Anda di halaman 1dari 12

BIOGRAFI PAHLAWAN 10 NOVEMBER

RIWAYAT HIDUP BUNG TOMO

A. Bung Tomo Kecil

Sutomo lahir di Kampung Blauran pinggir kota Surabaya. Sutomo lahir pada
tanggal 2 Oktober 1920 dan meninggal di Mekah, Arab Saudi, pada tanggal 7 Oktober
1981 pada umur 62 tahun. Bung Tomo dilahirkan dengan nama Sutomo. Pada saat
Sutomo baru berusia dua tahun, ibunya sempat mengatakan kepada Bung Tomo yang saat
itu baru belajar berbicara bahwa putranya kelak akan menjadi orang besar yang akan
membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan. Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat
menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat.Bung
Tomo sendiri ikut bekerja membantu orang tuanya. Ia suka bekerja keras untuk
memperbaiki keadaan.Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan
pendidikannya di MULO1 Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk
mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan
pendidikan HBS-nya2 lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.
Bung Tomo kecil nampak berbeda dengan anak-anak seusianya. Di masa kecilnya
Bung Tomo merupakan seorang anak yang pemberani, hal itu dilihat dari keberanian
Bung Tomo kecil yang berani berhadapan langsung dengan penjajah. Bung Tomo pun
sering berbincang dengan kakeknya sendiri, karena kakeknya tersebut merupakan orang
yang sering memperhatikan perkembangan masyarakat sekitar pada masa itu. Suatu
ketika Bung Tomo melihat seorang ustadz ceramah di masjid, salah satu isi ceramah
tersebut ialah ustadz tersebut ingin mengkritik kebijakan penjajah namun ustadz tersebut
1 MULO (singkatan dari bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs ) adalah Sekolah
MenengahPertamapada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs berarti
"Pendidikan Dasar Lebih Luas".MULO menggunakan Bahasa Belandasebagai bahasa pengantar. Pada
akhir tahun 1930-an, sekolah-sekolah MULO sudah ada hampir di setiap ibu kota kabupaten di Jawa .
Hanya beberapa kabupaten di luar Jawa yang mempunyai MULO.

2 HBS merupakan singkatan dari Hoogere Burgerschool .HBS adalah sekolah menengah umum pada zaman
Hindia Belanda yang diperuntukkan hanya untuk orang Belanda, Eropa atau bsngsawan pribumi.Masa studi
HBS berlangsung selama lima tahun atau setara dengan MULO dan AMS (SMP dan SMA) . (Lihat: Ibid,
hlm. 309)

1
hanya menyindir dan tidak berani mengkritik penjajah secara terang-terangan. Hal ini lah
yang kemudian Bung Tomo adukan kepada kakeknya. Di hati orang-orang pada masaitu
rasa ingin melawan penjajah memang sebenarnya sudah ada, namun pada masaitu
orangorang belum berani mengkritik atau melawan penjajah secara terang-terangankarena
masih takut dan khawatir terhadap ancaman yang dilakukan oleh penjajah jika melawan
pemerintahannya.3

B. Orang-orang di sekitar Bung Tomo

Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo,seorang kepala keluarga dari kelas


menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di
sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil
di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan
beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya
berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda dan Madura. Ia pernah bekerja sebagai polisi di
kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke
Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.4

C. Bung Tomo di Masa Muda

Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). 5 Belakangan


Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis
yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik
untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil
menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. 6 Bung

3 Abdul Waid, Op. Cit, hlm. 25.

4 Ibid.,hlm. 7.

5 KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) dibentuk pada awal tahun 1931 berdasarkan kesepakatan beberapa
organisasi kepanduan untuk melebur menjadi satu organisasi kepanduan dengan nama Kepanduan Bangsa
Indonesia (KBI). KBI didirikan sebagai bentuk dari keinginan banyak pihak untuk membentuk persatuan
organisasi kepanduan nasional. (Lihat: Abdul Waid, Pekik Bung Tomo, (Jakarta: Palapa, 2014), hlm. 26).

6 Ibid.,hlm. 27.

2
Tomo memiliki minat pada dunia jurnalisme. Ia pernah bekerja sebagai wartawan lepas
pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1937. Setahun kemudian, ia
menjadi redaktur Majalah Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok
harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya pada tahun 1939.

Pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara
pendudukan Jepang, Domei7 bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di
Surabaya pada tahun 1942-1945. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota
Gerakan Rakyat Baru7 yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal
dia.

Di masa kepemimpinan Soekarno, Bung Tomo pernah mengkritik kebijakan Soekarno


yang mengeluarkan kebijakan yang lebih menguntungkan pihak asing. Bung Karno saat

7
Kantor berita Domei adalah kantor berita radio milik pemerintah Jepang. Pada awalnya kantor
berita Domei ini hanya didirikan di Jepang, namun kemudian Jepang mendirikan kantor berita Domei di
Hindia Belanda yang merupakan negara jajahannya. Dan kantor berita radio Domei ini menjadi cikal bakal
berdirinya Radio Republik Indonesia (RRI). (Lihat: Sunarya, Kantor Berita Antara,
http:usbm.web.id/id3/2824-2722/kantor-berita-antara-16596-usbm-29-usbm.html. Diunduh tanggal 27
Maret 2017 pukul 13:20).

7 Pada tanggal 3 Juni 1945 diadakan suatu pertemuan rahasia yang dihadiri 100 pemuda untuk membentuk
panitia khusus.Sebagai realisasi dari rapat rahasia tersebut maka pada tanggal 15 Juni 1945 terbentuklah
Gerakan Angkatan Baru Indonesia. Tujuan dari organisasi ini adalah menjalin persatuan yang kompak di
antara golongan masyarakat Indonesia, menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran
sebagai rakyat yang berdaulat, membentuk negara kesatuan republik Indonesia mempersatukan kerja sama
dengan Jepang, namun jika dianggap perlu maka gerakan ini bermaksud untuk ”mencapai kemerdekaan
dengan tangan sendiri”.

Gerakan ini mendapat restu dari pemerintah Jepang. Dalam suatu pertemuan yang dipimpin
oleh Letnan Jenderal Y. Nagano dan berdasarkan hasil sidang Cuo Sangi In ke-8 diresmikanlah pendiria
Gerakan Rakyat Baru yang bertujuan untuk mengobarkan semangat cinta tanah air dan semangat perang.
Dalam keputusannya pemerintah Jepang meminta agar para pemuda tunduk kepada Gunseikan (pemerintah
militer Jepang). Hal ini membuat rasa tidak puas golongan pemuda, karena merasa gerakannya dibatasi
oleh pemerintah Jepang.

Pada tanggal 28 Juli 1945 Jawa Hokokai dan Masyumi digabungkan menjadi satu dengan
Gerakan Rakyat Baru. Rasa tidak puas ditunjukkan oleh Golongan Pemuda Radikal dengan meninggalkan
kursi yang telah disediakan. Dalam hal ini nampak jelas perbedaan paham antara golongan tua dan
golongan muda tentang cara pelaksanaan pembentukan negara Indonesia merdeka. (Ben Anderson,
Revolusi Pemuda Masa Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, (Jakarta: Sinar Harapan,
1988), hlm. 117).

3
itu marah karena merasa kebijakan yang dikeluarkannya sudah benar namun dikritik oleh
Bung Tomo yang menurutnya orang awam dan belum mengerti tentang politik.8

D. Kebiasaan dan Karakter Bung Tomo

Bung Tomo memiliki kebiasaan-kebiasaan dan karakter yang mungkin diantaranya tidak
diketahui oleh banyak orang, seperti kecintaan beliau kepada orang-orang disekitarnya
tak terkecuali kepada istrinya. Hal ini dibuktikan ketika Bung Tomo sehabis pulang
bertugas di luar kota, beliau selalu pulang dengan membawa oleh-oleh untuk orang-orang
yang beliau cintai. Selain itu juga Bung Tomo mempunyai kebiasaan atau karakter jujur
dan tegas ketika berbicara dan menatap tajam lawan bicaranya. Namun terkadang beliau
juga melakukan candaan di sela-sela obrolannya agar lawan bicaranya tidak tegang.

