Klasifikasi celah bibir dan langit-langit menurut Kernahan dan Stark yaitu18
a. Grup I : Celah langit-langit primer, meliputi celah bibir dan kombinasi celah
bibir dengan celah pada tulang alveolar. Celah biasanya terdapat pada
foramen insisivum (gambar 1a). :
b. Grup II : Celah langit-langit sekunder atau celah yang terdapat di belakang
foramen insisivum, meliputi celah langit-langit lunak dan keras dengan
variasinya (gambar 1b dan c)
c. Grup III: Kombinasi celah langit-langit primer dan sekunder (gambar 1 d).
b. Embryonic Stage
Kejadian yang paling berkarakteristik yang terjadi di minggu ketiga adalah
gastrulasi, yang mana dimulai dengan kemunculan dari primitive streak, yang mana di
bagian ujung dari cephalic mempunyai primitive node. Di bagian dari streak dan
node, sel-sel epiblast mengarah ke dalam (invaginasi) untuk membentuk lapisan-
lapisan sel baru, endoderm dan mesoderm. Sel-sel yang tidak bermigrasi melalui
streak tetapi tetap tinggal di epiblast akan membentuk ektoderm. Jadi, epiblast lah
yang membentuk 3 lapisan germinal di dalam embrio, ektoderm, mesoderm, dan
endoderm, dan ketiga lapisan inilah yang nantinya akan membentuk jaringan dan
organ-organ (Gambar 1.7).
Gambar 1.7 3 Lapisan Germinal2
Sel-sel prenotochordal terlipat ke dalam primitive pit lalu berpindah ke depan
sampai akhirnya mencapai prechordal plate. Kemudian mereka masuk ke endoderm
sebagai notochordal plate. Dengan perkembangan yang lebih lanjut, piringan tersebut
kemudia lepas dari endoderm,dan sebuah cord yang padat, notochord terbentuk.
Notochord membentuk garis tengah, yang mana akan digunakan sebagai dasar dari
skeleton axial. Akhir cephalic dan caudal dari embrio sudah dibuat sebelum primitive
streak dibentuk.
Sel-sel epiblast yang bergerak menuju node dan streak akan ditetapkan
tergantung dengan posisinya untuk menjadi tipe-tipe mesoderm dan endoderm
tertentu.
Di akhir dari minggu ke-tiga, tiga dasar lapisan germinal, yang mana terdiri
dari ektoderm, mesoderm, dan endoderm, ditempatkan di daerah kepala, dan
prosesnya akan berlanjut untuk memproduksi lapisan-lapisan germinal untuk bagian
caudal dari embrio sampai akhir dari minggu ke-empat. Diferensiasi jaringan dan
organ dimulai, dan ini terjadi di arah cephalocaudal sebagaimana gastrulasi berlanjut.
Periode embrionik, yang mana berlangsung dari minggu ke-tiga sampai
minggu ke-delapan dari perkembangan, adalah periode dimana masing-masing dari
tiga lapisan germinal, ektoderm, mesoderm, dan endoderm,akan membentuk jaringan
dan sistem organ tersendiri. Sebagai hasil dari pembentukan organ, fitur utama dari
tubuh sudah dapat dilihat. (Tabel 1.1)
Lapisan ektoderm akan membentuk organ dan struktur yang memelihara
hubungan dengan dunia luar:
Sistem saraf pusat;
Sistem saraf perifer;
Epithelium sensorik dari telinga, hidung, dan mata;
Kulit, termasuk rambut dan kuku; dan
Kelenjar pituitary, mammary, dan keringat dan enamel gigi.
c. Fetal Stage
Periode fetal dimulai minggu ke-sembilan setelah fertilisasi (minggu ke-
sebelas setelah LNMP (periode mentsruasi normal terakhir)) dan berakhir pada saat
melahirkan. Periode ini dikarakteristikan dengan pertumbuhan tubuh yang cepat dan
diferensiasi dari jaringan dan sistem organ. Perubahan yang jelas di periode fetal
adalah periode pertumbuhan kepala yang relatif menurun dibandingkan dengan bagian
tubuh yang lainnya. Pada minggu ke-dua puluh pertama, lanugo dan rambut kepala
mulai tampak, dan kulit dilapisi dengan vernix caseosa. Kelopak mata tertutup selama
kebanyakan dari periode fetal tetapi mulai untuk terbuka kurang lebih pada minggu
ke-26. Pada saat ini, fetus biasanya dapat mengalami extrauterine existence,
disebabkan kebanyakan dari maturitas sistem respirasi. Sampai kurang lebih minggu
ke-30, fetus terlihat kemerahan dan keriput karena menipisnya kulit dan relatif tidak
adanya lemak subkutan. Lemak biasanya berkembang dengan cepat selama minggu
ke-enam sampai delapan terkahir, yang dapat menyebabkan fetus terlihat lembut dan
chubby. Fetus pada masa ini tidak mudah terkena pengaruh dari efek teratogen dari
obat-obatan, virus, dan radiasi, tapi agen-agen ini dapat mengganggu pertumbuhan
dan fungsi perkembangan normal, terutama otak dan mata. Pada masa ini, dokter
dapat menentukan apakah fetus mempunyai penyakit tertentu atau kelainan kongenital
dengan menggunakan berbagai cara seperti, amniocentesis, CVS (Chorionic Villus
Sampling), ultrasonography, dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Diagnosis
prenatal dapat dibuat sejak permulaan sehingga terminasi kehamilan dapat dilakukan
jika memang harus dilakukan, contoh, ketika anomali parah terjadi yang tidak
memungkinkan hidup postnatal, seperti tidak adanya hampir seluruh bagian dari otak.
