UNIVERSITAS HASANUDDIN
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
OLEH :
TIFFANNY CHARLOTCICA KOCK C11113838
RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Suwandi
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr.dr. Eddy R. Moeljono, Sp.OG.K
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
INDUKSI PERSALINAN
2. 1 Definisi
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu,
baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim
sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di
mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut untuk wanita hamil yang
sudah inpartu.
Persalinan induksi merupakan tindakan yang banyak dilakukan untuk
mempercepat proses persalinan. Persalinan induksi dengan menambah kekuatan dari
luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya dalam usaha menuju well born baby dan
well health mother, sehingga diperlukan indikasi yang tepat, waktu yang baik, dan
disertai evaluasi yang cermat. Disamping itu, untuk menanggapi atau menghadapi
komplikasi dan tindakan lebih lanjut, induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit
yang memiliki fasilitas tindakan operasi.
Tujuan tindakan tersebut ialah mencapai his 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40
detik.
Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan
penurunan janin tanpa menyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi
janin
Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan
memaksimalkan kepuasan ibu.
4
2. 3 Etiologi
Induksi persalinan dilakukan karena :
Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari
sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah
plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin
mempunyai resiko asfiksia sampai kematian janin dalam rahim.
Letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan post
partum. Pada kehamilan lewat waktu perlu diperhatikan dalam penanganan sehingga
hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai.
Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena
infeksi serius atau menderita diabetes. Wanita diabetes yang hamil memiliki resiko
mengalami resiko komplikasi. Tingkat kompliksai secara langsung berhubungan
dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama kehamilan dan dipengaruhi oleh
kompliksai diabetik sebelumnya, meliputi :
1. Aborsi spontan (berhubungan dengan kontrol glikemi yang buruk pada saat
konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan).
2. Hipertensi akibat kehamilan, mengakibatkan terjadinya preklampsi dan
eklampsi.
3. Hidramnion
4. Infeksi :
5
terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius, infeksi ini bersifat
serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan
ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni satu efek diabetogenik
pada kehamilan yang paling besar karena resistensi insulin meningkat. Dapat
mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan
cacat bawaan. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam
kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.
Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban
pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke
dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu
sampai dua jam) untuk penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur. Bawaan ukuran
janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan
beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin.
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan
gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan
neurologis.
7
2.6 Macam Induksi Persalinan
1. Medicinal
a. Infus Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Cairan hipertonik intrauterin
2. Manipulatif / tindakan
a. Amniotomi
b. Stripping of the Membrane
c. Pemakaian rangsangan listrik
d. Rangsangan pada puting susu
1. Secara Medis
a. Infus oksitosin
Dewasa ini telah ada oksitosin sintesis (bebas dari faktor vasopresin ) yaitu
sintosinon dan pitosin. Dalam pemberian oksitosin perlu diingat bahwa enzim
oksitosinase yang diproduksi di plasenta dapat menginaktifkan secara cepat
oksitosin yang diberikan itu. Oksitosinase diperkirakan bekerja sebagai pelindung
kehamilan. Kadar oksitosinase dalam plasma wanita hamil meningkat dengan
tuanya kehamilan oksitosinase dalam plasma wanita hamil meningkat dengan tuanya
kehamilan dengan kadar yang bervariasi hingga menimbulkan keadaan kehamilan
yang bervariasi pula seperti abortus iminens, partus prematur dsb. Peranannya
dalam klinik masih tetap belum ditentukan.
8
A. Kehamilan aterm
E. Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka)
Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu bila nilai
Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil.
Skor 0 1 2 3
9
5) Cairan yang sudah disiapkan mengandung 5 U oksitosin ini dialirkan secara
intravena melalui saluran infuse dengan jarum no 20 G.
6) Jarum suntik intravena dipasangkan di vena bagian volar lengan bawah
7) Tetesan permulaan di buat agar kadar oksitosin berjumlah 2m U permenit.
8) Timbulnya kontraksi rahim dinilai dalam setiap 15 menit. Bila dalam waktu 15
menit ini HIS tetap lemah, tetesan dapat dinaikan. Umumnya tetesan maksimal
diperbolehkan sampai mencapai kadar oksitosin 30-40 tetes/menit, maka
berapapun kadar oksitosin yang dinaikan tidak akan menimbulkan tambahan
kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infuse oksitosin dihentikan.
9) Penderita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk
kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda rupture uteri membakat,
maupun tanda-tanda gawat janin.
10) Bila kontraksi timbul secara teratur dan adekuat , maka kadar tetesan oksitosin
dipertahankan. Sebaliknya bila tejadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah
tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
11) Infuse oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selasai
yaitu sampai satu jam sesudah lahirnya plasenta.
12) Evaluasi kemajuan janin pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa
dalam bila HIS telah kuat dan adekuat. Pada waktu pemberian infuse oksitosin
bila ternyata kemudian persalinan telah berlangsung, maka infuse oksitosin
dilanjutkan sampai pembukaan lengkap. Segera setelah kala II dimulai, maka
tetesan infuse oksitosin dipertahankan dan ibu di pimpin mengejan atau
dipimpin dengan persalinan buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu
itu. Tetapi bila sepanjang pemberiaan infuse oksitosin timbul penyulit pada ibu
maupun janin. Maka infuse oksitosin harus segera dihentikan dan kehamilan
segera diselesaikan dengan seksio sesarea.
10
Intoksikasi air. Pemberian infus oksitosin dengan cairan bebas elektrolit dalam
waktu yang lama membuat penderita mengandung air lebih banyak oleh
karena oksitosin dalam dosis 50 m U/ menit bekerja sebagai anti diuretik.
Seksio saesarea pada distosia disebabkan kelainan his dilakukan pada :
- Pembukaan tidak ada kemajuan.
- Serviks yang sudah datar dan tipis menjadi tebal, bengkak dan biru.
- Tidak ada kemajuan dengan pemberian oksitosin secara hati – hati.
- Air ketuban bercampur mekonium pada letak kepala dan denyut
jantung janin menjadi lambat.
- Mulai adanya febris, takikardi, preeklampsia.
Relaksasi uterus
Merelaksasikan uterus adalah usaha yang sulit, misalnya pada keadaan akan
terjadi partus prematurus, abortus. Maka wajar pada pemberian infus pitosin
diadakan pengawasan yang ketat jangan sampai terjadi hiperaktivitas miometrium.
Retodrine yang berasal dari isoxsuprine dan mempunyai sifat menimbulkan relaksasi
uterus diberikan 50 – 200 µg/ menit secar intravena. Jika telah berhasil maka dosis
40 µg/ menit dengan infus dapat dikurangi dan diterusakan dengan pemberian
peroral. Pengaruh kardiovaskuler terhadap ibu dalam bentuk sedikit peningkatan
tekanan sistolik dan sedikit sekali penurunan diastolik menimbulkan tekanan nadi
meningkat dan penderita mengalami takikardi yang masih dapat ditolelir. Juga janin
mengalami takikardi tapi tidak membahayakan. Menenangkan uterus masih
merupakan suatu usaha di bidang obstetri.
b. Prostaglandin
Prostagladin dapat merangsang otok – otot polos termsuk juga otot-otot rahim.
Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2
alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena, oral. Pada
kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif. Pengaruh
sampingan dari pemberian prostaglandin ialah mual, muntah, diare.
11
Induksi persalinan dengan Misoprostol
Mekanisme kerja molekuler prostaglandin dalam mematangkan serviks sampai
saat ini masih belum jelas.
Beberapa tahun berikutnya :
1. Memodulasi kegiatan fibroblast dan selanjutnya mengendalikan sifat-sifat
biofisik dan biokimia matriks ekstra seluler.
2. Menginduksi produksi asam hyaluronat oleh fibroblast serviks sehingga
meningkatkan hidrasi dan mengibah komposisi glikoaminoglokan/
proteoglikan.
3. Sebagai bahan kemotaktik yang menyebabkan infiltrasi lekosit dan makrofag
kestroma serviks.
Karakteristik misoprostol
Mempunyai struktur kimia Methyester prostaglandin E1(methyl 11, 16-
dihygroxy-16 methyl-9 oxoprost-13-2n-i-oate), berikatan secara selektif dengan
reseptor prostaniol EP2 dan EP3, dan metabolitr aktifnya adalah asam misoprostol.