Bung Tomo merupakan sosok pekerja keras, hal ini dilihat dari kerja keras beliau
sejak kecil rajin membantu orang tuanya hingga beliau dewasa bekerja keras demi bangsa
dan negara. Bung Tomo merupakan sosok yang pandai bergaul dengan siapa pun, baik itu
dengan rakyat biasa sampai kepada orang-orang besar seperti kiyai hingga pejabat sangat
menghormati Bung Tomo.9

Bung Tomo sosok yang sangat memperhatikan penampilan. Meski pun pakaiannya
sederhana namun pakaian yang beliau pakai harus bersih dan rapih. Hal ini lah yang
menjadi perhatian khusus bagi istri Bung Tomo, Sulistina dalam mempersiapkan pakaian
yang akan dipakai oleh suaminya. Semua pakaian yang dipakai Bung Tomo harus rapih
dan bersih, termasuk juga sepatu yang harus dalam keadaan mengkilap ketika akan
dipakai.10

Karakter lain dari seorang Bung Tomo adalah Bung Tomo merupakan sosok orator dan
berkharisma tinggi, itu terbukti ketika beliau berorasi diradio dan berorasi di depan rakyat

8 Ibid., hlm. 51.

9 Nur Irma, Biografi Bung Tomo Pahlawan Indonesia http://www. biografipedia.com/2015/06/biografi-


bung-tomo-pahlawan-indonesia.html, diunduh pada tanggal 9 september 2016 pukul 14:00

10 Sulistina, Bung Tomo Suamiku, (Jakarta: Visi Media, 2008), hlm. 79.

4
sebelum pertempuran 10 November berlangsung. Orasi Bung Tomo tersebut langsung
direspon oleh rakyat dengan meletusnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Bung Tomo juga ternyata memiliki kegemaran sering menulis puisi. Belum diketahui
dari mana beliau belajar menulis puisi hingga menghasilkan puisi yang sangat indah.
Pada umumnya puisi-puisi Bung Tomo bertemakan tentang percintaan, puisi-puisi
tersebut banyak ditujukan kepada istrinya. Setiap ada kesempatan waktu luang beliau
selalu menyempatkan diri untuk menulis puisi, bahkan saat beliau berada dalam ruang
tahanan pun beliau masih bisa menuliskan puisi sebagai ungkapan rasa rindu kepada
istrinya.11

Bung Tomo sangat mengagumi Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Urip
Sumarsono.12 Bung Tomo merupakan anak buah Letnan Jenderal Urip Sumarsono,
sedangkan Jenderal Sudirman sendiri merupakan teman dekat dari Letnan Jenderal Urip
Sumarsono. Kedua panglima tentara ini sangat dikagumi oleh Bung Tomo.

Singkat cerita tentang Jenderal Sudirman dan Jenderal Urip Sumarsono. Jenderal
Sudirman merupakan seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional
Indonesia. Jasanya sangat besar, terutama dalam memimpin perang gerilya melawan
Belanda. Sikapnya yang pantang menyerah dan berjuang dengan hati yang ikhlas demi
bangsa dan negara membuat Jenderal Sudirman dikagumi oleh banyak orang. Pada
tanggal 12 November 1945 beliau terpilih sebagai panglima besar TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) karena Sudirman termasuk salah satu tokoh yang berperan
mendirikan TKR, sedangkan Jenderal Urip yang lebih dulu berkiprah di bidang militer
terpilih sebagai staf.13 Sudirman juga pernah menjabat sebagai wakil ketua Pemuda
Muhammadiyah Keresidenan Banyumas, selain itu beliau juga pernah aktif di organisasi
kepanduan Islam, Hizbul Wathan. Sudirman lahir di Purbalingga pada tanggal 24 Januari

11 Ibid ,hlm. 138.

12 Frans M. Parera, Bung Tomo dari 10 November 1945 ke Orde Baru, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 99.

13 R. Eddy Soekanto, Panglima Besar yang Tidak Pernah Sakit Biografi Jenderal Besar Sudirman,
(Yogyakarta: Narasi, 2015), hlm. 42.

