Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sheila Mawaddatus Solikha

NIM : 414221026

Kelas : PDB A-74

Biografi Bung Tomo

Matkul : Pancasila

Salah satu pahlwan nasional Indonesia yang sangat terkenal adalah Bung Tomo. Memiliki
nama asli Soetomo yang lahir pada tanggal 3 Oktober 1920 di kampung Blauran, Surabaya,
Jawa Timur. Ayah kandungnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, bekerja sebagai pegawai
pemerintah, perusahaan swasta, juga bekerja pada perusahaan ekspor impor Belanda. Bung
Tomo terlahir dalam kondisi lingkungan keluarga yang mengalami depresi ekonomi yang
saat itu melanda dunia pada tahun 1930-an. Saat itu ia turut bekerja membantu orang tuanya.
Bahkan saat usianya 12 tahun, ia meninggalkan pendidikannya di MULO. Pada usia 15
tahun, ia pergi ke Batavia dan menjadi mahasiswa STOVIA atau sekolah kedokteran Batavia
pada 10 Januari 1903.

Julukan “Bung Tomo” mulai muncul saat ia menginjak dewasa karena kepiawayan nya
dalam memobilisasi massa untuk mengikuti ambisinya. Asal mula ia menjadi aktif yaitu saat
sekitar tahun 1907, salah satu lulusan STOVIA juga, Wahidin Sudirohusodo, tengah
melakukan kampanye pendidikan di kalangan priayi Jawa. Tujuan kampanye tersebut adalah
meningkatkan martabat bangsa beserta rakyatnya. Suatu ketika, Sutomo bertemu dengan
Wahidin Sudirohusodo. Setelah mendengar penjelasan dari Wahidin, ia pun tertarik sehingga
menceritakan kampanye itu kepada teman-tmannya di STOVIA. Pada akhirnya, bersama
dengan Wahidin Sudirohusodo, Bung Tomo ikut mendirikan organisasi Budi Utomo pada
1908. Organisasi Budi Utomo inilah yang menjadi tonggak pergerakan nasional di Indonesia
dalam melawan pemerintah Hindia Belanda.

Pada 1945, terjadi pertempuran besar di Surabaya antara Sekutu yang diwakili Inggris dan
rakyat Surabaya. Kala itu, Kedatangan Inggris yang diboncengi NICA bermaksud untuk
merebut kembali Indonesia setelah merdeka pada 17 Agustus 1945. Dalam upaya melawan
pasukan tentara Inggris, Bung Tomo berorasi pada tanggal 10 November 1945 di lapangan
Benteng, Surabaya, ribuan pemuda memadati lapangan pada saat itu. Dengan semangat yang
berapi-api dan suara yang lantang, Bung Tomo menghimbau ribuan orang di Surabaya untuk
menunjukkan pada tentara Inggris bahwa rakyat Indonesia benar-benar ingin merdeka lepas
dari cengkraman penjajah. Orasinya membakar semangat para pemuda yang hadir
dilapangan saat itu. Peperangan yang berlangsung selama tiga minggu itu akhirnya
dimenangkan oleh tentara Inggris. Namun jasa Bung Tomo mengobarkan Semangat rakyat
pada saat itu terus dikenang dan orasi-orasinya diperdengarkan untuk membakar semangat
rakyat untuk mengusir penjajah.

Pada masa-masa pergolakan revolusi Indonesia, Bung Tomo mulai mengenal Sulistina.
Sulistina adalah perempuan yang dicintai oleh Bung Tomo dan mereka menikah pada 19
Juni 1947 ditengah masa revolusi saat masyarakat Indonesia masih berada dalam keadaan
genting. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai empat orang anak, masing-masing bernama
Tin Sulistami, Bambang Sulistomo, Sri Sulistami, dan Ratna Sulistami.

Pada masa Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, Bung Tomo dipilih untuk
menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri
Sosial Ad Interim pada 1955-1956. Masa jabatannya ini dimulai sejak 12 Agustus 1955
sampai 24 Maret 1956. Selain menjadi menteri, Bung Tomo juga tercatat pernah menjadi
anggota DPR periode 1956 – 1959 melalui partai yang didirikannya, Partai Rakyat Indonesia
(PRI). Namun sayang banyaknya kritik dan penolakan anggota DPR pada pemerintah
presiden Soekarno membuat DPR dianggap tidak dapat bekerja sama dengan pemerintah.
DPR dianggap tidak bisa menjadi mitra kerja sama dan selalu berseberangan dengan
kebijakan pemerintah. Akhirnya Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 itu pada 5
Maret 1960.

Pada tahun 1981 Bung tomo bersama putrinya menunaikan ibadah haji. Bung Tomo
berangkat dari Indonesia ke Tanah Suci pada September 1981. Namun, saat ulang tahunnya
ke-61 atau tepatnya 3 Oktober 1981, Bung Tomo tak sadarkan diri karena sakit. Menurut
hasil pemeriksaan dokter di Rumah Sakit Kerajaan Arab Saudi, pahlawan Nasional ini
menderita komplikasi hidrasi serta stroke. Setelah dua hari tak sadarkan diri, Bung Tomo
sempat siuman. Karena tak bisa diwakilkan, pada 9 Dzulhijjah Bung Tomo melakukan
wukuf di Arafah. Karena masih sakit, Bung Tomo berangkat dengan ditandu. Namun Allah
SWT rupanya memiliki rencana lain. Bung Tomo mengembuskan napas terakhir saat wukuf
di Padang Arafah. Jenazahnya kemudian dibawa kembali ke Indonesia dan dimakamkan di
TPU Ngagel, Surabaya.

Daftar Pustaka:

 Wahid, A. (2019). Bung Tomo : Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10
November. Laksana.

 https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/11/191953778/biografi-singkat-bung-
tomo-tokoh-dalam-pertempuran-surabaya-10-november?page=all

 https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/02/100000979/peran-bung-tomo-
dalam-kemerdekaan-
indonesia?page=all#:~:text=KOMPAS.com%20%2D%20Bung%20Tomo%20atau,
10%20November%201945%20di%20Surabaya

 https://surabaya.liputan6.com/read/4104525/kiprah-bung-tomo-di-lingkaran-
pemerintahan

 https://www.merdeka.com/trending/mati-sahid-saat-haji-ini-potret-kepulangan-
jenazah-bung-tomo-ke-ri-penuh-haru.html

Anda mungkin juga menyukai