12
Dibandingkan dengan kontrol, misoprostol menimbulkan takhisistole dan
hiperstimulasi 2 kali lebih banyak, meskipun hal ini juga tregantung dosis 25 mcg
mengurangi hiperstimulasi. Tidak ada perbedaan jumlah bayi yang di rawat di NICU
dan mempunyai skor Apgar yang rendah, dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Keberhasilan
Meningkatkan sklor pekvik secra bermakna pada pemberian oral atupun
perbaginam. Terdapat peningkatn yang bermakna jumlah pasien yang melahirkan
pervaginam dalam 12 jam dan jumlah pasien yang melahirkan dalam 24 jam.
Penggunaan misoprostol juga telah memperpendek waktu antar pasang pertama
sampai melahirkan dalam 5 jam dan interval mulai induksi sampai melahirkan.
Dampak terhadap angka bedah sesar induksi misoprostol dengan amn dapat
menurunkan angka bedah sesar dibanding induksi obat lain. Angka persalinan dengan
bedah sesar secra bermakna lebih rendah pada pemberian peroral.
Dampak terhadap angka bedah sesar
Induksi Misoprostol dengan aman dapat menurunkan angka sesar dibanding
induksi dengan obat lain. Angka persalinan dengan bedah sesar secara bermakna lebih
rendah pada pemberian peroral.
Oral atau vagina
Pemberian misoprostol secara efektif dapat mematangkan serviks dan
menginduksi persalinan pada ketuban pecah prematur. Bila dibandingkan dengan
pemberian pervaginam, maka jumlah pasien yang melahirkan dalam waktu 12 dan 24
jam, lama pasang sampai persalinan, adanya takhistole dan hiperstimulasi, rendahnya
skor Apgar dan perawatan di NICU, tidak berbeda secra bermakna. Pemberian
pervaginam lebih efektif dibanding pemberian oral atau kombinasi oral dan vaginam
tetapi hiperstimulasi dan takhisistole dilaporkan lebih banyak pada pemberian
pervaginam.
Pematangan serviks secara poliklinis
Karena sebagian besar pasien mengalami persalinan dan kebutuhan adanya
pemantauan janin maka pematangan secara poliklinis tidak direkomendasikan.
Dosis
Meskipun angka penyulit dengan dosis 25 mcg lebih rendah dan efektivitasnya
sama dengan penyulit yang lebih rendah tetapi secara teknis sulit mendapatkan 25
13
mcg. Dosis 50 mcg, tiap 8 jam mungkin dapat digunakan sebgai jalan tengah sambil
menunggu masuknya misoprostol dosis 100 mcg.
Penggunaan untuk bekas bedah sesar
Mengigat datanya masih belum cukup, maka pembrian misoprostol untuk
kasus bekas bedah sesar sampai saat ini tidak dianjurkan.
14
rahim. Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya
hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah.
2. Secara manipulatif
a. Amniotomi
Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda – tanda
permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara – cara lain untuk
merangsang persalinan, misalnya dengan inpus oksitosin.
Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit – penyulit sebagai berikut
:
- Infeksi
- Prolapsus funikuli
- Gawat janin
- - Tanda – tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan
dikeluarkan secara tepat).
15
Tehnik amniotomi :
Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir
sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan
menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam
jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait
diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam. Tangan yang
diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan
merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan
dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan
kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada
waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu
atas panggul. Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan
kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar robekan selaput ketuban. Air
ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya
prolaps tali pusat, bagian – bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta.
Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir.
Gambar 1: Amniotomi
b. Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stripping of the membrane)
1. Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban
dari dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin
16
dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam merangsang
timbulnya his.
2. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialah :
- Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari.
- Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan.
- Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul.
2.8 PATOFISIOLOGI
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit
penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban
pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan
17
oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif
terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak
sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim.
Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko
kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan
38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan
dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.
2.10 Komplikasi
Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika perlu
memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat – syarat di penuhi. Kematian
perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin
dipengaruhi pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi
persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio
sesarea, harus selalu diperhitungkan.
18
BAB III
KESIMPULAN
Secara kesimpulan, induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang
belum inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya
kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Persalinan induksi dengan menambah kekuatan
dari luar tidak boleh merugikan ibu dan janinnya dalam usaha menuju well born baby dan
well health mother, sehingga diperlukan indikasi yang tepat, waktu yang baik, dan disertai
evaluasi yang cermat. Disamping itu, untuk menanggapi atau menghadapi komplikasi dan
tindakan lebih lanjut, induksi persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki
fasilitas tindakan operasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arwono. Ilmu Kebidanan. P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2012
20