Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Kinetika dan Katalisis

“Katalis Pada Produksi Bensin (Gasoline)”

Disusun Oleh :

Wilson Sanjaya / 2016620028

Gerry Irawan / 2016620030

Andreas Adi / 2016620050

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2018
BAB I
PEMBUKAAN

Gasoline, atau yang dikenal sebagai bensin, merupakan gas alam yang mengandung
banyak sekali komposisinya. Gasoline terdiri atas hidrokarbon yang mendidih rentang
temperatur 30-200 ° C. Gasoline terdiri atas naftana, butana, berbagai macam gugus alcohol, dan
juga berbagai macam gugus aromatic. Gugus aromatik dibutuhkan untuk menjadi komponen
yang menahan pengapian otomatis untuk memungkinkan campuran bahan bakar menyala hanya
dengan percikan api.

Gasoline bisa didapatkan dari proses cracking, polimerisasi, alkilasi, reforming, treating,
blending. Proses yang akan dijelaskan secara lanjut dalam makalah ini adalah cracking. Cracking
adalah reaksi endotermik yang membutuhkan suhu tinggisendiri dibagi menjadi 3 jenis yaitu
thermal cracking (dengan suhu panas), catalytic cracking (menggunakan katalis), dan
hydrocracking. Jenis cracking yang akan dibahas lebih lanjut adalah catalytic cracking.

Pada catalytic cracking, fraksi-fraksi yang molekulnya lebih berat dan residu diubah
menjadi nafta yang lebih berguna. Catalytic Cracking merupakan reaksi endotermik, dan
dilakukan pada suhu yang tinggi (sekitar 500 ᴼC). Pada catalytic cracking, minyak mentah
diubah menjadi dan bensin beroktan tinggi dengan zeolit Y yang dikeringkan cerium dan
lanthanum. Keuntungan dibandingkan dengan proses cracking termal konvensional adalah hasil
konversi yang lebih baik dan kualitas produk yang lebih baik.

Gasoline memiliki kegunaan sangat beragam, seperti sebagai bahan bakar untuk
kendaraan bermotor. Pada produksi gasoline, digunakan proses distilasi bertingkat untuk
memisahkan campuran yang mengandung banyak sekali zat. Pada aliran gasoline, gasoline ini
banyak mengandung olefin, yang menandakan untuk nomor oktan dari bahan bakar. Nomor
oktan adalah ukuran kemampuan bensin untuk mencegah pemecahan partikelnya. Semakin besar
nomor oktannya, maka kualitasnya semakin bagus, dan pada saat digunakan sebagai bahan
bakar, maka performanya pun ikut meningkat. Komponen-komponen utama lainnya dalam
bensin berasal catalytic cracking, alkilasi dan penambahan oktan oksigen penguat, seperti metil
tersier-butil eter (MTBE).

Page | 1
Pada catalytic cracking, fraksi-fraksi yang molekulnya lebih berat dan residu diubah
menjadi nafta yang lebih berguna. Catalytic Cracking merupakan reaksi endotermik, dan
dilakukan pada suhu yang tinggi (sekitar 500 ᴼC). Pada awal abad ke-20, catalytic cracking
dilakukan dengan mencampur fraksi berat dengan AlCl 3 dalam proses batch. Lalu katalitik fixed-
bed , seperti contoh SiO2 / Al2O3 mulai digunakan dengan sebagai katalis. kelas katalis
berikutnya Silika-silika amorf. Pada masa sekarang, untuk mengikuti tren, katalis yang
digunakan adalah zeolite, yang memiliki sifat keasaman tinggi dan kestabilan termal yang tinggi.
Pada penggunaannya, katalis zeolite dalam reaktor difluidisasikan. Zeolite yang biasa digunakan
adalah faujasit untuk catalytic cracking. Alkilasi adalah reaksi antara iso-butana dan olefin-olefin
lainnya seperti propena, butena dan pentena untuk menghasilkan banyak alkana bercabang, yang
akan meningkatkan nilai oktan bensin. Reaksi alkilasi ini dilakukan pada suhu rendah dan katalis
yang digunakan adalah katalis asam, seperti contoh H2SO4 dengan tingkat konsumsi katalis yang
tinggi. Konsumsi katalis adalah kurang lebih sekitar 100 kg asam per ton produk alkilat.

