Anda di halaman 1dari 6

BIOGRAFI BUNG TOMO (SUTOMO)

Disusun oleh:

DEDE INTAN

WINDA JULIANA P.

Kelas X TKJ 2

SMK TEKNOLOGI 2

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


BIOGRAFI BUNG TOMO (SUTOMO) –

KISAH PAHLAWAN INDONESIA DARI SURABAYA

Rakyat Indonesia mengenal dirinya sebagai Bung Tomo atau Sutomo,


salah satu pahlawan nasional Indonesia Dari Surabaya. Beliau adalah
salah satu tokoh penting yang mengobarkan semangat rakyat melawan
Belanda melalui pidatonya yang berapi api ketika pertempuran 10
november di Surabaya.

Biodata Bung Tomo (Sutomo)

Nama  : Bung Tomo / Sutomo


Lahir  : Surabaya, 3 Oktober 1920
Wafat  : Mekkah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981
Orang Tua  : Kartawan Tjiptowidjojo (ayah), Subastita (ibu)
Istri  : Sulistina Sutomo
Anak  : Bambang Sulistomo

Biografi Bung Tomo (Sutomo)


Bung Tomo atau Sutomo dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal
3 Oktober 1920 tepatnya di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya.

Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari


kelas menengah. Pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai

1
staf pribadi di sebuah perusahaan swasta. Dan sebagai asisten di kantor
pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda.
Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping
dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya
bernama Subastita, memiliki darah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan
Madura.
Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di
kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia
pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan
mesin jahit Singer.

Masa Kecil
Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia
berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja
keras untuk memperbaiki keadaan.

Pendidikan Bung Tomo


Mengenai riwayat pendidikan Bung Tomo, ia pernah bersekolah di MULO
(Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setara SMP. Namun, pada usia
12 tahun ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO.
Dalam Biografi Bung Tomo, diketahui bahwa Sutomo melakukan berbagai
pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda
dunia saat itu.

Belakangan ia menyelesaikan pendidikan sekolah HBS


(Hogereburgerschool) lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi
lulus.
Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa
Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan,
ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok
ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan
formalnya.
Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang
kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.
Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh
tiga orang Indonesia.

2
Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia
bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih
pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori
Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia.

Tokoh Penting Pertempuran Surabaya


Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat
penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu
Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat
Surabaya.

Pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara


NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan
pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan
emosi.

Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian


ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah
Kemerdekaan Indonesia.
Dalam biografi Bung Tomo diketahui bahwa setelah kemerdekaan
Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-
an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari
panggung politik.

Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal


pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali
muncul sebagai tokoh nasional.

Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata


Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung
Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang
Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956
di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang
mewakili Partai Rakyat Indonesia. Namun pada awal 1970-an, ia kembali
berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru.
Mengkritik Soeharto

3
Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga
pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya
khawatir akan kritik-kritiknya yang keras.
Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun
semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak
lagi berminat untuk bersikap vokal.
Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia
tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha
keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya.
Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun
tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon
pembaharu dalam agama.

Bung Tomo Wafat


Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang
menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan
para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci.
Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan
di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman
Umum Ngagel di Surabaya.

4
Gelar Pahlawan Nasional
Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi
Partai Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo
pada 9 November 2007.

Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan


pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini
disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia
Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai