Anda di halaman 1dari 19

A.

Bani Umayyah di Spanyol (Andalusia)


1. Asal-Usul Masuknya Islam Ke Andalusia
Sebelum umat Islam menguasai Andalusia wilayah yang terletak disekitar
semenanjung Iberia dan membelah Benua Eropa dengan Afrika ini dikenal dengan
berbagai nama. Sebelum abad ke – 5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia ( atau
Les Iberes ), yang diambil dari nama Bangsa Iberia ( penduduk tertua diwilaya
tersebut ). Ketika berada dibawah kekuasan Romawi, wilayah ini dikenal dengan
nama Asbania. Pada abad ke – 5 M, Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang
berasal dari wilayah ini sejak itu wilayah ini disebut Vandalusia yang oleh umat
Islam akhirnya disebut “ Andalusia “.
Sejak pertama kali berkembang di Andalusia sampai dengan berakhirnya
kekuasaan Islam di sana, Islam telah memainkan peranan yang sangat besar. Masa
ini berlangsung selama hampir delapan abad ( 711 – 1492 M ). Pada tahap awal
semenjak menjadi kekuasaan Islam, Andalusia diperintah oleh wali-wali yang
diangkat oleh pemerintah Bani Ummayah di Damaskus. Pada periode ini kondisi
sosial politik Andalusia masih diwarnai perselisihan disebabkan karena
kompleksitas etnis dan golongan. Disamping itu juga timbul gangguan dari sisa-
sisa musuh Islam di Andalusia yang bertempat tinggal diwilayah-wilayah
pedalaman. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdur Rahman Al–Dakhil ke
Andalusia. Sebagaimana disebutkan terdahulu, Andalusia disusuki umat Islam
pada zaman Khalifah Al–Walid (705-715 M), salah seorang Khalifah dari Bani
Ummayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Andalusia, umat
Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu
provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu
terjadi di zaman khalifah Abdul Malik ( 685 – 705 M).

1
2

2. Perkembangan Islam dan Keberadaan Dinasti Ummayah di Andalusia


Masa panjang yang dilalui umat Islam di Andalusia itu dapat di bagi
menjadi enam periode menurut Badry Yatim. Tiga priode diantaranya diperintah
oleh Bani Umayyah, yaitu :

 Periode Pertama ( 711 – 755 M )


Pada pemerintahan ini, Andalusia berada dibawah pemerintahan para wali
yang diangkat oleh Khalifah Bani Ummayah yang berpusat di Damaskus.
Pada periode ini stabilitas politik negeri Andalusia belum tercapai secara
sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun
dari luar. Gangguan yang datang dari dalam antara lain berupa perselisihan
diantara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan.
Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus
dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Andalusia.
Karena itu terjadi dua puluh kali pergantian wali (Gubernur) Andalusia dalam
waktu yang amat singkat. Sementara gangguan yang datang dari luar yaitu
sisa-sisa musuh Islam di Andalusia yang yang bertempat tinggal
dipegunungan yang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam gerakan
ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya
mereka mampu mengusir Islam di bumi Andalusia, maka dalam periode Islam
belum memasuki kegiatan pembangunan dibidang peradaban dan kebudayaan.
Periode ini berakhir dengan datangnya Abdl Rahman Al – Dakhil ke
Andalusia (138 H atau 75

 Periode Kedua (755 – 912 M )


Periode ini, Andalusia diperintah oleh seorang Amir (panglima atau Gubernur)
tetapi tidak tunduk pada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang
oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdur Rahman I
diberi gelar Al–Dakhil. Dia adalah keturunan Bani Ummayah. Penguasa–
penguasa Andalusia pada periode ini adalah Abdl Al–Rahman Al– Aushat,
3

Muhammad Ibn Abd Al–Rahman, Munzir Ibn Muhammad dan Abdullah Ibn
Muhammad. Pada periode ini Andalusia sudah mulai maju baik dalam bidang
politik maupun dalam bidang peradaban, dengan mendirikan mesjid dan
sekolah-sekolah, Hisyam dikenal berjasa menegakkan hukum Islam dan
Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Sedangkan
Abdl Rahman Al–Aushat dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.