5
1916 dan meninggal di Magelang karena penyakit yang dideritanya pada tanggal 29
Januari 1950 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.14
Sedangkan Jenderal Urip Sumarsono adalah seorang Jenderal dan Kepala Staf Umum
Tentara Nasional Indonesia pertama pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Sebenarnya
nama lahir Jenderal Urip Sumoharjo adalah Muhammad Sidik, namun saat ia masih kecil
nama itu dirubah menjadi Urip Sumoharjo, bahkan di buku lain ada yang menyebutkan
nama beliau adalah Urip Sumarsono. Di awal karirnya di bidang militer Urip Sumoharjo
mendapatkan letnan dua dari KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Lager).15Di KNIL
beliau bertugas selama 25 tahun dan berpindah-pindah tugas dari beberapa daerah di
Kalimantan hingga pindahtugas ke Pulau Jawa tepatnya di Purworejo, setelah itu beliau
pindah ke Magelang. Di Magelang beliau menikah dengan seorang wanita yang bernama
Rohmah Soebroto, putri dari guru bahasa Jawa dan Melayu yang pernah mengajar beliau.
Dari Magelang Urip pindah ke Ambarawa untuk melatih prajurit lokal. Setelah itu beliau
naik pangkat menjadi Kapten.16 Selain itu Jenderal Urip juga pernah ditangkap pada tahun
1942 saat Jepang menguasai Hindia Belanda, beliau ditahan di Cimahi selama tiga bulan.
Kemudian beliau terpilih sebagai staf di TKR (Tentara Keamanan Rakyat), beliau
menjadi panitia besar yang melakukan reorganisasi di badan militer Indonesia. Urip
pernah keluar dari TKR karena ada konflik di dalam tubuh TKR, setelah itu beliau
mendirikan kelompok yang menggabungkan kalangan masyarakat umum dengan tentara.
Urip Sumoharjo lahir di Purworejo pada tanggal 1893 dan meninggal di Yogyakarta pada
17 November 1948 dalam usia 55 tahun akibat serangan jantung dan dikebumikan
keesokan harinya di Taman Makam Pahlawan Semaki secara militer. 17

14 Lukman Santoso, Jenderal -Jenderal Yang Mempengaruhi Sejarah Dunia, (Jogjakarta: Palapa, 2014), hlm.
121-123.

15 Koninlkijk Nederlads Indische Lager atau KNIL adalah pasukan tentara yang dibentuk oleh pemerintah
Belanda dan sebagian besar dari personilnya merupakan orang-orang pribumi.KNIL didirikan pada tahun
1836 dan dibubarkan pada tanggal 26 Juli 1950 setelah pihak Belanda mengakui atas kemerdekaan
Imdonesia. (Lihat: Jean Rocher diterjemahkan oleh Iwan Santoso, KNIL Perang Kolonial di Nusantara
dalam Catatan Prancis, (Jakarta: Kompas, 2016), hlm. 23).

16 Kuncoro Hadi, Pahlawan Nasional, (Yogyakarta: Familia, 2015), hlm. 37.

17 Ibid., hlm. 54-57.

6
Dari kiprahnya itu lah Bung Tomo mengagumi kedua jenderal tersebut. Terlebih ketika
pertemuan pertama kali Bung Tomo dengan Sudirman dan Sumarsono. Pertemuan itu
berawal ketika Bung Tomo bersama pejuang lainnya bertemu dengan Jenderal Sudirman
dan Letnan Jenderal Urip Sumarsono di kereta api sehabis tugas dari Tasikmalaya menuju
Purwokerto.

Awalnya Bung Tomo tidak beraniketika anggota Staf Sekretariat Panglima Besar
menawarkan kepada Bung Tomo dan rekan-rekannya untuk duduk bersama Jenderal
Sudirman dan Letnan Jenderal Urip Sumarsono dalam satu ruangan di dalam kereta.
Karena pada masaitu, banyak orang yang menduga kalau Letnan Jenderal Urip
Sumarsono adalah mata-mata Belanda. Namun setelah berbincang dengan Letnan
Jenderal Urip Sumarsono cukup lama di dalam kereta, akhirnya Bung Tomo dan
rekanrekannya tahu bahwa Jenderal Urip Sumarsono yang merupakan bekas opsir tinggi
tentara Kerajaan Belanda itu, bukan merupakan mata-mata Belanda seperti yang
disangkakan banyak orang.18