Page | 2
BAB II
KATALIS
Proses cracking pada minyak bumi mentah menggunakan berbagai macam katalis,
misalnya katalis asam dan zeolite. Katalis asam yang digunakan biasanya menggunakan asam
sulfat pekat pada proses alkilasi, dengan tujuan untuk meningkatkan bilangan oktan pada fraksi
minyak bumi. Selain katalis asam, zeolite juga sering digunakan untuk proses alkilasi pada
minyak bumi mentah.

Pada catalytic cracking, reaksi dilakukan pada suhu 500-550ᴼC. Katalis pada filler
mengandung zat-zat yang bersifat asam. Lalu pada catalytic cracking beberapa jenis katalis yang
digunakan adalah silika alumina sintetis ata silika magnesia sebagai pengikat. Silika-alumina
dibuat dengan sintesis proses sol-gel dengan katalisis asam-basa. Sedangkan katalis zeolite
digunakan sebagai sisi aktifnya.

Untuk mendapat kualitas yang cracking yang baik, beberapa syarat harus dipenuhi,
seperti molekul besar, reaksi pembentukan gas harus rendah, stabil, resistansi terhadap racun
(seperti V dan NI) harus tinggi, dan harus memiliki temperatu regenerasi yang tinggi . Hal-hal ini
sangat oenting dan harus diperhatikan dalam penggunaan katalis dalam industry pembuatan
bensin gasoline, terutama pada aspek cracking. Katalis dimodifikasi oleh promotor dan racun,
yang merupakan zat yang ditambahkan secara sengaja atau tidak sengaja, yang dapat
mempengaruhi aktivitas, selektivitas, dan masa hidup katalis. Tindakan pengubah ini memiliki
dampak dalam kinerja katalis dalam produksi gasoline.

Katalis asam yang digunakan untuk proses alkilasi berfasa cair sehingga katalis yang
digunakan termasuk katalis homogen sedangkan katalis zeolite yang digunakan pada proses
alkilasi berfasa padat sehingga katalis yang digunakan termasuk katalis heterogen. Katalis asam
yang digunakan termasuk dalam kategori katalis homogen karena berfasa cair dengan setiap
molekul katalis berperan aktif untuk mempercepat reaksi, sukar dipisahkan dari campuran reaksi
dan mudah terurai pada temperatur tinggi sedangkan katalis zeolite termasuk dalam kategori
katalis heterogen karena zeolite yang dipakai berfasa padat dengan pusat aktif yang tidak
seragam, mudah dipisahkan dari campuran reaksi dan stabil pada suhu tinggi.

Page | 3
Katalis asam yang digunakan pada reaktor akan diregenerasi agar dapat dilakukan secara
terus menerus dan didapatkan operasi yang kontinu karena katalis sukar untuk dipisahkan ketika
di dalam reaktor sehingga reaksi yang terbantu oleh katalis asam akan diregenerasi dengan
memasukkan ulang katalis asam dan operasi akan berjalan secara kontinu. Katalis zeolite yang
digunakan reaktor akan dipisahkan dari reaksi karena zeolite yang terpakai nantinya akan
menipis dan sulit untuk digunakan kembali ke dalam reaksi agar dapat mempercepat reaksi
karena mudah dipisahkan dari campuran reaksi.

Ukuran reaktor dengan diameter dari 10 hingga 30 kaki sering digunakan dalam produksi
secara komersial atau besar. Secara umum, rasio antara tinggi dengan diameter antara 2:1.
Reaktor ini sering digunakan untuk reaksi regenerasi eksotermik yang digunakan untuk proses
perengkahan / cracking.

Pada satu contoh kasus yang didapat suatu sumber, yaitu pembuatan bahan bakar minyak
dari limbah plastik dengan jenis LDPE (Low Density Polyethylene) dan PVC (Polyvinyl
Chloride). Dalam pembuatan bahan bakar minyak dari limbah plastik, dibutuhkan tiga tahapan
penting agar dapat mengubah susunan rantai panjang dari plastik jenis tersebut. Tahap pertama
yaitu pirolisis, membakar limbah plastik tanpa menggunakan oksigen pada kisaran suhu 800ᴼC
hingga 1000ᴼC. Proses ini menghasilkan gas yang ramah lingkungan yaitu CO 2 dan H2O dengan
kadar CO2 yang tidak terlalu besar. Proses ini akan menghasilkan senyawa hidrokarbon dengan
rantai pendek, mulai dari C1 hingga C4. Tahap kedua yaitu hydrotreating atau hydrocracking,
memisahkan komponen-komponen pengganggu yang didapat dari produk hasi pirolisis, dengan
menghilangkan senyawa yang mengandung gugus aromatik. Tahap terakhir yaitu hydro-
isomerasi, mengubah produk dengan viskositas yang rendah menjadi lebih tinggi dengan bantuan
katalis. Besar konversi yang dapat diubah dari limbah plastik menjadi bahan bakar minyak
berdasarkan sumber yaitu sekitar 60%. Katalis yang dipakai pada proses ini yaitu zeolite. Katalis
ini perlu diaktivasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Langkah pertama yaitu zeolite alam yang
didapat melalui tahapan proses fisika, dengan penggerusan, filtrasi dan pencucian dengan
aquadest, yang kemudian diuji menggunakan spektrofotometer absorpsi atom agar mendapatkan
katalis dengan kadar yang diinginkan. Selanjutnya zeolite yang sudah diproses secara fisika akan
diproses secara kimia. Pertama, zeolite alam direndam dengan larutan HF 1% selama beberapa
menit. Kedua, setelah direndam kemudian refluks dengan larutan HCl 3M pada suhu sekitar