 Periode Ketiga ( 912 – 1013 M )


Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdl Rahman III yang
bergelar “ An– Nasir “ sampai munculnya “ raja-raja kelompok “ yang dikenal
sebagai Muluk Al –Thawaif. Pada periode ini Andalusia diperintah oleh
penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan gelar khalifah ini beradasarkan
atas berita bahwa khalifah Al – Muqtadir daulat Bani Abbas di Baghdad
meninggal dunia. Menurutnya keadaan ini saat yang paling tepat untuk
memakai gelar khalifah yang telah selama 150 tahun lebih dan dipakai lagi
mulai tahun 929 M. khalifah – khalifah besar yang memerintah pada periode
ini ada tiga orang yaitu : Abdl Al – Rahman Al – Nasir (912 – 916 M), Hakam
II ( 961 – 976 M ), dan Hisyam II ( 976 – 1009 M ).
Pada periode ini umat Islam mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi kejayaan daulat di Baghdad. Abdl Al – Rahman Al – Nasir
mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan
ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri pustaka.
Selanjutnya Hisyam naik tahta dalam umur sebelas tahun yang nerupakan
awal cikal bakal hancurnya khalifah Bani Ummyah di Andalusia . Dan hancur
pada tahun 1009 M . akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang
memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah, saat ini spanyol sudah
terbagi kepada banyak sekali negara kecil.

 Periode Keempat (1013-1086 M)


Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil
di bawah pemerintahan raja-raja golongan (muluk ath-thawaif), yang berpusat
4

di suatu kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar
di antaranya adalah Abbadiyyah di Sevilla. Pada periode ini, umat Islam
Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang
saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan
kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan politik umat
Islam, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen mengambil inisiatif
penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan
intelektual masih terus berkembang. Istana-istana mendorong para sarjana dan
sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lainnya.
 Periode Kelima (1086-1248M)
Pada periode ini, meskipun Islam Spanyol terpecah dalam beberapa
negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti
Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti
Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh
Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 ia berhasil mendirikan
sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Dan akhirnya dapat memasuki
Spanyol dan menguasainya. Pada tahun 1143 M, kekuasaan Dinasti ini
berakhir baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh Dinasti
Muwahhidun. Pada masa Dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan
Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Sepeninggal Dinasti Murabithun, di Spanyol berdiri dinasti-dinasti
kecil, tetapi hanya berlangsung selama tiga tahun. Pada tahun 1146 M
penguasa Dinasti Muwahhidun merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan
oleh Muhammad ibn Tumart. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah
pimpinan Abd al-Mun’im. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa
Kristen dan Sevilla jatuh pada tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali
Granada lepas dari kekuasaan Islam.
 Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti
Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti pada
zaman Abd ar-Rahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik Dinasti ini hanya
5

berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan


terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana. Abu
Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk
anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Ia memberontak dan
berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh
dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta
bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa
Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik
tahta.
Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan
besar Kristen melalui perkawinan itu merasa tidak cukup puas. Keduanya
ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak
kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen dan pada akhirnya mengaku
kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian
hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol pada tahun 1492 M. umat Islam setelah itu dihadapkan pada dua
pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M,
boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

3. Kemajuan Peradaban
Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik
dalam bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidang
kebudayaan yang dalam hal ini adalah bangunan fisik atau arsitektur, maupun
bidang-bidang lainnya. Puncak kemajuan peradaban Islam di Spanyol berdampak
bagi kemajuan peradaban Eropa.
a. Kemajuan Intelektual
1) Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan
penyeberangan ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12.
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada
6

