Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN PASIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA

Dosen Pembimbing : Tien Aminah, M.Kep

Oleh Kelompok 4

3B Keperawatan :

Edy Priyanto (161090)

Elza Amalia (161091)

Eriq Harmoko (161092)

Evi Rizky (161093)

Firda Dewi S (161094)

Galuh Kristiawan (161096)

Gladys Brinita Santi (161097)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

POLTEKKES RS Dr. SOEPRAOEN MALANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW
yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun
akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas akhir dari mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Kehilangan dan Berduka”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Malang, 23 Oktober 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................................

Kata Pengantar ...............................................................................................................ii

Daftar Isi ........................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kehilangan ...................................................................................6

2.2 Konsep Berduka ........................................................................................9

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kehilangan

dan Berduka ...........................................................................................10

2.4 Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Dengan Kehilangan

dan Berduka ............................................................................................13

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................26

3.2 Saran ........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................27

LAMPIRAN ..................................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit
demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan
untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi
dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman
dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2010).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima
kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut.
Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius (Suseno, 2010).
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga
yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan
dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan
pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya
selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka?
5

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien kehilangan dan berduka.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
b. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kehilangan


2.1.1 Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali walaupun dalam
bentuk berbeda.
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan
a. Arti dari kehilangan
b. Sosial budaya
c. Kepercayaan / spiritual
d. Peran seks/jenis kelamin
e. Status social ekonomi
f. Kondisi fisik dan psikologi individu.
2.1.3 Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Kehilangan aktual atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal
atau diidentifikasi oleh orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh
sebahagian, amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di
cintai.
b. Kehilangan persepsi. Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh seseorang
dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti
bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
2.1.4 Jenis-jenis Kehilangan
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna
atau orang yang berarti merupakana salah satu jenis kehilangan yang
paling mengganggu dari tipe-tioe kehilangan. Kematian akan
berdampak menimbulkan kehilangan bagi orang yang dicintai.

6
Karena hilangnya keintiman, intensitas dan ketergantungan dari
ikatan atau jalinan yang

7
ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa
dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari
kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Kehilangan ini meliputi kehilangan perasaan terhadap
keatraktifan, diri sendiri, kehilangan kemampuan fisik dan mental,
sersta kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau seluruhnya. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda,
fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya
kehilangan benda milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang
atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan
dengan terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara menetap. Misalnya pindah kekota
lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati
baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang
disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.
2.1.5 Rentang Respon Kehilangan
Denial —–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi —— > Acceptance
a. Fase denial
1) Merupakan reaksi pertama pada fase ini adalah syok, tidak
mempercayai kenyataan
2) Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu

8
mengatakan itu tidak mungkin, ― saya tidak percaya itu
terjadi .
3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase anger / marah
1) Individu mulaimenyadari akan kenyataan yang terjadi
2) Tibul respon marah diproyeksikan pada orang lain
3) Reaksi fisik yang timbul adalah; muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal, serta perilaku agresif.
c. Fase bergaining / tawar- menawar.
1) Ungkapan secara verbal pada fase ini adalah; kenapa harus
terjadi pada saya ? , kalau saja yang sakit bukan
saya,seAndainya saya hati-hati
d. Fase depresi
1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus
asa.
2) Gejala pada fase ini individu menolak makan, mengeluh
suslit tidur, letih, dorongan libido menurun. 5
e. Fase acceptance
1) Pikiran pada objek yang hilang mulai berkurang.
2) Ungkapan verbal pada fase ini adalah” apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus
operasi”
2.1.6 Tanda dan Gejala
Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara lain:
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien kehilangan antara lain:
a. Isolasi sosial atau menarik diri
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru

9
c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan

2.2 Konsep Berduka


2.2.1 Pengertian
Berduka merupakan respon emosi terhadap kehilangan yangdimanifestasikan
dengan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain. Berduka merupakan respon normal yang terjadi pada semua kejadian kehilangan.
NANDA membagi menjadi dua tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional. Berduka diantisipasi merupakan suatu status pengalaman individu
dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Sedangkan berduka disfungsional
adalah suatu status individu dalam merespon suatu kehilangan dimana respon
kehilangan dibesar-besarkan padaa saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-
kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2.2.2 Teori dan Proses Berduka
Belum ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses
berduka. Konsep dan teori berduka hanyalah salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi yang bertujuan untuk membantu individu dalam memahami kesedihan
mereka dan mengatasinya. Peran perawat pada proses ini adalah mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap
perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Proses berduka menurut Engel (1964) mempunyai beberapa fase yang
dapat
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Individu yang berada pada fase ini seringkali menolak menerima
kenyataan akan kehilangan yang dialami. Individu mungkin menarik diri
dari lingkungan sekitar, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi
fisik yang timbul pada fase ini adalah pingsan, diaporesis, mual, diare,

10
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Individu mulai merasakan adanya kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa,marahan, perasaan bersalah, frustasi,
depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Individu berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan
yang hampa/kosong, pada fase ini individu kehilangan masih tetap
tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
d. Fase IV indiduvu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan
bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat
menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
e. Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari. Pada fase ini individu
harus mulai menyadari arti kehilangan. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.

2.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kehilangan Dan Berduka


a. Pengkajian
1) Perasaan sedih, menangis.
2). Perasaan putus asa, kesepian
3) Mengingkari kehilangan
4) Kesulitan mengekspresikan perasaan
5) Konsentrasi menuru
6) Kemarahan yang berlebihan
7) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
8) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
9) Reaksi emosional yang lambat
10) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
b. Analisa Data dan Rumusan Masalah

11
No Data Masalah
1 Subjektif : Kehilangan
- Pasien merasatidak bisa melupakan
kehilangan suaminya akibat tsunami
Objektif :
- Pasien terus menangis /mengingat
suaminya
- Pasien marah-marah
- - TD : 130/90 mmHg, P: 20x/menit,
N: 90 x/menit
c. Menegakkan Diagnosa Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan Anda dapat melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyimpulkan core problem (masalah utama) merupakan prioritas
masalah dari beberapa masalah yang dimiliki pasien.
2) Menghubungkan core problem sesuai dengan masalah lain dan
sesuai dengan daftar masalah.
3) Menegakkan diagnosa keperawatan jiwa berdasarkan prioritas
4) Menyusun diagnosa berdasarkan prioritas diagnosa dengan ”core
problem ” sebagai etiologinya.
d. Tindakan Keperawatan Pada Pasien
Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien
mampu:
1) Membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
3) Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya
4) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
5) Memanfaatkan faktor pendukung
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar
tujuan berhasil adalah:
1) Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
2) Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan,

12
fisik, sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa
kehilangan dan hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa
kehilangan yang terjadi).
3) Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
a) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
b) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
c) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
d) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
4) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia
untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama.
5) Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas
d. Tindakan keperawatan untuk keluarga:
Tindakan keperawatan terhadap keluarga pada keluarga bertujuan agar
keluarga mampu:
1) Mengenal masalah kehilangan dan berduka.
2) Memahami cara merawat Pasien berduka berkepanjangan.
3) Mempraktikkan cara merawat Pasien berduka disfungsional
4) Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan agar tujuan keperawatan berhasil
adalah:
1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka
dan dampaknya pada Pasien.
2) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang
dialami oleh pasien
3) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat Pasien dengan
berduka disfungsional
4) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang
dialami oleh Pasien
e. Evaluasi
Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari kemampuan pasien

13
untuk
1) Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
3) Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami
dengan keadaan dirinya
4) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
5) Memanfaatkan faktor pendukung
f. Kriteria Pasien Pulang
1) Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses
berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-
tiap tahap.
2) Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses
berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang
berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.
3) Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan
perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan
disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas
hidup sehari-hari secara mandiri.

