Biodata Soetomo
Nama Soetomo
Tempat dan Tanggal Lahir Nganjuk, Jawa Timur pada 30 Juli 1888
Agama Islam
Ayah: Raden Suwaji
Anak -
Banyak sekali cabang sekolah yang didirikan oleh ISC, seperti sekolah tenun, bank,
koperasi dan sebagainya. Kemudian pada tahun 1931, ISC berganti nama menjadi
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
PBI dipimpin oleh Soetomo dan mulai berkembang pesat. Kemudian pada Januari
1934, tekanan dari pemerintah Belanda terhadap pergerakan Nasional semakin keras.
Kemudian organisasi Budi Utomo dan PBI digabungkan menjadi satu dengan nama
Parindra pada tahun 1935. Parindra diketuai oleh Soetomo, organisasi tersebut
bergerak di bidang politik dan kedokteran serta di bidang jurnalis dan memimpin
berbagai surat kabar.
Pada saat di Bangil, Jawa Timur, Soetomo ikut pamannya di sana agar dapat masuk ke
sekolah Europeesche Lagere School (ELS). Karena pernah ditolak di ELS, akhirnya
ayahnya menyarankan untuk Soetomo bersekolah di STOVIA.
Ketika bersekolah di STOVIA, Soetomo terkenal nakal dan tidak mau belajar. Hari demi
hari berlalu, setelah kepergian ayahnya, Soetomo mendadak berubah secara drastis
dan merubah hidupnya menjadi lebih baik.
Organisasi yang Pernah Diikuti oleh Soetomo
Berikut ini adalah beberapa organisasi yang pernah diikuti oleh Soetomo semasa
hidupnya:
Budi Utomo (20 Mei 1908)
ISC (1924)
Partai Indonesia Raya (1935)
Persatuan Bangsa Indonesia (1931)
Akhir Hayat Soetomo
Soetomo menghembuskan nafas terakhirnya dan wafat di Surabaya pada 30 Mei 1938. Jenazah beliau
dikebumikan di belakang Gedung Nasional Indonesia (GNI) di Bubutan, Surabaya.
Karena jasa-jasanya untuk bangsa dan kemerdekaan Indonesia, Soetomo dianugerahi sebagai Pahlawan
Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.657 Tahun 1961 tanggal 27 Desember.
Selain itu, nama Soetomo juga digunakan sebagai nama jalan, gedung, perguruan tinggi hingga rumah
sakit umum yang terletak di Surabaya, Jawa Timur.
Itulah biografi singkat Soetomo atau biasa dikenal dengan nama Bung Tomo, seperti itulah sejarah hidup,
pendidikan hingga kariernya hingga ia bisa disebut menjadi Pahlawan Nasional.
Masa muda[
Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, priyayi golongan menengah
yang pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah, staf perusahaan swasta, asisten kantor pajak, hingga pegawai
perusahan ekspor-impor Belanda. Kartawan mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pengikut
dekat Pangeran Diponegoro.
Ibu Sutomo bernama Subastita, seorang perempuan berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura anak
seorang distributor lokal mesin jahit Singer di wilayah Surabaya yang sebelum pindah ke Surabaya pernah jadi polisi
kotapraja dan anggota Sarekat Islam.
Sutomo sulung dari 6 orang bersaudara. Adiknya masing-masing bernama Sulastri, Suntari, Gatot Suprapto, Subastuti,
dan Hartini.[2]
Walaupun dibesarkan dalam keluarga yang sangat menghargai pendidikan, namun pada usia 12 tahun, Sutomo terpaksa
meninggalkan bangku MULO akibat tdampak Despresi Besar yang melanda dunia. Untuk membantu keluarga, ia mulai
bekerja secara serabutan. Meski begitu, belakangan Sutomo bisa masuk HBS secara korespondensi dan tercatat sebagai
murid yang dianggap lulus meski tidak secara resmi.
Sutomo lalu bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada usia 17 tahun, ia menjadi berhasil menjadi
orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942,
peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.