abad ke-9 M selama pemerintahan Khalifah Muhammad ibn Abd ar-


Rahman.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu
Bakr Muhammad ibn as-Sayigh yang lebih dikenal dengan ibn Bajjah.
Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya
bersifat etis dan eskatologis. Magnum opsunya adalah Tadbiir al-
Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail. Ia banyak menulis
masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat
terkenal adalah Hay ibn Haqzhaan.
Akhir abad ke-12 menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles
yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd
(Averros) dari Cordova. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam
menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Ia juga
dikenal sebagai ahli fiqh dengan karyanya Bidaayah al-Mujtahid. Ia juga
menulis buku kedokteran berjudul al-Kulliyyah fi ath-Thibb.
2) Sains
Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika, matematika,
astronomi, kimia, botani, zoologi, geologi, farmasi, juga berkembang
dengan baik. Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian
barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubayr dari Valencia
menulis tentang negara-negara muslim Mediterania dan Sicilia. Ibn
Batuthah dari Tangier penjelajah dunia sampai Samudera Pasai dan Cina.
Ibn Khatib menyusun riwayat Granada. Sedangkan Ibn Khaldun dari
Tunisia perumus filsafat sejarah
Beberapa tokoh sains dalam bidang astronomi adalah Abbas ibn Farnas,
Ibrahim ibn Yahya an-Naqqash, Ibn Safar, dan al-Bitruji. Dalam bidang
farmasi antara lain Ahmad ibn Ibas dari Cordova, Ibn Juljul, Ibn Hazm, dan
Ibn Abd ar-Rahman ibn Syuhayd. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan
7

saudara perempuan al-Hafizh adalah dua ahli kedokteran dari kalangan


wanita.
3) Bahasa dan Sastra
Pada masa Islam di Spanyol banyak para ahli yang mahir dalam bahasa
Arab, baik ketrampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara
lain Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang nazham Alfiyyah, Ibn Khuruf, Ibn
al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn ‘Ushfur, dan Abu Hayyan al-
Gharnathi.
Karya-karya sastra juga banyak bermunculan, seperti al-‘Iqd al-Farid karya
Ibn Abd Rabbih, Kitab adz-Dzakirah fii Mahaasin Ahl al-Jaziirah karya Ibn
Bassam, Kitab al-Qalaaid karya al-Fath ibn Khaqan dan masih banyak yang
lainnya.
4) Musik dan Kesenian
Musik dan kesenian pada masa Islam di Spanyol sangat masyhur. Musik
dan seni banyak memperoleh apresiasi dari para penguasa istana. Tokohnya
antara lain al-Hasan ibn Nafi’ yang mendapat gelar Zaryab. Ia juga terkenal
sebagai penggubah lagu
5) Tafsir
Salah satu mufassir yang terkenal dari Andalusia adalah al-Qurthubi. Nama
lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abu Bakr ibn
Farh al-Anshari al-Andalusi. Karyanya adalah al-Jamii’ li Ahkaam al-
Qur’an yang terkenal dengan nama Tafsir al-Qurthubi yang terdiri dari 20
jilid.
6) Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai pusat penganut madzhab
Maliki. Adapun yang memperkenalkan madzhad ini di Spanyol adalah
Ziyad ibn Abd ar-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn
Yahya yang menjadi qadli pada masa Hisyam ibn Abd ar-Rahman. Ahli
fiqh lainnya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Muniz ibn Sa’id al-Baluthi,
Ibn Rusyd, asy-Syatibi, dan Ibn Hazm.
8

b. Kemajuan Arsitektur Bangunan


Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat
perhatian umat dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia
memiliki nilai arsitektur yang tinggi. Jalan-jalan sebagai jalur perdagangan
dibangun. Pasar-pasar dibangun untuk membangun ekonomi. Demikian pula,
dam-dam, kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-jembatan.
1) Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil
alih oleh Dinasti Umayyah. Kota Cordova dibangun dan diperindah oleh
penguasa muslim. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir
di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol
Islam itu. Pohon-pohon megah diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota
berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
pemandangan. Di antara kebanggaan Kota Cordova lainnya adalah Masjid
Cordova yang dikenal dengan nama La Mezquita dan telah dirubah
menjadi gereja.[16] Masjid ini memiliki menara yang terbuat dari marmer,
pintu dari tembaga kuning, bahkan salah satu pintunya ada yang terbuat
dari emas murni.[17] Kota ini memiliki 491 masjid.
2) Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol.
Arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang
indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol
Islam. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih diperpanjang
dengan Istana az-Zahra, Istana al-Gazar dan Menara Girilda.
3) Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada masa pemerintahan al-Muwahhidun. Sevilla
pernah menjadi ibu kota yang indah bersejarah. Semula kota ini adalah
rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta,
kemudian dirubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah berada di
bawah kekuasaan Islam selama kurang lebih 500 tahun. Salah satu
bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan
9

