Anda di halaman 1dari 15

BAB III

PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA

3.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan pengukuran aliran fluida yaitu untuk memahami
prinsip pengukuran aliran fluida, mengenal beberaoa jenis alat ukur
kecepatan fluida, dapat melakukan pengukuran kecepatan aliran fluida
dengan menggunakan masing-masing alat ukur kecepatan alir fluida dan
menentukan koefisien masing-masing alat ukur kecepatan fluida alir fluida.

3.2 Tinjauan Pustaka


Fluida zat cair yang mengalir melalui sebuah pipa dengan panjang
tertentu menyebabkan terjadinya kerugian energi berupa penurunan tekanan
(pressure drop) disebabkan oleh major losses akibat gesekan sepanjang
dinding pipa maupun minor losses akibat perubahan bentuk local saluran
pipa dan juga tergantung besar koefisien gesek pipa tersebut (Widayana,
2010).
Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan
dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih
mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari
ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan
yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat
mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya
yang besar diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah
bentuk maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya
dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat
besar.
Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan
berkembang mengisi seluruh wadah. Hal ini dikarenakan fase cair dan gas
tidak mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir, dengan demikian keduanya sering secara
kolektif disebut sebagai fluida (Olson, 1990).

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa perubahan aliran fluida dari


aliran laminar ke turbulen dalam tabung tidak hanya dipengaruhi oleh
variabel laju aliran saja tetapi juga dipengaruhi oleh berat jenis dan
viskositas dari fluida dan diameter tabung.Variabel-variabel ini
digabungkan menjadi satu persamaan yang dinamakan Bilangan Reynolds
(Reynolds number), dimana Bilangan Reynolds ini tidak berdimensi.

𝐷×𝑣×𝜌
𝑁𝑅𝑒 =
𝜇

NRe adalah Bilangan Reynolds, D adalah diameter dalam satuan m, ρ adalah


berat jenis fluida dalam satuan kg/m3, µ adalah viskositas fluida dalam
satuan Pa . s, dan v adalah laju rata-rata fluida dalam satuan m/s.

Pengukuran dan kontrol jumlah material yang masuk pada proses


pabrik sangat penting untuk dilakukan. Material-material yang digunakan di
dalam pabrik ini pada umumnya berwujud cairan, oleh karena itu material-
material tersebut dialirkan melalui pipa-pipa dan. Jenis-jenis alat untuk
mengukur laju aliran fluida yang paling banyak digunakan adalah Pitot tube,
Venturi meter, dan Orifice meter.

1. Pitot tube

Gambar III.1 Diagram Pitot tube


Pitot tube merupakan salah satu alat ukur kecepatan aliran yang
mendasarkan pengukurannya pada beda tekanan yang terjadi pada dua titik
yang dilewati fluida dalam tube (Diffrential Pressure Flow-meter).

Fluida mengalir ke dalam titik 2, timbul tekanan yang kemudian menjadi


stasioner pada titik tersebut sehingga disebut sebagai titik stagnan.
Perbedaan tekanan stagnan pada titik 2 ini dengan “static pressure” yang
timbul pada “static tube” menunjukkan peningkatan/kenaikan tekanan yang
berhubungan dengan kecepatan alir fluida, dimana besarnya perbedaan
tekanan ini diukur/ditunjukkan oleh beda ketinggian fluida pengukur pada
manometer.

Bila fluida yang diukur inkompresibel, maka dari persamaan Bernoulli


dapat dihitung kecepatan fluidanya.
𝑣12 − 𝑣22 𝑃1 − 𝑃2
+ =0
2 𝜌
Bila v2 = 0 dan v1 = v, maka:

2(𝑝2 + 𝑝1 )
𝑣 = 𝐶𝑝 √
𝜌

2. Venturi meter
Venturi meter dipakai untuk mengukur kecepatan rata-rata aliran fluida
dalam pipa. Prinsip pengukurannya hampir sama dengan pitot tube, yang
membedakan adalah v1 dan v2 pada Venturi meter dapat diukur atau
dihitung berdasarkan berdasarkan diameter pipa dan leher Venturi meter
tersebut.

