka dapat dibedakan fibrilasi
ventrikuler kasar dan fibrilasi ventrikuler halus
Secara klinis fibrilasi ventrikuler berarti henti jantung, karena
ventrikel hanya bergetar, tidak memompa darah keluar dari
ventrikel.

Suatu gangguan penghantaran impuls disebut blok. Yang terutama


diperhatikan ialah blok arah-arus, yaitu blok yang terjadi pada perjalanan
impuls dari simpul sinus hingga serabut Purkinje, yang sering menyebabkan
masalah klinis ialah blok di daerah sino-atrial dan terutama blok di daerah
atrioventrikuler, sedangkan blok intraventrikuler tidak menyebabkan gangguan
irama jantung secara langsung. Pada umumnya suatu blok mempunyai
beberapa derajat:
 Blok derajat satu, yaitu impuls masih bisa diteruskan, tetapi dengan
lambat.
 Blok derajat dua, yaitu sebagian impuls dapat diteruskan dan sebagian
lagi terhenti
 Blok derajat tiga, yaitu impuls tak bisa lewat sama sekali. Juga disebut
blok total

12
Disritmia yang disebabkan oleh gangguan penghantaran impuls:
a. Nodus SA
Blok sinoatrial (SA Block) terjadi bila jaringan penghubung antara
simpul sinus dan atrial gagal menghantakan impuls dari simpul sinus
ke atria.
 Blok SA derajat satu tidak dapat dilihat pada EKG karena sama
dengan irama sinus biasa.
 Blok SA derajat tiga pada EKG sama dengan henti sinus
 Blok SA derajat dua:
i. Blok SA tipe konstan
Dasar diagnosis :
 Irama sinus yang teratur, suatu saat ada gelombang P
yang hilang.
 Interval PP yang kehilangan P = 2 x atau kelipatan dari
interval PP yang normal
 Sering interval RR yang panjang menyebabkan
timbulnya kompleks atau irama lolos, yang bisa dari
penghubung AV atau dari ventrikel.

Gambar Blok SA sederajat dua tipe konstan : Interval P-P


yang tetap, disusul satu gelombang P yang hilang.

ii. Blok SA tipe Wenckebach


Disini waktu konduksi dari sinus ke artria makin
memanjang dan kemudian suatu impuls tak dapat
diteruskan. Waktu konduksi sino-atrial makin memanjang
tetapi pertambahan panjang ini makin lama makin kecil,
yang merupakan ciri khas dari fenomena Wenckebach.
Pertambahan panjang waktu konduksi yang makin mengecil
ini menyebabkan interval PP makin pendek.

13
Dasar diagnosanya :
Irama sinus dengan irama PP yang makin mengecil disusl
gelombang P yang hilang.

Gambar Blok SA sederajat dua tipe Wenckebach. Interval


P-P makin mengecil, disusul satu gelombang P yang hilang
(x). Jarak b < a, c = a + b

b. Nodus AV
Blok AV adalah blok yang paling penting, karena menyebabkan
gangguan pada koordinasi antara atria dan ventrikel sehingga sangat
mengganggu fungsi jantung. Blok AV ialah blok yang paling penting
sering terjadi
1) Blok AV derajat I
Dasar diagnosis :
Interval PR memanjang lebih dari 0,20 detik.
Sering interval PR sangat memanjang hingga gelombang P
bertumpuk pada gelombang T di depannya.

Gambar Blok AV derajat satu : Interval P=R memanjang

2) Blok AV derajat II
Blok AV derajat dua dapat dibagi menjadi :
a) Blok AV tipe Wenckebach
Dasar diagnosis :
 Interval PR memanjang, suatu saat ada gelombang QRS
yang hilang

14
 Seperti pada fenomena Wenckebach pada umumnya,
interval PR makin memanjang, tetapi pertambahan panjang
interval PR makin mengecil, sehingga interval RR makin
memendek, yang disusul dengan hilangnya QRS.

Gambar Blok AV derajat dua tipe Wenckebach Interval PR


makin memanjang ( a<b<c) disusul satu gelombang QRS
yang hilang (x). rasio konduksi 4:3
b) Tipe mobitz II
Dasar diagnosis :
Interval PR tetap, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang.

Gambar Blok derajat dan tipe Mobitz II. Interval PR tetap,


disusul satu gelombang QRS yang hilang (x). rasio konduksi 3
:2
c) Blok AV derajat tinggi
Dasar diagnosis :
Blok AV dengan rasio konduksi 2 : 1 atau lebih.
Misalnya blok AV 2 : 1, 3 : 1, 4 : 1, dsb

Gambar Blok AV derajat tinggi, rasio konduksi 4 : 1

3) Blok AV derajat III (total AV blok)


Pada blok AV total, tidak ada gelombang P yang diteruskan,
sehingga harus ada irama lolos, supaya tidak terjadi henti
ventrikuler.
Pada umumnya ada 2 macam irama lolos, yaitu

15
1. Irama lolos penghubung (kadang disebut irama idionodal)
2. Irama lolos ventrikuler (kadang disebut irama
idioventrikuler)
 Pada blok AV total, atria dan ventrikel berdenyut sendiri-
sendiri, yang disebut disosiasi AV komplit
 Gambaran EKG secara khas menunjukkan letak gelombang-
gelombang P yang tak ada hubungannya dengan letak
gelombang-gelombang QRS.

Gambaran Blok AV total, dengan irama lolos penghubung.

Gambaran Blok AV total, dengan irama lolos ventrikuler .

c. Interventrikuler
1) Right bundle branch block (RBBB) Kriteria infark miokard yang
biasa
2) Left bundle branch block (LBBB) kekuatan gelombang R pada
prekordial leads (kemajuan gelombang R yang terbalik) atau
gelombang Q pada V5 dan V6.

6. Tanda Hipertrofi
a. Hipertrofi atrium kanan (RAH)
Ditandai dengan adanya gelombang P yang lancip dan tinggi paling
jelas terlihat di lead I dan lead II, biasanya disebut P-Pulmonal

16
b. Hipertrofi atrium kiri (LAH)
Ditandai dengan adanya gelombang P yang lebar dan berlekuk, paling jelas
terlihat di lead I dan II, biasa disebut gelombang P-Mitral.
c. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH)
Ditandai dengan gelombang R lebih besar dari gelombang S pada lead
precordial kanan, VAT > 0,03 detik di V1, gelombang S menetap di V5/
V6, depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di V1-V3, dan RAD.
d. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH)
Ditandai dengan gelombang R pada V5/V6 lebih dari 27 mm atau
gelombang S di V1 + gelombang R di V5/V6 lebih dari 35 mm, VAT >
0,05 detik di V5/V6, depresi segmen ST dan gelombang T terbalik di
V5/V6, dan LAD
7. Tanda iskemia/ infark miokard
Iskemia miokard ditandai dengan adanya depresi segmen ST atau
gelombang T terbalik. Sedangkan infark miokard, gambaran yang paling
diagnostik adalah gelombang Q patologis. Pada fase akut umumnya gelombang
Q patologis disertai adanya elevasi segmen ST, sedangkan pada fase sub akut
atau recent gelombang Q patologis disertai gelombang T terbalik. Pada fase
old gambaran EKG berupa gelombang Q patologis, segmen ST dan gelombang
T normal kembali. Adapun untuk menentukan lokasi iskemia atau infark
digunakan ketentuan sebagai berikut:
a. Anterior kelainannya di V2-V4
b. Anteroseptal kelainannya di V1-V3
c. Anterolateral kelainnanya di I, AVL, V5-V6
d. Ekstensif anterior kelainannya di I, AVL, V1-V6
e. Inferior kelainannya di II, III, dan AVF
f. Posterior kelainannya di V1-V2 (resipokal)
g. Ventrikel kanan kelainannya di V1, V3R, dan V4R

17
8. Gambar EKG Patologis
a. Pembesaran atrium kiri (LAE) dan hipertrofi ventrikel kanan (RVH)

Gambar 2.1. Pembesaran atrium kiri (LAE) dan hipertrofi ventrikel


kanan (RVH) khas pada pasien dengan stenosis mitral. Pembacaan lengkap
menunjukan sinus takikardi, kelainan pada aksis kanan, pembesaran atrium
kiri, dan hipertrofi ventrikel kanan

b. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH)

Gambar 2.2. Hipertrofi ventrikel kanan (RVH) pola regangan ditandai


dengan (1) R tinggi pada V1dan (2) insersi gelombang T dan depresi ST
pada lead V1Lead V1-V3. Pembacaan lengkap menunjukan irama sinus
normal, kelainan aksis kanan, RVH dengan pola regangan.

18
c. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH)

Gambar 2.3. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH) pola regangan ditandai dengan
(1) jumlah gelombang S pada V1 dan gelombang R pada V5 atau V6> 35
mm dan (2) inversi gelombang T dan depresi ST pada lead V5-V6.
Pembacaan lengkap menunjukan irama situs normal, LVH dengan pola
regangan, IMA pada dinding anteroseptal yang tua.

d. iskemik miokard

Gambar 2.4. Ciri iskemik miokard adalah depresi ST dengan atau


tanpa inversi gelombang T. Pembacaan lengkap menunjukan irama sinus
normal, iskemik dinding antero-lateral berat.

19
e. infark miokard

Gambar 2.5. Infark miokard (IMA) dinding anteroseptal buruk.

20
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan
rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan
direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
Kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan kelainan gambar EKG.
Terdapat dua jenis sandapan (lead) pada EKG yaitu sandapan bipolar dan
unipolar. Sandapan bipolar hanya dapat merekam perbedaan potensial dari dua
elektroda yang terbagi menjadi tiga, sedangkan sandapan unipolar terbagi
menjadi dua.
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka
iramanya disebut irama sinus (sinus rhythm). Kriteria irama sinus (SR) adalah
iramanya teratur, frekuensi jantung antara 60-100 kali per menit, gelombang P
normal, setiap gelombang P selalu diikuti gelombang GRS dan T, interval PR
normal (0,12-0,20 detik), gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik), semua
gelombang sama.
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria seperti pada irama sinus
disebut disritmia. Disritmia terdiri dari disritmia yang disebebakan oleh
gangguan pembentukan impuls dan disritmia yang disebabkan oleh gangguan
penghantaran impuls

21
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, Dr. 2014. Elektrokardiogram. Jakarta: AMINCIA

Rizal, A. 2008. Pengenalan Signal EKG Menggunakan Dekomposisi Paket


Wavelet dan K-Means Clustering. Yogyakarta: SNATI

Utari. 2014. Pengenalan Pola Sinyal Kardiografi dengan menggunakan Alih


Ragam Gelombang Singkat. Malang: Simposium RAPI XIII Universitas
Muhammadiyah

22

Anda mungkin juga menyukai