Sultan Yusuf Abu Ya’kub kini telah berubah menjadi gereja dengan nama
Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke kekuasaan Ferdinand pada
tahun 1248.
4) Toledo
Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam.
Ketika Romawi menguasai Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaan.
Dan ketika Thariq ibn Ziyad menguasainya, maka kota ini dijadikan pusat
kegiatan umat Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan
penerjemahan. Toledo direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia.
Beberapa peninggalan bangunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja
oleh umat Kristen.
Banyak faktor pendukung kemajuan Islam di Spanyol, antara lain
didukung oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa yang
mampu mempersatukan kekuatan umat Islam. Keberhasilan politik para
pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan para penguasa lainnya
yang mempelopori kegiatan ilmiah. Di samping itu, toleransi ditegakkan
oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
Sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Islam
Spanyol.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyyah di Baghdad dan
Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari keduanya tidak selalu
peperangan. Sejak abad ke-11 Masehi dan seterusnya, banyak kalangan
cendekiawan mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke
ujung Timur, begitu juga sebaliknya, sambil membawa buku-buku dan
gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam
terpecah dalam beberapa kesatuan politik tapi masih terdapat apa yang
disebut kesatuan budaya dalam Islam.
10

B. Masa Daulah Bani Umayyah

Sejak masa Rasulullah dan dilanjutkan masa khulafaurrasyidin ilmu


pengetahuan islam yang bersumber dari Al.Qur’an dan Hadist Nabi menjadi
sumber pertumbuhan dan perkembangan ilmu-ilmu agama islam. Semangat
mencintai agama islam yang sempurna inilah yang menyebabkan perkembangan
ilmu-ilmu islam cepat menyebar dikalangan umat islam baik yang berbangsa arab
sebagai penerus pembawa cahaya islam maupun non-arab sebagai penerima atas
kehadiran islam.
Salah satu pembawa misi cahaya islam tersebut adalah Dinasti Umaiyah,
karena keturunan Umaiyah yang kemudian mendirikan pemerintahan Umaiyah
memiliki prestasi disegala bidang baik social, politik, militer, kebudayaan/
kesenian dan utamanya kemajuan dibidang keilmuan islam. Seperti ilmu hadist,
tafsir, fikih, tauhid dan tasawuf.
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam
pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750
diJazirah Arab dan sekitarnya; serta dari 756 sampai 1031 diKordoba ,Spanyol.
Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek
buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I. Masa ini sebagai
masa perkembangan peradaban Islam, yang meliputi tiga benua yaitu, Asia,
Afrika, dan Eropa. Masa ini berlangsung selama 90 tahun (661 – 750 M) dan
berpusat di Damaskus.
Pada masa ini perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan sangat besar. Penyusunan ilmu pengetahuan lebih sistematis dan
dilakukan pembidangan ilmu pengetahuan (Sunanto,2003 : 42 dalam Muh.
Asroruddin A. J (2009)) sebagai berikut;
1. Ilmu pengetahuan bidang agama yaitu, segala ilmu yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Hadits.
2. Ilmu pengetahuan bidang sejarah yaitu, segala ilmu yang membahas
tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
11

3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa yaitu, segala ilmu yang mempelajari