Gambar III.2 Diagram Venturi meter


Persamaan kontinuitas pada tekanan konstan adalah:
1 1
𝜋 × 𝐷1 2 × 𝑣1 = × 𝜋 × 𝐷1 2 × 𝑣2
4 4
Atau:
𝑣1 = (𝐷2 2 /𝐷1 2 ) × 𝑣2

Persamaan diatas disubstitusikan ke persamaan Pitot tube untuk


mencari v, dan koefisen Cv dimasukkan, maka:

𝐶𝑣 2(𝑝1 − 𝑝1 )
𝑣= ×√
𝑉 𝜌
√1 − ( 2 )4
𝑉1

3. Orifice meter
Orifice meter serupa dengan Venturi meter, yang membedakan adalah
diameter dari plat Orifice-nya bisa diatur/diganti sesuai keinginan.

Gambar III.3 Diagram Orifice meter


Rumus perhitungan vo dari Orifice meter adalah:

𝐶𝑜 2(𝑝1 − 𝑝1 )
𝑣0 = ×√
𝐷 𝜌
√1 − ( 0 )4
𝐷1
(Geankoplis, 1993)

3.3 Metodologi Percobaan


Percobaan ini dilakukan untuk melakukan pengukuran kecepatan aliran
fluida dengan menggunakan masing-masing alat ukur kecepatan alir fluida.
Isi dari subab ini adalah uraian bahan-bahan dan alat yang digunakan selama
partikum serta diagram prosedur kerja
3.3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada
Tabel III.1.
Tabel III.1 Daftar alat dan bahan
Alat Bahan
Fluid Flow Measurement Bench Air Bersih
Pitot tube
Venturi meter
Orifice meter
Rotameter
Stopwatch

3.3.2 Prosedur Kerja


1. Orifice-meter

Orifice-meter dipasang pada tempatnya

Selang penghubung pipa dengan manometer dihubungkan

Sistem dihubungkan pada pompa dan valve dibuka pada kedudukan


tertentu sesuai variabel

Beda ketinggian pada manometer dicatat

Volumetric rate pada water-meter dicatat

Langkah kelima hingga keenam diulangi untuk kedudukan valve yang lain

Gambar III.4 Diagram alir Praktikum Orifice-meter

2. Pitot tube
Pitot tube dipasang pada tempatnya

Selang penghubung pipa dengan manometer dihubungkan

Sistem dihubungkan pada pompa dan valve dibuka pada kedudukan


tertentu sesuai variabel

Beda ketinggian pada manometer dicatat

Volumetric rate pada water-meter dicatat

G Langkah kelima hingga keenam diulangi untuk kedudukan valve yang lain
a
Gambar III.5 Diagram alir praktikum Pitot tube

3. Venturi-meter

Venturi-meter dipasang pada tempatnya

Selang penghubung pipa dengan manometer dihubungkan

Sistem dihubungkan pada pompa dan valve dibuka pada kedudukan


tertentu sesuai variabel

Beda ketinggian pada manometer dicatat

Volumetric rate pada water-meter dicatat

Langkah kelima hingga keenam diulangi untuk kedudukan valve yang lain

Gambar III.6 Diagram alir praktikum Venturi-meter


1.4 Pembahasan
Alat ukur yang digunakan dalam percobaan pengukuran aliran fluida ini
ada 3 jenis yaitu venturi-meter,orifice-meter dan pitot tube. Aliran fluida yang
digunakan adalah air yang di pompa oleh kompresor akan melewati pengukuran
sehingga dapat diukur aliran fluidanya dengan melihat tekanan dan laju alirnya.
Pengukuran ini menggunakan 3 variabel bukaan valve yaitu 1%,3%,5% bukaan
valve. Percobaan ini membandingkan nilai laju alir Q praktikum dengan Q teori.

Percobaan pertama menggunakan Pitot tube yang prinsip pengukurannya


dengan berdasarkan pengukuran beda tekan yang terjadi pada dua titik yang
dilewati oleh fluida. Bukaan Valve pertama yaitu 1% bukaan valve menghasilkan
laju alir Q sebesar 0,7 liter/sekon dengan kecepatan fluida sebeaar 1,1112 m/s.
laju alir Q secara teori didapatkan sebesar 0,75 liter/s. Data yang dihasilkan
menjukkan terdapat sedikit perbedaan laju alir secara praktikum dan praktek yang
dikarenakan kurang telitinya praktikan saat membaca data pada manometer
maupun pada laju alirnya. Bukaan valve 3% pada Pitot tube ini menhasilkan laju
alir Q sebesar 1,15 liter/sekon dengan kecepatan fluida 1,2172 m/s. laju alir Q
secara teori dihasilkan sebesar 0,8321 liter/sekon. Bukaan valve 5% menghasilkan
laju alir Q sebesar 1,5 liter/sekon dengam kecepatan 1,2172 m/s dan di dapatkan
laju alir Q secara teori 0,8321 liter/sekon. Data yang dihasilkan menunjukkna
perbedaan laju alir antara praktikum dan praktek yang cukup besar dikarenakan
kurang telitinya pembacaan manometer ataupun salah perhitungan.

Pengukuran yang kedua menggunakan Venturi-meter.Venturi-meter


memiliki prinsip sama dengan pitot tube yaitu beda tekan yang terjadi pada dua
titik. . Bukaan Valve pertama yaitu 1% bukaan valve menghasilkan laju alir Q
sebesar 0,65 liter/sekon dengan kecepatan fluida sebeaar 1,3457 m/s. laju alir Q
secara teori didapatkan sebesar 0,2053 liter/s. Data yang dihasilkan menjukkna
terdapat sedikit perbedaan laju alir secara praktikum dan praktek yang
dikarenakan kurang telitinya praktikan saat membaca data pada manometer
maupun pada laju alirnya. Bukaan valve 3% menghasilkan laju alir Q sebesar 1,2
liter/sekon dengan kecepatan fluida 3,2168 m/s. laju alir Q secara teori dihasilkan
sebesar 0,4908 liter/sekon. Bukaan valve 5% menghasilkan laju alir Q sebesar
1,45 liter/sekon dengam kecepatan 5,0353 m/s dan di dapatkan laju alir Q secara
teori 0,7683 liter/sekon. Data yang dihasilkan menunjukkna perbedaan laju alir
antara praktikum dan praktek yang cukup besar dikarenakan kurang telitinya
pembacaan manometer ataupun salah perhitungan.

Pengukuran yang ketiga menggunakan Orifice-meter.Orifice-meter


memiliki prinsip sama dengan venturi yaitu beda tekan yang terjadi pada dua titik.
Hanya saja diameter pada Orifice-meter ini bisa diatur. Bukaan Valve pertama
yaitu 1% bukaan valve menghasilkan laju alir Q sebesar 0,25 liter/sekon dengan
kecepatan fluida sebeaar 0,84602 m/s. laju alir Q secara teori didapatkan sebesar
0,32 liter/s. Data yang dihasilkan menjukkna terdapat sedikit perbedaan laju alir
secara praktikum dan praktek yang dikarenakan kurang telitinya praktikan saat
membaca data pada manometer maupun pada laju alirnya. Bukaan valve 3%
menghasilkan laju alir Q sebesar 1,15 liter/sekon dengan kecepatan fluida 2,4141
m/s. laju alir Q secara teori dihasilkan sebesar 0,92 liter/sekon. Bukaan valve 5%
menghasilkan laju alir Q sebesar 1,45 liter/sekon dengam kecepatan 3,0836 m/s
dan di dapatkan laju alir Q secara teori 1,7 liter/sekon. Data yang dihasilkan
menunjukkna perbedaan laju alir antara praktikum dan praktek yang cukup besar
dikarenakan kurang telitinya pembacaan manometer ataupun salah perhitungan.

1.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum hammer mill dan screening, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Prinsip dari pengukuran aliran fluida ini adalah beda tekanan yang
terjadi pada dua titik yang dilewati fluida.
2. Semakin besar bukaan valve maka semakin besar laju alir Q yang
dihasilkan.

1.6 Referensi
Geankoplis, Christie J. 2003. Transport Processes and Separation Process
Principles. Pearson Education, Inc.
Widayana, G. dan T. Yuwono. 2010. Studi Eksperimental dan Numerik
Aliran Dua Fase (Air-Udara) Melewati Elbow 300 dari Pipa Vertical
menuju Pipa dengan Sudut Kemiringan 600 . Jurnal teknik mesin.
Institusi teknologi sepuluh November. surabaya
APPENDIKS

A. Data pengamatan
Tabel A.1 Venturi-meter

Bukaan
Q D1 D2 h1 h2 ∆h
Variabel valve
(dm3/s) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
(%)
1 1 0,65 39 18 203 196 7
2 3 1,20 39 18 231 271 40
3 5 1,45 39 18 249 151 98

Tabel A.2 Orrifice-meter

Bukaan
Q D0 D1 h1 h2 ∆h
Variabel valve
(dm3/s) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
(%)
1 1 0,25 22 39 206 199 7
2 3 1,15 22 39 230 173 57
3 5 1,45 22 39 252 154 93