2.4 Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Dengan Kehilangan Dan Berduka


2.4.1 Kasus
Ny Z 67 tahun mengatakan tidak dapat tidur, tidak napsu makan dan tidak
memiliki semangat hidup. Pasien mengatakan dulu sejak suaminya masih hidup pasien
aktif di kegiatan kemasyarakatan seperti pos yandu lansia maupun mengikuti kegiatan
keagamaan di masjid. Pasien juga mengatakan saat ini yang difikirkan hanya mendiang
suaminya pasien mengatakan setiap hari mengunjungi makam suaminya karena dengan
mengunjungi makan perasaannya menjadi tenang karena dapat mencurahkan semua
yang dirasakan sejak ditinggal suami. Bila teringat suami pasien hanya bisa menangis
Penampilan bersih dan rapih ekspresi wajah pasien tampak sedih, kelopak mata
menghitam dan pada saat bercerita suaminya pasien menangis dengan suara lirih.
2.4.2 SP 1 Pasien : Cara Verbal
a. Orientasi

14
1) Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu. Perkenalkan bu, nama
saya Gladys Brinita Santi, biasanya saya dipanggil Gladys, saya
perawat yang berdinas pagi hari ini dari pukul 07.00 sampai
14.00. Permisi, kalau boleh tau nama ibu siapa ya? Sukanya
dipanggil siapa bu?”
2) Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini? Apa ada yang ibu keluhkan
hari ini?”
3) Validasi
“Biasanya saat perasaan tersebut datang, apa yang ibu lakukan
untuk mengatasinya bu?”
4) Kontrak
a) Topik : “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-
bincang sebentar tentang keadaan ibu? Tujuannya
supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam menghadapi
keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya,
kesedihan ibu mungkin bisa berkurang”
b) Tempat : “Baiklah bu, bagaimana kalau hari ini kita
berbincang-bincang dikamar ibu saja?”
c) Waktu : “Ibu mau berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”
b. Kerja

1) “Baiklah Ibu Z, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana


perasaan Ibu Z saat ini?”

2) “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi


kondisi sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar
ya, Bu ”

3) “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba


Ibu pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan
bertemu dengan suami Ibu karena beliau memang sudah

15
meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini.”

4) “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.


Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya
sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang
dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”

5) “Ibu sudah bisa memahaminya?”

6) “Ibu tidak perlu cemas. Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan


untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu
mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan
hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak
dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”

7) “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik


relaksasi yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas
yang dalam, tahan sebentar, kemudian hembuskan perlahan-
lahan.”

8) “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”


c. Terminasi

1) Evaluasi:

a) Subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu


sudah mulai memahami kondisi yang sebenarnya
terjadi?”
b) Objektif : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal
yang Ibu dapatkan dari perbincangan kita tadi
dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah
kita lakukan.”
2) Rencana Tindak Lanjut :

a) “Ya, bagus sekali Bu. Jadi bu, setiap kali Ibu teringat
dengan mendiang suami ibu, lalu ibu mulai merasa
cemas, Ibu dapat melakukan teknik tersebut. Dan setiap

16
kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini,
Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini
ya bu.”

b) “Bu, ini ada buku kegiatan untuk ibu”

c) “Bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi ibu


masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu?”

d) “Ibu setuju?”

e) “Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan


keterangan”

f) “Ibu bisa mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom


kegiatan”

g) “Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan teknik


rileksasi bu?”

h) “Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya


tanpa dibantu atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis
“M” disini, jika ibu di bantu atau diingatkan ibu tulis
“B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu tulis “T”

i) “Ibu paham Bu?”

j) “Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya”


3) Kontrak yang akan datang:

a) “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang


selama 30 menit dan sekarang sudah 30 menit ya bu.”

b) “Bu, kapan ibu mau kita melanjutkan perbincangan


kita?”

c) “Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang hobi


ibu”

d) “Ibu maunya dimana?”

e) “Nah, sekarang ibu istirahat dulu”

17
f) “Sebelum saya permisi apak ada yang mau ibu
tanyakan?”

g) “Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu.


Assalamu’alaikum.”

2.4.2 SP 2 Pasien : Cara Fisik (Aktivitas)


a. Orientasi

1) Salam terapeutik:

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Z. Apa masih ingat


dengan saya Bu? Saya perawat Gladys, Bu. Seperti kemarin,
pagi ini saya yang jaga dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti
dan saya yang akan merawat Ibu.”

2) Evaluasi

“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari
kemarin? Bagus kalau begitu”

3) Validasi
a) “Nah apa saja yang ibu lakukan kemarin? “Coba saya
lihat buku kegiatan ibu?”
b) “Wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi
secara mandiri”
c) “Sekarang coba ibu praktekkan lagi cara teknik rileksasi
tersebut”
d) “Bagus sekali bu”
4) Kontrak

a) Topik : “Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu.