Page | 4
80ᴼC selama satu jam, yang dilanjutkan dengan reflulks kembali dengan larutan NH 4Cl 1M pada
suhu 90ᴼC selama dua jam. Refluks dengan NH4Cl dilakukan selama tujuh kali. Ketiga, zeolite
di kalsinasi, yaitu proses pemanasan hingga temperature tinggi namun masih berada di bawah
titik lebur agar dapat menghilangkan kandungan yang dapat menguap di dalamnya. Keempat,
zeolite kemudian diproses selama hidrotermal, yaitu proses pembentukan mineral yang terjadi
pada suhu dan tekanan yang sangat rendah. Proses hidrotermal ini akan berlangsung selama
kurang lebih lima jam pada suhu kalsinasi. Terakhir, zeolite dioksidasi selama dua jam pada suhu
kalsinasi dan diuji menggunakan spektrofotometer absorbsi atom untuk diuji apakah zeolite alam
sudah aktif atau belum. Setelah zeolite alam sudah aktif, zeolite disiapkan untuk katalis Ni-Cr.

Pada produksi bensin, konversi rata-rata yag terjadi dari minyak bumi menuju bensin
adalah 44,4%. Pada produksi bensin, tidak ada produk limbah dari minyak bumi. Bahan kimia
ringan yang terbentuk adalah gas alam, liquified petroleum gas (LPG), bahan bakar jet (avtur),
dan kerosin. Produk yang lebih berat digunakan untuk pembuatan pelumas, plastik, dan aspal.
Aspal terbentu dari beberapa campuran hidrokarbon yang disebut bitumens.

Pada produksi gasoline, racun yang dapat menurunkan bahkan mengdeaktivasi kinerja
katalis salah satu contohnya karbon, yang menjadi racun pada katalis silika–alumina. Hal ini
terjadi pada saat cracking. Racun pada katalis juga dapat terjadi secara alami dan racunnya
terdapat di dalam aliran umpan (bahan yang dimasukan) pada reaktor. Minyak mentah (crude
oil) yang mengandung berbagai bahan seperti belerang, logam vanadium dan nikel, logam mulia
dapat menjadi racun pada kilang minyak.

Page | 5
BAB III

REAKTOR

Reaktor yang digunakan untuk gasoline production ini adalah reaktor unggun terfluidisasi
atau fluidized bed reactor. Fluidized bed reactor adalah satu di mana partikel katalis yang relatif
kecil bergantung oleh gerakan ke atas dari fluida yang bereaksi. Dalam hampir semua aplikasi
industri, cairan adalah gas yang mengalir ke atas melalui partikel padat pada tingkat yang cukup
untuk mengangkat mereka dari grid pendukung, tetapi yang tidak begitu besar untuk membawa
mereka keluar dari reaktor atau untuk mencegahnya kembali ke fase terfluidasi di atas
permukaan yang bebas. Partikel-partikel berada dalam gerakan konstan dalam wilayah ruang
yang relatif terbatas, dan pencampuran ekstensif terjadi di kedua arah radial dan longitudinal dari
tempat tidur.