Tabel A.3 Pitot tube

Bukaan
Q D h1 h2 ∆h
Variabel valve
(dm3/s) (m) (mm) (mm) (mm)
(%)
1 1 0,70 0,0381 202 197 5
2 3 1,15 0,0381 203 197 6
3 5 1,50 0,0381 203 197 6
B. Contoh Perhitungan
Venturi Meter

Variabel Qp ∆h A V Q
(dm3/s) (m) (m2) (m/s) (dm3/s)
1 0,65 0,007 1,5260×10-4 1,3457 0,2053
2 1,20 0,040 1,5260×10-4 3,2168 0,4908
3 1,45 0,098 1,5260×10-4 5,0353 0,7683

Diketahui:
kg⁄ 3
ρraksa = 13600 m

kg⁄ 3
ρfluida = 1000 m

g = 9,8 m⁄s2

D1 = 39 mm D2 = 18 mm
= 0,039 m = 0,018 m
1 2
A= πd
4
1
= ×3,14×(0,018 m)2
4
= 1,5260×10-4 m2
= 0,0001526 m2

∆P = ∆h(PA -ρ)g
kg kg m
= 0,007 m (13600 3
-1000 3 ) 9,8 2
m m s

kg m
= 0,007 m (12600 ) 9,8
m3 s2
kg
= 864,36 ms2

1 2(P1 - P2 ) ½
V2 = ×[ ]
D ρfluida
[ 1-( D2 )4 ]½
1
kg
1 2(864,36 )
= ×[ ms2 ]½
[ 1-(0,4615)4 ]½ kg
1000 3
m
1 m
= ×1,31480
0,9770 s
m
= 1,3457
s
Q = A×V
m
= 0,0001526m2 ×1,3457
s
m3
=2,0535 ×10-4 s

dm3
= 0,2053
s

Orrifice Meter
Variabel Q ∆h A V Qp
(dm3/s) (m) (m2) (m/s) (dm3/s)
1 0,25 0,007 3,7994×10-4 0,84602 0,32
2 1,15 0,057 3,7994×10-4 2,41416 0,92
3 1,45 0,093 3,7994×10-4 3,08369 1,17

Diketahui:
kg⁄ 3
ρraksa = 13600 m

kg⁄ 3
ρfluida = 1000 m

g = 9,8 m⁄s2

D1 = 39 mm D0 = 22 mm
= 0,039 m = 0,022 m
1 2
A= πd
4
1
= ×3,14×(0,022 m)2
4
= 3,7994×10-4 m2
= 0,00037994 m2

∆P = ∆h(PA -ρ)g
kg kg m
= 0,007 m (13600 3
-1000 3 ) 9,8 2
m m s

kg m
= 0,007 m (12600 ) 9,8
m3 s2
kg
= 864,36 ms2

Co 2(P1 - P2 ) ½
V0 = ×[ ]
D0 4 ½ ρ
[ 1-( D ) ] fluida
1

kg
0,61 2(864,36 )
= ×[ ms2 ]½
[ 1-(0,564)4 ]½ kg
1000 3
m
0,61 m
= ×1,31480
0,9480 s
m
= 0,84602
s
Q = A×V
m
= 0,00037994 m2 ×0,84602
s
m3
= 3,21436×10-4 s

dm3
= 0,321436
s

Pitot Tube

Variabel Qp ∆h A V Q
(dm3/s) (m) (m2) (m/s) (dm3/s)
1 0,70 0,005 6,837×10-4 1,1112 0,7597
2 1,15 0,006 6,837 ×10-4 1,2172 0,8321
3 1,50 0,006 6,837×10-4 1,2172 0,8321 ρraksa
kg⁄ 3
= 13600 m
kg⁄ 3
ρfluida = 1000 m

g = 9,8 m⁄s2

D1 = 1,5 inchi = 0,0381m


1 2
A= πd
4
1
= ×3,14×(0,0381 m)2
4
= 6,8370×10-4 m2
= 0,0006837 m2

∆P = ∆h(PA -ρ)g
kg kg m
= 0,005 m (13600 3
-1000 3 ) 9,8 2
m m s

kg m
= 0,005 m (12600 ) 9,8
m3 s2
kg
= 617,4 ms2

2(P1 - P2 ) ½
V0 = [ ]
ρfluida

kg
2(617,4 2) ½
=[ ms ]
kg
1000 3
m
m
=1,1112
s

Q = A×V
m
= 0,0006837 m2 ×1,1112
s
m3 dm3
= 7,597×10-4 = 0,7597
s s

Anda mungkin juga menyukai