Selain itu juga, Bung Tomo memiliki karakter pribadi yang mudah bergaul dengan
siapa pun. Hal itu pula lah yang membuat Bung Tomo akrab dengan semua kalangan,
mulai dari rakyat biasa, kiyai, bangsawan, sampai kepada pejabat semua hormat kepada
beliau. Contohnya ketika beliau bersekolah di HBS Bung Tomo akrab dengan siswasiswa
lainnya yang notabenenya adalah anak-anak keturunan Belanda. Selain itu Bung Tomo
juga memiliki kedekatan dengan para kiyai, meski pun beliau tidak pernah belajar di
pesantren. Kedekatan Bung Tomo ini dilihat dari setiap Bung Tomo akan melakukan aksi
khususnya peperangan, sebelum melakukan peperangan tersebut Bung Tomo selalu
meminta pendapat dan restu dari para kiyai.19

Bung Tomo merupakan pribadi yang rendah hati. Salah satu bukti bahwa Bung Tomo
bersikap rendah hati adalah ketika enam tahun setelah Indonesia merdeka tepatnya pada
tanggal 9 November 1951, hari itu menjelang Hari Pahlawan keesokan harinya di pagi
hari Bung Tomo menyaksikan koran-koran menampilkan foto beliau di bagian depan

18 Frans M. Parera, Op. Cit, hlm. 98.

19 Abdul Waid, Op. Cit, hlm. 33.

7
karena jasanya yang begitu besar terhadap pertempuran 10 November 1945. Namun Bung
Tomo merasa jasanya belum seberapa besar jika dibandingkan perjuangan rakyat dan
pejuang lainnya yang berperang dan gugur saat melawan penjajah. Bung Tomo lebih
bangga ketika menyaksikan generasi penerus yang menghargai pengorbanan para
pahlawan.20

Bung Tomo merupakan seorang tokoh yang taat beragama. Saat kecil Bung Tomo
tidak hanya dididik dengan ilmu pengetahuan umum saja, melainkan ilmu agama pun
tetap nomor satu yang diajarkan oleh orang tuanya kepada Bung Tomo. Hal itu lah yang
menjadikan keimanan Bung Tomo cukup kuat walaupun beliau bukan lulusan dari
pesantren. Hal itu dilihat ketika Bung Tomo berpidato untuk mengobarkan semangat
perjuangan rakyat, Bung Tomo selalu mengucapkan kalimat takbir di akhir pidatonya.
Bung Tomo juga sering meminta nasihat kepada kiyai atau ulama sebelum mengambil
keputusan. Selain itu juga Bung Tomo pernah menjadi anggota Gerakan Pemuda Ansor
yang merupakan salah satu organisasi pemuda keislaman. Hingga saat Bung Tomo wafat
pun beliau sedang melakukan ibadah haji. Hal-hal ini lah yang membuktikan ketakwaan
Bung Tomo kepada Islam sebagai agamanya.

E. Kesetiaan Bung Tomo Kepada Istrinya

Bung Tomo memiliki seorang istri yang bernama Sulistina. Pertemuan Bung Tomo
dengan Sulistina ini berawal ketika Bung Tomo terjun sebagai pejuang di medan perang,
sedangkan Sulistina bekerja sebagai relawan yang memenuhi kebutuhan medis para
pejuang, keduanya bertemu dalam masa peperangan. Pada pertemuan pertama itu, Bung
Tomo melihat Sulistina yang belum sama sekali ia kenal bersama rekannya yang sedang
bersembunyi di bawah kolong meja karena ketakutan akan mortir yang berjatuhan.
Sampai suatu ketika Bung Tomo mengajak Sulistina dan rekan-rekannya untuk pindah ke
tempat yang lebih aman. Sulistina pun baru mengetahui bahwa pemuda yang mengajak ia
dan rekan-rekannya untuk pindah tempat itu adalah Bung Tomo, setelah Sulistina
bertanya kepada rekannya. Sulistina memang sering mendengar suara Bung Tomo di

20 Frans M. Parera, Op. Cit, hlm. 91.

8
radio dengan pidatonya yang menggelegar, namun baru pertama kali ia melihat wajah
Bung Tomo dan kagum dengan ketampanan wajah Bung Tomo.21