Hari ini kita bertemu untuk membicarakan hobi Ibu
tujuannya supaya ibu dapat melakukan aktifitas yang
sukai dan ibu dapat berinteraksi dengan orang-orang
disekeliling ibu”

18
b) Waktu : “Ibu maunya berapa lama kita berbincang-
bincang?Bagaimana kalau 30 menit bu?”

c) Tempat : “Ibu maunya dimana? Bagaimana ditaman


depan, ibu setuju?”

b. Kerja

1) “Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu


senangi?”

2) “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa
bermain voli lho, Bu.”

3) “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”

4) “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus.
Bisa Ibu menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”

5) “Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga


cukup bagus.”

6) “Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa


sering Ibu biasanya bermain voli dalam seminggu?”

7) “Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain


voli sudah terlatih.”

8) “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat
juga ya dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi
lomba voli antarwarga di daerah rumah Ibu.”

9) “Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung


dengan yang lain untuk bermain voli? Tampaknya di sana
banyak orang yang juga ingin bermain voli. Ibu bisa melakukan
hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”

10) “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu Z. Ibu Z juga akan bermain voli
bersama- sama. Ibu Z ini jago bermain voli, lho.”

19
11) “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik
dalam bermain bola voli?”

12) “Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”

13) “Ibu Z, saat Ibu sedang merasa sedih tapi tidak mampu
meluapkannya, Ibu bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama
yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membuat Ibu
berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak
merasa kesepian lagi.”

c. Terminasi

1) Evaluasi:

a) Subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?


Apa sudah lebih baik dibandingkan kemarin?”
b) Objektif : “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa
saja manfaat yang dapat Ibu dapatkan dengan
melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
2) Rencana Tindak Lanjut :
a) “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat
Ibu sedang merasa emosi.”
b) “Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”
c) “Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga
dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari”
d) Ibu maunya berapa kali main voli dalam satu minggu?”
e) Kira-kira jam berapa ibu nanti mau main voli?
f) “Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan
lupa mengisi buku kegiatan”
g) “Caranya sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan
sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau
orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam
melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas
atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”.
h) Ibu paham bu?

20
3) Kontrak yang akan datang:
a) “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang
selama 30 menit dan sekarang sudah 30 menit bu”
b) “Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah
makan pagi, saya akan mengajak ibu kedalam suatu
kelompok yang memiliki permasalahan yang sama
dengan ibu untuk berbagi pengalaman mengenai masalah
ibu? Siapa tau dengan berbagi pengalaman, ibu bisa
menemukan motivasi baru untuk menghadapi masalah
ibu dari orang lain yang memiliki pengalaman yang sama
dengan ibu?”
c) “Baiklah kalau begitu bu, besok kita ketemu di ruangan
Ibu saja, ya?”
d) “Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak,
saya permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum.”

2.4.3 SP 3 Pasien : Cara Sosialisasi (Sharing)

a. Tahap orientasi

1) Salam terapeutik

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Z. Apa masih ingat


dengan saya Bu? Saya perawat Gladys, Bu. Seperti kemarin,
pagi ini saya yang jaga dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti
dan saya yang akan merawat Ibu.”
2) Evaluasi

“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari
kemarin? Bagus kalau begitu”
3) Validasi
a) “Apa boleh saya lihat buku kegiatan ibu?
b) “Wah bagus bu, nampaknya ibu sudah lebih bersemangat
dari yang kemaren”
4) Kontrak:

21
a) Topik :

“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini
saya akan mengajak ibu ke sebuah perkumpulan dimana
anggota dari perkumpulan ini memiliki masalah yang
sama dengan ibu, tujuannya supaya ibu dapat berbagi
pengalaman dengan orang lain dan dapat berinteraksi
dengan orang-orang disekeliling ibu”
b) Waktu : “Ibu maunya berapa lama kita berbincang-
bincang? Kalau 20 menit tidak apa-apa bu?”

c) Tempat : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di


taman saja.”
a) Kerja

1) “Nah, baiklah bapak-bapak , ibu-ibu, sebelum kita mulai berbagi


mengenai pengalaman kita, sebaiknya kita berdoa dulu supaya
kegiatan ini bisa lancer ya, Berdoa dimulai…selesai.”

