FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
OLEH :
1. Alberta Yoshe M Tansil 17014101001
2. Erynne Gracia M Sheriman 17014101057
3. Christian Toar Kaunang 17014101033
4. Ni Made Putri Jayalaksmi 17014101050
5. Ramdan
DOSEN PEMBIMBING :
dr. Bobby F Paat, Sp.Rad
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis
sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi
terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer1,4,5.
EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia, dan
sebagian besar negara-negara di dunia4. Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru
(2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3
di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan
jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar
setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan
nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi3. Baik di Indonesia maupun
di dunia, TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia yang utama. Walaupun
sudah lebih dari seabad sejak penyebabnya ditemukan oleh ilmuwan Jerman,
Robert Koch, pada tahun 1882, TB belum dapat diberantas bahkan terus
berkembang 2. Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat pada saat ini
diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1) diagnosis yang tidak tepat, (2)
pengobatan yang tidak adekuat, (3) program penanggulangan tidak dilaksanakan
dengan tepat, (4) infeksi endemik human immuno-deficiency virus (HIV), (5)
migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self treatment), (7) meningkatnya
kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang kurang memadai4,6.
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Penyakit TB dapat berkembang pada seseorang melalui dua cara. Yang pertama
dapat terjadi pada seseorang yang telah beberapa tahun terinfeksi TB dan telah
sembuh sempurna. Ketika kesehatannya menurun karena penyakit lain seperti
AIDS atau diabetes, atau karena penyalahgunaan alkohol maupun kurangnya
kepedulian terhadap kesehatan karena menjadi tuna wisma, infeksi TB dapat
menjadi penyakit TB. Pada cara ini, seseorang dapat menjadi sakit beberapa bulan
atau bahkan beberapa tahun setelah mereka menghirup kuman TB2.
Cara yang lain terjadi jauh lebih cepat. Terkadang ketika seseorang pertama
kali menghirup kuman TB, tubuhnya tidak mampu melindungi diri terhadap
penyakit ini. Kuman tersebut kemudian berkembang menjadi penyakit TB aktif
dalam beberapa minggu. Seseorang dengan TB aktif akan menjadi sangat infeksius
dan dapat menyebarkan TB ke orang lain2.
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
kuman TB terhenti. Namun sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam
granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke
dalam alveoli akan segera dimusnahkan1,2.
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya tidak sesempurna
fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama
bertahun-tahun dalam kelenjar ini1,2.
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang
terjadi dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus
primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis dan pleuritis fokal.
Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan
keluar melalui brokus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas).
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal saat awal
infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat
terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal menimbulkan
hiperinflasi di segmen distal paru. Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan
menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau
membentuk fistula. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus
sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut
sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi1,2.
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar
ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada
penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar
ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB
disebut sebagai penyakit sistemik1,2.
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
fokus Simon. Bertahun-tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun,
fokus Simon ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ
terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain1,2.
Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogen
generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini,
sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang
disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah
terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman
TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata
terjadi karena tidak adekuatnya sistem pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB,
misalnya pada balita1,2.
Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic
spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui
cara ini akan mempunyai ukuran lebih kurang sama. Istilah milier berasal dari
gambaran lesi diseminata yang menyerupai butir padi-padian/jewawut (millet seed).
Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang
secara histologik merupakan granuloma1,2.
Bentuk penyebaran yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic
spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu proses perkijuan menyebar ke
saluran vaskular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan
beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak
dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat
terjadi secara berulang1,2.
Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama),
biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgreen, ada tiga bentuk dasar TB
pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru
kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier atau
meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar
regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya TB
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB
paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak
mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering
pada remaja dan dewasa muda1,2.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang
terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan
paling banyak terjadi dalam 1 tahun, tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. TB
ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer1.
DIAGNOSA
I. Gejala Klinis
1. Demam
2. Batuk / batuk darah
3. Sesak nafas
4. Nyeri dada
5. Malaise
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai
diagnosa utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes
tuberkulin ( +) dan tanpa menunjukkan gejala.
Ada 3 macam proyeksi pemotretan pada foto toraks pasien yang dicurigai
TB, yaitu :
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang
kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan napas dan akhir
inspirasi dalam.
Gambaran Radiologis TB
1. Tuberkulosis Primer8
Hampir semua infeksi TB primer tidak disertai gejala klinis, sehingga paling
sering didiagnosis dengan tuberkulin test. Pada umumnya menyerang anak,
tetapi bisa terjadi pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah.
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
Lokasi kelainan biasanya terdapat pada satu lobus, dan paru kanan lebih
sering terkena, terutama di daerah lobus bawah, tengah dan lingula serta
segmen anterior lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer
ini adalah adalah limfadenopati, parenchymal disease, miliary disease, dan
efusi pleura. . Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu
komplikasi yang mungkin timbul adalah Pleuritis eksudatif, akibat
perluasan infitrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen.
Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi
kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis pada anak-
anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi
dibelakangnya.