Setelah saling mengenal, kedekatan Sulistina dan Bung Tomo pun semakin akrab. Bung
Tomo sering bercanda dengan Sulistina, sampai akhirnya Bung Tomo merayu dan
mengungkapkan rasa cintanya kepada Sulistina. Gangguan-gangguan kecil pun dialami
oleh Bung Tomo dan Sulistina saat keduanya mencoba merajut cinta. Contohnya,
meskipun banyak yang sudah tahu kalau Bung Tomo itu sudah punya kekasih, namun
banyak pula gadis-gadis yang mencoba menggoyahkan hati Bung Tomo. Bahkan ada pula
orang tua yang ingin menyodorkan putrinya kepada Bung Tomo. Akhirnya Bung Tomo
memutuskan untuk bertunangan terlebih dahulu dengan Sulistina agar aman dari godaan.
Bung Tomo akhirnya melamar Sulistina pada tanggal 5 Mei 1946. Acara lamaran
sederhana itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat mereka. Bung Tomo melamar Sulistina
dengan seperangkat kain dan sepasang cincin yang dikenakan di jari mereka sebagai
tanda calon pasangan suami istri. Kedua orang tua masing-masing pun merestui cinta
mereka, sampai akhirnya mereka menikah. Bung Tomo dan Sulistina menikah di tengah
konflik peperangan. Bung Tomo menikahi Sulistina pada tanggal 19 Juni 1947, akad
nikah dilakukan dikediaman Sulistina, Jl. Lowokwaru VI/12 Malang, Jawa
Timur.Sedangkan untuk resepsi sendiri diadakan beberapa hari setelah akad nikah di
sebuah hotel. Pernikahan Bung Tomo dengan Sulistina ini menuai pro dan kontra. Ada
yang mengeluhkan mengapa seorang pejuang seperti Bung Tomo yang selama ini
mengobarkan semangat perjuangan tapi ternyata tidak konsekuen atas janjinya untuk
tidak menikah sebelum perjuangan selesai. Namun keluhan-keluhan itu ditanggapi
dengan lapang dada oleh Bung Tomo dan Sulistina.22

Sulistina pernah cemburu kepada Bung Tomo saat ada kiriman pernak-pernik aksesoris
dari seorang gadis untuk Bung Tomo. Pada saat itu Sulistina dan Bung Tomo belum
menikah, kiriman itu merupakan kiriman yang dikembalikan gadis tersebut kepada Bung
Tomo karena sebelumnya Bung Tomo yang mengirimkan pernak-pernik kepada gadis
tersebut sebagai oleh-oleh. Dalam hati Sulistina sempat bertanya-tanya saat itu, apakah

21 Sulistina, Op. Cit, hlm. 14

22 Ibid, hal. 57.

9
benar Bung Tomo mencintai gadis lain selain dirinya. Ternyata dugaan Sulistina itu salah,
Bung Tomo memberi pernak-pernik kepada gadis itu hanya sebagai oleh-oleh bukan
karena mencintai gadis tersebut. Karena jika pulang dari luar kota, Bung Tomo sering
memberi oleh-oleh kepada orang-orang disekitarnya, termasuk gadis tersebut.

Setelah menikah mereka kemudian keduanya menetap di Yogyakarta. Awalnya setelah


menikah Bung Tomo dan Sulistina rencananya akan diungsikan ke Australia, karena
Belanda terus mengincar Bung Tomo dan Bung Karno karena dianggap sebagai orang
yang berbahaya. Diharapkan perjuangan Bung Tomo di Australia lebih tenang tanpa
khawatir ditangkap oleh kolonial, dan pidato-pidato Bung Tomo dari Australia
diupayakan akan tetap tersiarkan hingga ke tanah air melalui radio. Bung Tomo rencanya
akan berangkat ke Australia melalui Lapangan Terbang Bugis di Malang. Sebelum
berangkat Bung Tomo dan Sulistina pergi ke Yogyakarta terlebih dahulu untuk pamit
kepada Jenderal Sudirman. Namun dalam perjalanan menuju Yogyakarta, Bung Tomo
menerima kabar bahwa Lapangan Bugis telah dibom dan Kota Malang jatuh ke tangan
Belanda. Akhirnya Bung Tomo dan Sulistina batal pergi ke Australia, dan memilih untuk
tinggal disebuah kamar di markas BPRI23, Jalan Balapan, Yogyakarta.24