2) “Ok untuk yang pertama kita memasuki acara perkenalan ya,


tujuannya supaya saudara sekalian bisa saling kenal antara yang
satu dengan yang lain.”

3) “Karena sudah berkenalan, sekarang silahkan siapa dulu yang


mau menceritakan pengalamannya terlebih dahulu? Ibu A? Iya
silahkan”

4) “Bagus sekali ibu A, jadi sekarang ibu A sudah mulai bisa


mengatasi rasa sedih karena kehilangan anak ibu akibat gempa
ya? Kalau boleh tau bagaimana cara ibu untuk mengatasinya
ya?”

5) “Bagus sekali ibu A, dari pengalaman ibu A ini, mungkin bapak


dan ibu sekalian bisa menjadikannya contoh agar bapak ibu bisa
mengatasi rasa kesedihan yang dirasakan ya. Apakah saudara
sekalian ada yang mau membagikan pengalamannya lagi?
Bapak B silahkan”

22
6) “Oh bagus sekali bapak, jadi bapak mengatasi kesedihan bapak
dengan mengekatkan diri kepada sang Pencipta ya? Bagus sekali
bapak, cara ini bisa juga dijadikan contoh ya bapak ibu, karena
dengan mendekatkan diri kepada sang Pencipta bisa membantu
kita untuk lebih menerima kenyataan yang sudah ada bapak ibu
ya.”

7) “Baiklah, kami rasa acara sharing yang kita lakukan hari ini
cukup sampai disini ya bapak ibu sekalian, jika ada yang ingin
ditanyakan bisa ditanyakan secara individu ya”

c. Terminasi

1) Evaluasi:

a) Subjektif : (Bertanya pada ibu Z) “Bagaimana bu


perasaannya setelah berbincang-bincang tadi? “
b) Objektif : “Bagus bu, kalau begitu coba ibu ceritakan
apa saja yang ibu dapat dari kegiatan sharing tadi bu?”
2) Rencana Tindak Lanjut :
a) “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat melakukan kegiatan
sharing lagi disaat ibu merasa sedih ya bu.”
b) “Ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”
c) “Bagaimana jika kegiatan sharing ini juga dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari ibu?”
d) “Ibu maunya berapa kali melakukan kegiatan sharing ini
dalam satu minggu?”
e) “Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan
lupa mengisi buku kegiatannya ya bu, ibu sertakan hari
dan jamnya juga ya bu”
g) “Caranya sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan
sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau
orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam
melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas
atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”.

23
h) “Ibu paham bu?”
3) Kontrak yang akan datang:
a) “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang
selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit ya bu”
b) “Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah
makan pagi, kita berbincang-bincang lagi mengenai cara
lain untuk mengatasi rasa sedih ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibu setuju? Mau di mana Pak? Apakah di
kamar ibu?”
c) “Baiklah kalau begitu bu, besok kita ketemu di ruangan
Ibu saja, ya?”
d) “Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak,
saya permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum.”

2.4.4 SP 3 Pasien : Cara Spiritual

a. Tahap orientasi

1) Salam terapeutik

“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Z. Apa masih ingat


dengan saya Bu? Saya perawat Gladys, Bu. Seperti kemarin,
pagi ini saya yang jaga dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti
dan saya yang akan merawat Ibu.”
2) Evaluasi2

“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari
kemarin? Bagus kalau begitu”
3) Validasi
a) “Apa boleh saya lihat buku kegiatan ibu?
b) “Wah bagus bu, nampaknya ibu sudah lebih bersemangat
dari yang kemaren”
4) Kontrak:

a) Topik : “Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu.


Hari ini saya akan mengajari bu mengatasi rasa sedih

24
ibu dengan ibadah, apakah ibu setuju?”
b) Waktu : “Ibu maunya berapa lama kita berbincang-
bincang? Kalau 20 menit tidak apa-apa bu?”

c) Tempat : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di


kamar ibu saja?.”
a) Kerja

1) “Jadi bu, kegiatan ibadah yang biasa Ibu lakukan apa ya?”

2) “Apakah ibu sudah mengetahui bagaimana cara melakukan


sholat wajib bu? Coba ibu praktekkan sekarang bu?”