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar). Foto toraks
PA dan lateral
Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa atau
timbul reinfeksi pada seseorang yang semasa kecilnya pernah menderita
tuberculosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri. Kavitas
merupakan ciri dari tuberculosis sekunder.7
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas
dan segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru
yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Ada beberapa bentuk kelainan yang dapat dilihat pada foto roentgen, antara
lain :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan atau bercak-bercak yang batasnya tidak tegas
dengan densitas rendah.
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu berbentuk garis-garis berbatas tegas, dengan
densitas tinggi.
4. Kavitas atau lubang
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
Tuberkuloma
Kelainan ini menyerupai tumor. Bila terdapat di otak, tuberkuloma juga bersifat
suatu lesi yng menempati ruangan ( space occupying lesion / SOL ). Tuberkuloma
adalah suatu sarang keju (caseosa) dan biasanya menunjukkan penyakit yang tidak
begitu virulen bahkan biasanya tuberkuloma bersifat tidak aktif lebih-lebih bila
batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada sarang perkapuran, sesuatu yang dapat
dilihat jelas pada tomogram.
Foto Toraks dengan proyeksi PA dan Lateral yang terdapat pada anak -anak
berusia 7 bulan dengan TB Milliar. Terdapat beberapa nodul di seluruh lapangan
keduaparu. Dan terdapat konsolidasi di lobus kanan atas
Penyembuhan
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh (proses tenang) bila
setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama.
Sifat bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang, melainkan
garis-garis atau bintik-bintik kapur dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan
klinik - laboratorium, termasuk sputum.
1. Pleuritis
Terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui
penyebaran hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 10-15
ml. Efusi pleura bias terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda meniscus
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
sign/ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus efusi
pleura sudah bias dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal.
Penebalan pleura di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas TB paru.
Pleuritis TB bias terlokalisir dan membentuk empiema. CT Toraks berguna
dalam memperlihatkan aktifitas dari pleuritis TB dan empiema.
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru. Pada
foto toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut’ (Snow
storm apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal, Tulang,
Sendi, Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius )
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering
tipis berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin terlihat
cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan fibrotik dan
bersifat tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up) dinamakan
lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang sudah tenang.
Pemeriksaan laboratorium
2. TB post primer
1. NTM
2. Silikosis
3. Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
4. Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor paru
5. kavitas multiple bisa dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan
jamur.
VII. Komplikasi
Frekuensi tuberculosis tulang yang paling ting adalah pada tulang belakang,
biasanya di daerah torakal dan lumbal, jarang di daerah servikal. Lesi biasanya pada
korpus vertebra dan proses dapat bermula di 3 tempat
Karena bagian depan korpus vertebra paling banyak mengaiami destruksi di sertai
adanya kolaps, maka korpus vertebra akan berbentuk baji dan pada tempat tersebut
timbul gibbus. Pada tipe sentral, abses timbul pada bagian tengah korpus vertebra
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
dan diskus lambat terkena proses. Bila lesi meluas ke tepi tulang, maka proses
selanjutnya adalah seperti pada tipe marginal
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
Meningitis Tuberkulosa
Meningitis TB adalah manifestasi dari tuberculosis SSP. Diagnosis dini sangat
penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.Penyebarannya biasanya
hematogen. Temuan radiografi yang khas adalah abnormal enchancement
meningeal, biasanya paling menonjol pada sisterna basal.7
Tuberkulosis Parenkim
Lesi ini dapat soliter, beberapa, atau miliaria dan dapat dilihat di mana saja dalam
parenkim otak, meskipun paling sering terjadi di dalam lobus frontal dan parietal7.
Tuberkulosis Abdominal
Perut adalah fokus paling sering pada penyakit tuberkulosis luar paru. CT
adalah andalan untuk menyelidiki TBC perut , namun pengetahuan
modalitas imaging lainnya, seperti pemeriksaan barium enema, juga penting untuk
menghindari salah diagnose dalam kasus di mana TB awalnya tidak dicurigai.7
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.
o Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat
o Beberapa obat berikut ini masih tersedia di Indonesia antara lain:
Kapreomisin, Sikloserin, PAS (dulu tersedia), Derivat rifampisin dan INH,
Thiomides.
Panduan Pengobatan :
II. Kambuh : RHZES/ IRHZE sesuai hasil uji resistensi atau 2 RHZES/ 1 RHZE/
5 RHE
- Gagal pengobatan: 3-6 kanamisin, oflosaksin, etionamid, sikloserin/ 15-18
ofloksasin, etionamid, sikloserin, atau 2 RHZES/1 RHZE/ 5 RHE
V. TB paru kronik
RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2
(pengobatan minimal 18 bulan)
VI. MDR TB
Sesuai uji reistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup.
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI REFERAT
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal E-Biomedik;2016:4(2).
Diseases. 2017;1:28-31.
8. Nachiappan AC, Rahbar K, Guy ES, Barbosa EM, Shroff GS, Ocazionez
Management. Radiographics;2017:4(1).