Biasanya partikel katalis yang digunakan dalam operasi unggun terfluidisasi memiliki
dimensi dalam kisaran 10 hingga 300 mikron. Untuk fluidisasi optimal, distribusi ukuran partikel
yang digunakan harus tepat. Dalam kasus seperti kualitas fluidisasi, kualitas dapat ditingkatkan
secara drastis dengan menambahkan sejumlah partikel halus. Partikel-partikel halus dengan
distribusi ukuran yang luas akan tetap difluidisasi melalui berbagai laju aliran gas,
memungkinkan operasi yang fleksibel dengan tempat tidur yang relatif besar. Reaktor unggun
terfluidisasi skala komersial merupakan peralatan yang sangat besar. Biasanya, rasio tinggi
terhadap diameter 2:1 atau bisa lebih besar. Sistem besar diperlukan untuk mengakomodasi
peralatan pemindah panas, pemisah siklon, dan peralatan internal lainnya. Suhu yang seragam
dapat dipertahankan di seluruh unggun katalis. Sifat ini merupakan konsekuensi dari tingkat
turbulensi yang tinggi di dalam unggun, kapasitas panas yang tinggi dari katalis padat yang
terdiri dari unggun relatif terhadap gas yang terkandung di dalamnya, dan daerah antar muka
yang sangat tinggi untuk perpindahan panas antara padatan dan fasa gas.

Faktor-faktor ini memfasilitasi kontrol atas suhu reaktor dan isinya. Ini akan
meningkatkan selektivitas yang dapat dicapai dan memungkinkan operasi berskala sangat besar.
Keuntungan utama dari reaktor unggun terfluidisasi adalah bahwa mereka mengijinkan operasi
yang kontinu dan terkontrol secara otomatis menggunakan sistem katalis reaktan yang

Page | 6
memerlukan regenerasi katalis pada interval yang sangat sering. Operasi unggun terfluidisasi
memungkinkan seseorang untuk dengan mudah menambahkan atau menghilangkan katalis dari
reaktor atau regenerator. Regenerasi dapat dicapai dengan prosedur yang praktis, tetapi
penggunaan regenerasi unggun terfluidisasi memungkinkan operasi terus menerus dan biasanya
paling ekonomis.

Selanjutnya, sirkulasi padatan antara dua unggun terfluidisasi memungkinkan untuk


mengangkut sejumlah besar energi antara reaktor dan regenerator. Fitur ini sangat berguna dalam
reaksi perengkahan katalitik di mana reaksi regenerasi eksotermik dapat digunakan untuk
memasok beberapa kebutuhan energi untuk reaksi perengkahan endotermik. Karena partikel-
partikel katalis yang digunakan dalam unggun terfluidisasi memiliki dimensi yang sangat kecil,
maka sangat kecil kemungkinannya untuk menghadapi keterbatasan transfer massa pada laju
reaksi dalam sistem ini daripada di sistem unggun tetap. Kekurangan dari reaktor unggun
terfluidisasi adalah mereka tidak dapat digunakan dengan katalis padat yang tidak akan mengalir
bebas atau yang memiliki kecenderungan untuk menggumpal. Kekurangan lain dari operasi
unggun terfluidisasi adalah mengarah ke penurunan tekanan yang lebih besar daripada operasi
unggun tetap (fix bed operation) dengan biaya operasi yang lebih tinggi secara bersamaan.

Pada gasoline production ini terdapat tiga proses dasar dalam catalytic cracking yaitu:

 Reaksi - Bahan baku bereaksi dengan katalis dan terpisah menjadi hidrokarbon
yang berbeda;
 Regenerasi - Katalis diaktifkan kembali dengan membakar coke; dan masukkan
ke reaktor
 Fraksionasi - Aliran hidrokarbon yang retak dipisahkan menjadi berbagai produk
seperti LPG dan bensin, seperti minyak siklus cahaya dan minyak siklus berat
ditarik sebagai aliran samping.

Urutan proses pada reaktor dan regenerator yang digunakan adalah:


 Umpan ke unit bersama dengan aliran daur ulang dipanaskan ke suhu 365 oC-
370oC dan memasuki riser di mana kontak dengan katalis regenerasi panas (pada

Page | 7
suhu sekitar 640 oC -660oC. Katalis yang dipisahkan secara halus dipertahankan
dalam suatu keadaan aerasi atau terfluidisasi oleh uap minyak.
 Bagian katalis berisi reaktor dan regenerator & katalis yang bersirkulasi antara
keduanya.
 Katalis yang terpakai diregenerasi untuk menghilangkan karbon yang terkumpul
pada katalis selama proses. Katalis yang mengalir melalui stripper menuju
regenerator, di mana sebagian besar endapan karbon terbakar di bagian bawah di
mana udara dipanaskan. Katalis yang baru ditambahkan dan katalis yang sudah
terpakai dibuang untuk mengoptimalkan proses cracking.