bahasa, nahwu, sharaf dan lain-lain.
4. Ilmu pengetahuan bidang filsafat yaitu, segala ilmu yang pada umumnya
berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantiq,kedokteran, kimia,
astronomi, ilmu hitung dan ilmu lain yang berhubungan dengan ilmu itu.
Penggolongan ilmu tersebut dimaksudkan untuk mengklasifikasikan ilmu
sesuai dengan karakteristiknya, kesemuanya saling bahu-membahu satu dengan
yang lainnya, karena satu ilmu tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga ilmu
pengetahuan sudah menjadi satu keahlian, masuk kedalam bidang pemahaman
dan pemikiran yang memerlukan sitematika dan penyusunan. Akan tetapi,
golongan yang sudah biasa dengan keahlian ini adalah golongan non-Arab yang
disebut Mawali. Sedangkan bangsa Arab disibukkan dalam pimpinan
pemerintahan. Maka dapat kita ketahui tokoh-tokoh ilmu nahwu seperti
Sibawaihi, Al-Farisy dan Al-Zujaj yang kesemuanya mawali. Demikian juga
tokoh Hadits, seperti Al-Zuhry, AbuZubair Muhammad bin Muslim bin Idris,
Bukhary dan Muslim.(Supriyadi,2008 :109 dalam Muh. Asroruddin A. J (2009))
Hal itu dapat dikatakan bahwa peradaban Islam pada masa itusudah bersifat
internasional. Penduduknya meliputi puluhan bangsa,menganut bermacam-macam
agama, yang kesemuanya disatukan dengan bahasa Arab.

4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Agama


1. Bidang Ilmu Hadits
a. Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama
pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk
dibukukan Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab
Az-zuhri seorang yang tepat dan siap melaksanakan perintah kholifah,
maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap ahli untuk
dimintai informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah
masyarakat islam untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.
b. Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad,
12

diikuti oleh generasi dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan


buku hadist terkenal Muwatha’, imam Syafii menulis Al-Musnad. Pada
tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat sambutan serius
dari tokoh-tokoh islam, seperti:
a) Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
b) Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
c) Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
d) An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
e) At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
f) Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus
Shittah.
2. Di bidang Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin
ilmu baru yaitu ilmu tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan
ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu
dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril. Setelah Rasulullah wafat para
sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an bersandar dari
Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup.
Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah
Islam telah berkembang luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi
umat non-Arab mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir,
seperti Muqatil bin Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin
Jarir At-Thabary (w. 310).

3. Bidang Ilmu Fiqih


Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama
bagi umat islam, terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum. Pada
masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah
dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya
13

hanya pengertian yang Sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan


kebijaksanaan yang dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu msalah.
Pada tahap perkembangan pemikiran islam, lahir sebuah ilmu hukum
yang disebut Fiqih, yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah
berdasarkan suatu perintah untuk melakukan suatu perbuatan, perintah tidak
melakukan suatu perbuatan dan memilih antara melakukan atau tidak
melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara lain :
1) Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2) Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3) Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4) Az –Zuhri (Madinah)
5) Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6) Al –Hasan Basri (Basrah)
7) Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8) Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9) Asy –Syu’aibi (Kufah)
10) Makhul (Syam)
Pada zaman dinasti Umayyah ini telah berhasil meletakkan dasar-dasar
hukum islam menurut pertimbnagan kebijaksanaan dalam menetapkan keputusan
yang berdasar Al-Qur’an dan pemahaman nalar/akal.

4. Bidang Ilmu Taswuf


Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada
Allah saw, tujuannya agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam,
serta mendapatkan ketentraman jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia
memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil. Munculnya tasawuf, karena setelah
umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak terkendali, utamanya dalam
hal kecintaan terhadap materi.
Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf antara lain sebagai berikut :
1) Hasan Al-BasriHasan al-Basri mengenalkan kepada umat tentang pentingnya
tasawuf, karena tasawufdapat melatih jiwa/hati memiliki sifat zuhud(hatinya
14