Pada beberapa kasus, tatalaksana dapat diberikan kepada fetus, contoh pemberian obat
untuk membenarkan cardiac arrhythmia atau thyroid disorder. Operasi juga dapat
mungkin dilakukan di beberapa anomali kongenital di utero (contoh jika fetus yang
mempunyai ureter yang tidak terbuka di kandung kemih). 2
a. Energi Tambahan
Energi selain untuk ibu, janin juga perlu untuk tumbuh kembang. Banyaknya
energi yang dibutuhkan hingga melahirkan sekitar 80.000 Kkal atau membutuhkan
tambahan 300 Kkal sehari. Menurut RISKESDAS 2007 Rerata nasional Konsumsi
Energi per Kapita per Hari adalah 1.735, 5 kkal. Kebutuhan kalori tiap trimester
antara lain:
c. Lemak
d. Karbohidrat
1) Asam Folat
2) Vitamin A
3) Vitamin B
Vitamin B1, vitamin B2, niasin dan asam pantotenat yang dibutuhkan
untuk membantu proses metabolisme. Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk
membentuk DNA dan sel-sel darah merah. Vitamin B6 berperan dalam
metabolisme asam amino.
4) Vitamin C
5) Vitamin D
7) Vitamin K
f. Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral dibandingkan sebelum
hamil. Kebutuhan mineral diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan janin serta proses diferensiasi sel. Kebutuhan mineral antara lain:
1) Zat Besi
2) Zat Seng
3) Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi,
membantu pembuluh darah berkontraksi dan berdilatasi, serta mengantarkan
sinyal syaraf, kontraksi otot dan sekresi hormon. Kebutuhan kalsium ibu hamil
sekitar 1000 miligram per hari. Sumber kalsium didapat dari ikan teri, susu,
keju, udang, sarden, sayuran hijau dan yoghurt.
4) Yodium
5) Fosfor
6) Fluor
7) Natrium
Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional
neonatus dari kehidupan didalam uterus kekehidupan diluar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis, bila terdapat gangguan adaptasi maka
bayi akan sakit (5)
1. Periode Transisi
Periode transisi merupakan fase tidak stabil selama 6 sampai 8 jam pertama
kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi. Periode transisi dibagi mejadi tiga
periode yaitu periode pertama reaktivitas atau segera setelah lahir, karakeristik pada
periode ini frekuensi pernapasan cepat dan dapat mencapai 80 kali per menit, adanya
retraksi, dan suara seperti mendengkur. Denyut jantung dapat mencapai 180 kali
permenit selama beberapa menit pertama kehidupan (6)
Pada periode ini terjadi fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis,
tidak ada bising usus dan bayi tidak berkemih. Bayi memiliki sejumlah mukus,
menangis kuat refleks mengisap kuat, mata bayi terbuka lebih lama dari hari-hari
sesudahnya karena bayi dapat mempertahankan kontak mata dalam waktu lama. Pada
periode ini bayi membutuhkan perawatan khusus, yaitu mengkaji dan memantau
frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah
kelahiran, menjaga bayi agar tetap hangat dengan suhu aksila 36,50C – 37,50C (5)
Periode kedua yaitu fase tidur atau tidur pertama, setelah respon awal bayi
baru lahir menjadi tenang, relaks dan jatuh tertidur, hal ini terjadi dalam dua jam
setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam (6)
Menurut Muslihatun(5) fase ini dimulai dari 30 menit setelah periode pertama
reaktivitas dan berakhir pada 2-4 jam. Pada fase ini frekuensi pernafasan dan denyut
jantug menurun kembali kenilai dasar, warana kulit cenderung stabil dan bisa
terdengar bising usus. Pada fase ini bayi tidak banyak membutuhkan asuhan, karena
bayi tidak memberikan respon terhadap stimulus eksternal.
Periode ketiga transisi yaitu periode kedua reaktivitas, ini berakhir sekitar 4-6
jam setelah kelahiran, periode ini bayi memiliki tingkat sensivitas yang tinggi
terhadap stimulus internal dan lingkungan. Frekuensi nadi sekitar 120-160 kali
permenit, frekuensi pernafasan sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi fluktuasi warna
merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai bercak-bercak. Bayi sering
berkemih dan mengeluarkan mekonium, terjadi peningkatan sekresi mukus dan bayi
bisa tersedak pada saat sekresi. Refleks mengisap bayi sangat kuat dan bayi sangat
aktif. Kebutuhan asuhan bayi pada periode ini memantau secara ketat kemungkinan
bayi tersedak saat mengeluarkan mukus yang berlebihan, memantau setiap kejadian
apnea dan mulai melakukan rangsangan taktil, seperti mengusap punggung,
memiringkan bayi serta mengkaji keinginan dan kemampuan bayi untuk mengisap
dan menelan (5)
Setelah bayi melewati periode transisi, bayi dipindahkan ke ruang rawat gabung
bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir normal umumnya mencakup pengkajian
tanda-tanda vital setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian ASI on
demand, menggganti popok serta menimbang berat badan, selain asuhan transisional
dan pasca transisional asuhan bayi baru lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6
hari, serta bayi berusia 6 minggu pertama (5)
3. Sistem Pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi dengan normal dalam waktu 30
detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi melalui jalan lahir per
vaginam mengakibatkan cairan paru yang jumlahnya 80-100 ml, berkurang
sepertiganya sehingga volume yang hilang ini digantikan dengan udara. Paru
mengembang sehingga rongga dada kembali kebentuk semula, pernapasan pada
neonatus terutama pernapasan diapragmatik dan abdominal biasanya frekuensi dan
kedalaman pernapasan masih belum teratur. Upaya pernapasan pertama berfugsi
untuk mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru
utuk pertama kali, agar alveolus dapat berfungsi harus terdapat surfaktan dalam
jumlah yang cukup dan aliran darah ke paru (7)
4. Suhu Tubuh
Cara ketiga konveksi yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin, misalnya aliran udara dingin dari kipas
angin, dan hembusan udara dingin melalului ventilasi. Cara keempat radiasi yaitu
kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi, misalnya bayi terlalu dekat ke
dinding tanpa memakai penutup kepala atau topi (8).
5. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan bersirkulasi keseluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan.
Agar terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan diluar rahim, terjadi
dua perubahan beasar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta,
kemudian penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah
tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung berpengaruh pada aliran darah.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Vena
umbilikus, duktus venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup secara
fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir dan setelah talipusat di klem.
Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan (6)
6. Metabolisme Glukosa
Otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada saat kelahiran, setelah
talipusat diklem, seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa darah akan turun dalam waktu 1-2
jam. Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup
akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa
sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam
rahim. Bayi yang mengalami hipotermi saat lahir, kemudian mengakibatkan hipoksia
akan menggunakan persediaan glikogen dalam satu jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi
cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan dalam satu jam pertama,
otak bayi akan mengalami risiko. Bayi baru lahir kurang bulan, IUGR, dan gawat
janin merupakan kelompok yang paling berisiko, karena simpanan energi mereka
berkuang atau digunakan sebelum lahir (7)
7. Adaptasi Ginjal
Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir,
dan dua sampai enam kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5
sampai 20 kali dalam 24 jam. Urine dapat keruh karena lendir dan garam asam urat,
noda kemerahan dapat diamati pada popok karena kristal asam urat (6)
8. Adaptasi Gastrointestinal
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur dibandingkan
orang dewasa, membran mukosa pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi
tertanam didalam gusi dan sekresi ptialin sedikit. Sebelum lahir janin cukup bulan
akan mulai mengisap dan menelan. Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30
ml untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan makan yang sering oleh bayi
sendiri sangat penting, contohnya memberikan makan sesuai keinginan bayi (ASI on
demand) (6)
Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir. Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
selain susu masih terbatas, hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih
belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada neonatus (9)
9. Adaptasi Hati
Selama kehidupan janin sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus
membantu pembentukan darah, dan selama periode neonatus hati memproduksi zat
yang esensial untuk pembekuan darah. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi
bayi sampai lima bulan kehidupan ekstra uterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi
rentan terhadap defesiensi terhadap zat besi (6)
Menurut Maryanti, dkk (9) setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia
dan morfolofis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan
glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan transferase
glukoronil sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus
neonatorum fisiologis.
Daftar Pustaka
1. R., Mary Septarika. Distribusi Kasus Celah Bibir, Celah langit-langit, serta
kombinasi celah bibir dan Langi-langit Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan
Daerah Tempat Tinggal Pasien di RSUP H. Adam Malik Periode 2012-2015.
Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Gigi. 2016.
2. Sadler TW. Langman’s Medical Embriology. 12th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2012.
3. Huliana. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Puspa Swara. Jakarta. 2001.
4. Anggraini, Emiliana Ayu, dkk. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Usia Kandungan
4-5 Bulan Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) dengan Berat Badan Bayi
Lahir. Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngawen Kabupaten Blora. 2012.
5. Muslihatun, W.N., (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta: Fitra
Maya
6. Stright, Barbara. (2005). Keperawatan Ibu - Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
7. Rochmah, K.M., Elita, V., Dahliana, & Heni, S. (2012). Asuhan Neonatus Bayi
Dan Balita. Jakarta: EGC
8. JNPK-KR. (2012). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
9. Maryanti, Dwi., Sujianti., Tri, B. (2011). Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: TIM