Setelah uap minyak terpisah melalui kontak dengan katalis, efluen yang dihasilkan
diproses dalam fraksionator, yang memisahkan efluen berdasarkan berbagai titik didih menjadi
beberapa produk antara, termasuk butana dan hidrokarbon ringan, bensin, minyak gas ringan,
minyak gas berat, dan minyak slurry.

Karbon yang terbentuk disimpan pada katalis selama proses cracking. Karbon ini, yang
dikenal sebagai coke catalyst melekat pada katalis, dan mengurangi kemampuannya untuk
merengkah minyak. Karbon pada katalis yang sudah terpakai dibakar, dengan memanaskan
kembali katalis untuk menambahkan panas ke proses FCC. Regenerasi menghasilkan gas buang
yang melewati kontrol lingkungan dan kemudian dibuang ke atmosfer.

Page | 8
Gambar Proses Fluid Catalytic Cracking
Gambar Reaktor Fluid Catalytic Cracking

Page | 9
BAB IV

DATA PERCOBAAN

Dari sumber yang didapatkan pada suatu jurnal, limbah plastik yang melalui beberapa
tahapan, terutama cracking untuk dapat berubah menjadi bahan bakar minyak, memiliki variasi
data yang cukup beragam (rantai panjang C yang terbentuk beragam), mulai dari C 1 hingga C8.
Akan tetapi, data yang didapat memiliki jumlah yang dominan pada rantai panjang C 5 hingga C9.
Komponen Konsentrasi (%w/w)
C3 0,11%
C4 1,06%
C5 21,44%
C6 20,85%
C7 18,29%
C8 15,81%
C9 10,23%
C10 5,51%
C11 2,85%
C12 2,48%
C13 1,07%
C14 0,3%

Rantai panjang C dari C5 hingga C9 memiliki senyawa isomer aromatik maupun siklik
pada sampel yang didapat sehingga analisis yang dilakukan pada sumber sesuai dengan bensin
komersial, di mana rantai panjang C5 hingga C9 memiliki %w/w yang tinggi. Berikut yaitu
persamaan untuk kinetika reaksi pada reaksi cracking :

Page | 10
DAFTAR PUSTAKA
 Hill,Charles G. JR.1977. An Introduction to Chemical Engineering Kinetics & Reactor
Design. New Jersey:John Wiley & Sons
 Chorkendoff I.,J.W.Niemantsverdriet.2003.Concepts of Modern Catalysis and Kinetics.
Lyngby: John Wiley & Sons
 Centi, Gabriel dan Rutger A. van Santen.2007.Catalysis for Renewables. Weinhein:John
Wiley & Sons
 Ertl, Gerhard, dkk:2008. Handbook of Heterogenous Catalysis. Weiheim:John Wiley &
Sons
 Siswodiharjo.2006.Reaksi Hidrorengkah Katalis Ni/Zeolit, Mo/Zeolit, NiMo/Zeolit
Terhadap Parafin[skripsi].Surakarta.Universitas Sebelas Maret
 Irvantino,Brian.2013.Preparasi Katalis Ni/Zeolit Alam dengan Metode Sonokimia Untuk
Perengkahan Katalitik Polipropilen Dan Polietilen[skripsi].Semarang.Universitas Negeri
Semarang
 Handoko, Donatus Setyawan Purwo, dkk. 2009.Pengaruh Temperatur Terhadap Kinerja
Katalis Ni/Zeolit Pada Reaksi Hidrogenasi Katalitik 1-Oktadekena.Reaktor.12(4): 218-
225
 Nindita,Velma.2015.Studi Berbagai Metode Pembuatan BBM Dari Sampah Plastik Jenis
LDPE dan PVC Dengan Metode Thermal dan Catalytic Cracking (Ni-
Cr/Zeolit).Teknis.10(3): 137-144
 Argyle, Morris D. dan Calvin H. Bartholomew.2015. Heterogeneous Catalyst
Deactivation and Regeneration: A Review.Catalyst.5:145-269
 http://www.mdpi.com/2073-4344/2/3/368/htm
 https://www.merckvetmanual.com/toxicology/petroleum-product-poisoning/overview-of-
petroleum-product-poisoning
 http://www.madehow.com/Volume-2/Gasoline.html
 http://www.madehow.com/Volume-2/Asphalt-Cement.html
 https://www.britannica.com/science/catalyst-poison
 https://www.eia.gov/todayinenergy/detail.php?id=9150
 http://nptel.ac.in/courses/103107082/module6/lecture5/lecture5.pdf

Page | 11

Anda mungkin juga menyukai