tidak terpengaruh dengan harta benda, walau lahiriyah kaya), sifat roja’(harta
benda, anak-anak, jabatan tidak bisa menolong hidupnya tanpa adanya
harapan ridho dari Allah swt) dan sifat khouf(sifat takut kepada Allah swt
yang dalam dan melekat dalam jiwanya).
2) Sufyan Ats-Tsauri
Beliau lahir dikufah tahun 97 H, mempunyai nama lengkap: Abu Abdullah
Sufyan bin SA’id Ats-Tsauri. Pemikiran bidang taswuf merangkum sebagai
berikut:
 Manusia dapat memiliki sifat zuhud, bila saat ajalnya
menghampirinya, karena kelezatan dunia telah diambil Allah swt,
maka manusia baru ingat makna kehidupannya.
 Manusia dalam menjalani hidup didunia harus bekerja keras agar
hidupnya tercukupi, dengan kerja manusia dapat terhindar dari
kegelapan dan kehinaan.
3) Rabi’ah Al’Adawiyah
Beliau seorang wanita muliakarena kesadaran dan kecintaannya kepada
Allah. Dalam kemiskinan dan kehinaan, Rabi’ah menjalani hidup kesufian,
setiap hari air mata mengalir, karena getaran taubat, ingatan dzikir dan
laparnya nestapa setiap harinya.
4) Ibrahim bin Adham
Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari
kerajaan Persia yang meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk
menjalani hidup sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf. Peringatan
Ibrahim kepada manusia tertulis dalam sindirannya yang indah:”do’a-do’a
kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu telah mati”.

5. Perkembangan Bidang-bidang ilmu pengetahuan umum


1. Filsafat
Proses penerjemahan yang dilakukan umat Islam pada masa dinasti bani
abbasiyah mengalami kemajuan cukup besar. Para penerjemah tidak hanya
menerjemahkan ilmu pengetahuan dan peradaban bangsa-bangsa Yunani,
15

Romawi, Persia, Syiuria tetapi juga mencoba mentransfernya ke dalam bentuk


pemikiran. Diantara tokoh yang member andil dalam perkembangan ilmu dan
filsafat Islam adalah: Al-Kindi, Abu Nasr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu
Thufail, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd.

2. Ilmu Kalam
Menurut A. Hasimy lahirnya ilmu kalam karena dua factor: pertama, untuk
membela Islam dengan bersenjatakan filsafat. Kedua, karena semua masalah
termasuk masalah agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu.
Diantara tokoh ilmu kalam yaitu: wasil bin Atha’, Baqilani, Asy’ary, Ghazali,
Sajastani dan lain-lain.
3. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran merupakan salah satu ilmu yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Abbasiyah pada masa itu telan
didirikan apotek pertama di dunia, dan juga telah didirikan sekolah
farmasi. Tokoh-tokoh Islam yang terkenal dalam dunia kedokteran antara lain Al-
Razi dan Ibnu Sina.

4. Ilmu Kimia
Ilmu kimia juga termasuk salah satu ilmu pengetahuan yang
dikembangkan oleh kaum muslimin. Dalam bidang ini mereka memperkenalkan
eksperimen obyektif. Hal ini merupakan suatu perbaikan yang tegas dari cara
spekulasi yang ragu-ragu dari Yunani. Mereka melakukan pemeriksaan dari
gejala-gejala dan mengumpulkan kenyataan-kenyataan untuk membuat hipotesa
dan untuk mencari kesimpulan-kesimpulan yang benar-benar berdasarkan ilmu
pengetahuan diantara tokoh kimia yaitu: Jabir bin Hayyan.

5. Ilmu Hisab
Diantara ilmu yang dikembangkan pada masa pemerintahan abbasiyah
adalah ilmu hisab atau matematika. Ilmu ini berkembang karena kebutuhand asar
pemerintahan untuk menentukan waktu yang tepat. Dalam setiap pembangunan
16

semua sudut harus dihitung denga tepat, supaya tidak terdapat kesalahan dalam
pembangunan gedung-gedung dan sebagainya. Tokohnya adalah Muhammad bin
Musa al-Khawarizmi.

6. Sejarah
Pada masa ini sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu,
misalnya sejarah hidup nabi Muhammad. Ilmuwan dalam bidang ini adalah
Muhammad bin Sa’ad, Muhammad bin Ishaq

7. IlmuBumi
Ahli ilmu bumi pertama adalah Hisyam al-Kalbi, yang terkenal pada abad
ke-9 M, khususnya dalam studynya mengenai bidang kawasan arab.