Bung Tomo merupakan sosok yang sangat mencintai istrinya, bahkan saat beliau
dipenjara pun beliau mengobati rasa rindu kepada istrinya dengan cara menulis puisi
untuk kemudian dikirim kepada istrinya. Dari pernikahan Bung Tomo dengan Sulistina,
mereka dikaruniai empat orang putra-putri, yakni Ir. Tin Sulistami (29 Juni 1948), Drs.
Bambang Sulistomo (22 April 1950), Drg. Sri Sulistami (16 Agustus 1951), dan Dra.Psi.
Ratna Sulistami (12 November 1958). Selama mengarungi bahtera rumah tangga
keduanya selalu setia menemani baik suka maupun duka. Susah dan senang mereka

23 BPRI adalah Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia, disingkat BPRI, bertujuan mewujudkan dan
mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.Latar belakang istilah “Barisan Pemberontakan”, bukan
“Barisan Pejuang” atau yang semisalnya terjadi karena situasinya secara faktual Belanda sebagai pemegang
kekuasaan sedangkan penduduk lokal sebagai rakyat biasa.BPRI menghimpun perlawanan rakyat terhadap
Belanda yang ingin berkuasa kembali di Indonesia setelah kekalahan Jepang atas sekutu. (Lihat: Arifin
Suryo Nugroho, Detik-Detik Proklamasi Saat-Saat Menegangkan Menjelang Kemerdekaan Republik,
(Yogyakarta: Narasi, 2016), hlm. 77).

24 Ibid, hlm. 59

10
hadapi bersama dan tidak pernah mengeluh. Di masa perjuangan, Sulistina dan Bung
Tomo pernah mengalami kesulitan ekonomi, kemudian mereka bersama-sama berternak
bebek. Mereka juga pernah kesulitan membeli seragam sekolah untuk anak-anaknya,
akhirnya Sulistina menjahit sendiri seragam sekolah untuk anak-anaknya. 25

Pada tanggal 31 Agustus 2016 Sulistina wafat di usia 91 tahun karena sakit. Menurut
sang anak, Bambang Sulistomo, ibunya (Sulistina) selalu berpesan untuk mengedepankan
bangsa dan menghargai bendera merah putih supaya menghargai jasa para pejuang yang
berkorban tanpa pamrih. Selain itu Sulistina memiliki keinginan yang belum terwujud,
yaitu ingin membuat museum peradaban bangsa. Menurut Sulistina bangsa ini pernah
besar seperti pada masa Majapaht. Museum yang diberi nama Museum Perdamaian
Majapahit ini rencananya didirikan di daerah Trowulan yang merupakan bekas Kerajaan
Majapahit, tapi saat museum ini masih dalam tahap persetujuan ke pemerintah, Sulistina
telah wafat terlebih dahulu. Dan sekarang pendirian museum ini sedang diperjuangkan
oleh anak-anaknya.26

F. Bung Tomo Menjelang Akhir Hayatnya

Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang


menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji
yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke
tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di
Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya. Hal itu karena Bung Tomo pernah
berwasiat jika meninggal beliau ingin dimakamkan di tempat pemakaman umum
membaur bersama makam rakyat.27

25 6Fauzi, Istri Bung Tomo Sulistina, http:// nasional.


republik.co.id/berita/nasional/umum/16/08/31/ocrzfg361-pesan-terakhir-istri-bung-tomo-jangan-
khianatimerah-putih, diunduh pada 29 Desember 2016, pukul 11:05.

26 Jamal Suteja, Istri Bung Tomo Meninggal, http:// www.radarcirebon.com/ istri-bung-tomoberpulang-ini-


pesan-kepada-anaknya.html, diunduh pada 29 Desember 2016, pukul 11.00.

27 Salman Iskandar, 99 Tokoh Muslim Indonesia, (Bandung: Mizan Media Utama, 2009), hlm. 60.

11
12

Anda mungkin juga menyukai