8. Astronomi
Tokoh astronomi Islam pertama adalah Muhammad al-fazani dan dikenal
sebagai pembuat astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu
perbintangan pertama di kalangan muslim. Selain al-Fazani banyak ahli astronomi
yang bermunculan diantaranya adalah muhammad bin Musa al-Khawarizmi al-
Farghani al-Bathiani, al-biruni, Abdurrahman al-Sufi

6. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah


Menurut W. Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran
Bani Abbasiyah adalah :
1. Faktor Internal
a. Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling
percaya antara penguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
b. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah
kepada mereka sangat tinggi.
17

c. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara
bayaran sangat besar. Pada saat iu kekuatan militer menurun, khalifah
tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
d. Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib
pada saat pemerintahan Bani Umayyah, keduanya sama-sama tertindas.
Setelah dinasti Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap mempertahankan
persekutuan itu. Pada masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu
untuk saling berkuasa. Kecendrungan masing-masing bangsa untuk
berkusa telah dirasakan sejak awal pemerintahan Bani Abbas.
e. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan
dengan Kemunduran dibidang Politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dan
keuangan yang masuk lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul
Mal penuh dengan Harta. Setelah khalifah mengalami periode
kemunduran, pendapatan negara menurun, dengan demikian terjadi
kemerosotan ekonomi.
f. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan masalah kebangsaan.Pada
periode Abbasiyah , konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra
sehingga terjadi perpecahan. Berbagai Aliran keagaam seperti Mu'tazillah,
Syi'ah, Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan
pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan
berbagai faham keagamaan yang ada.

2. Faktor Eksternal
a. Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Pernag salib
yang terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan
18

perhatian Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib


sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
b. Serangan Bangsa Mongol
Sebagai awal penghancuran Bagdad dan Khilafah Islam, orang-orang
Mongolia menguasai negeri-negeri Asia Tengah Khurasan dan Persia dan
juga menguasai Asia Kecil. Pada bulan September 1257, Hulagu
mengirimkan ultimatum kepada Khalifah agar menyerah dan mendesak
agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan. Tetapi Khalifah tetap enggan
memberikan jawaban. Maka pada Januari 1258, Hulagu khan
menghancurkan tembok ibukota. Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim
langsung menyerah dan berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah itu
para pemimpin dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka
semua dieksekusi. Dan Hulagu beserta pasukannya menghancurkan kota
Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari
dengan jumlah korban sekitar dua juta orang. Dan Dengan terbunuhnya
Khalifah al-Mu’tashim telah menandai babak akhir dari Dinasti
Abbasiyah.

7. Kesimpulan
Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti yang mengalami
kemajuan sangat luar biasa dalam sejarah umat Islam. Terutama saat kekhalifahan
Harun al-Rasyid dan puteranya al-Makmun, kekhalifahan Abbasiyah berhasil
menjadi pusat peradaban dunia pada saat itu dan berpusat di ibu kotanya Baghdad.
Banyak sekali buku-buku keilmuan hasil karya para ilmuan yang terdapat di
lembaga-lembaga ilmu pengetahuan di kota Baghdad. Selain itu juga terdapat
berbagai bangunan pendidikan di Baghdad. Akan tetapi masa keemasan tersebut
tidak berlangsung selamanya, karena akibat konflik internal di dalam
kekhalifahan. Konflik internal yang sangat mempengaruhi pemerintahan, adalah
konflik yang ditimbulkan oleh banyakanya pertikaian dan perselisihan akibat
perbedaan mazhab. Hal ini membuat kekhalifahan menjadi melemah.
19

Kesempatan ini dapat dilihat oleh bangsa Mongol. Bangsa Mongol yang
terkenal bengis akhirnya melancarkan agresi ke Baghdad. Pasukan yang dipimpin
Hulagu Khan ini menghancurkan segala peradaban dan melakukan pembantaian
terhadap penduduk Baghdad. Serangan ini juga sekaligus mengakhiri kekuasaan
dinasti Abbasiyah. Dampak dari serangan ini selain meninggalkan catatan hitam
terhadap sejarah umat Islam tetapi juga sebagai awal kemunduran peradaban
Islam.
Sebab-sebab kehancuran dinasti Abbasiyah semoga bisa menjadikan
pembelajaran penting bagi generasi Islam selanjutnya, agar selalu menjunjung
tinggi solidaritas dan menghargai perbedaan pandangan mazhab di dalam agama
Islam.

Anda mungkin juga menyukai