3) “Nah begini bu, kalau ibu merasa kesedihan ibu muncul kembali
coba ibu langsung ambil air wudhu, kemudian ibu sholat dan
berdoa kepada Allah agar almarhum suami ibu bisa tenang dan
mendapatkan kedudukan yang baik disisi-Nya”

c. Terminasi

1) Evaluasi:

a) Subjektif : “Bagaimana bu perasaannya setelah


berbincang-bincang ini tadi? “
b) Objektif : “Bagus bu, kalau begitu coba ibu sebutkan
lagi bagaimana cara mengatasi rasa sedih ibu dari awal
pertemuan kita yang pertama bu.”
2) Rencana Tindak Lanjut :
a) “Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat melakukan kegiatan
beribada disaat ibu merasa sedih ya bu.”
b) “Ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”
c) “Bagaimana jika kegiatan beribadah ini juga dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari ibu?”
e) “Nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan lupa
mengisi dibuku kegiatannya ya bu, ibu sertakan hari dan
jamnya juga bu”
g) “Caranya sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan

25
sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau
orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam
melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas
atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”.
h) “Ibu paham bu?”
3) Kontrak yang akan datang:
a) “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang
selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit bu”
b) “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya
akan datang kembali untuk memantau perkembangan Ibu.
Kita bertemu di ruangan ibu saja ya.”
c) “Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan?
Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu.
Assalamu’alaikum.”

26
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehilangan adalah sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada lagi.
Kehilangan juga merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh individu selam a
masa kehidupan dan cenderung akan berulang kembali walau dalam bentuk yang
berbeda. Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba – tiba atau bertahap, bersifat
sementara atau menetap. Tipe – tipe kehilangan meliputi fisik atau actual yaitu orang
lain dapat juga merasakan apa yang terjadi pada orang tersebut, Psikologis yaitu jenis
kehilangan ini sifatnya abstrak dan tidak dapat dilihat oleh orang lain. Hanya yang
mengalaminya yang bisa merasakan, antisipasi dapat diantisipasi meski demikian
kebanyakan orang yang mengalami kondisi tersebut kerap menunjukkan perilaku yang
sama seperti orang yang kehilangan atau berduka walaupun hal tersebut belum terjadi
pada mereka. Berduka adalah respon individu atau reaksi emosional dari kehilangan
mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. Berduka merupakan respon normal pada
semua kejadian kehilangan. Dampak berduka dapat terjadi pada anak – anak, remaja,
dewasa, dan lanjut usia.
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat profesional kita harus mengetahui tentang perilaku
berduka, mengenai pengaruh berduka dalam perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati agar pada saat nanti saat kita menjadi seorang perawat yang professional
kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang semestinya bagi seseorang yang
kehilangan dan berduka.

27
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta

28
LAMPIRAN
Nama klien : Ny. E Ruangan : Nakula
No. MR : 601756 RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

1. SP 1 Pasien : Cara Verbal


(Di Taman)
Perawat Gladys : “Assalamu’alaikum, selamat pagi bu. “
Evi : “Waalaikumsalam, pagi mbak.”
Perawat Gladys : “Perkenalkan bu, nama saya Gladys Brinita Santi,
biasanya saya dipanggil Gladys, saya perawat yang
berdinas pagi hari ini dari pukul 07.00 sampai 14.00.
Permisi, kalau boleh tau nama ibu siapa ya? Sukanya
dipanggil siapa bu?”
Evi : “Nama saya Evi Rizky mbak, saya suka dipanggl Evi”
Perawat Gladys : “Baik Bu Evi, Bagaimana keadaan ibu hari ini? Apa ada
yang ibu keluhkan hari ini?’
Evi : “Saya sedang tidak enak badan mbak, saya kepikiran
terus sama almarhum suami saya”
Perawat Gladys : “Oh begitu, biasanya saat pemikiran tersebut datang, apa
yang ibu lakukan ya bu?”
Evi : “Saya hanya bisa menangis mbak, saya tidak tau harus
bagaimana lagi. Saya benar-benar merasa sedih mbak”
Perawat Gladys : “Oh begitu ya bu, begin bu, perasaan sedih yang
mengganggu ibu atas kehilangan suami ibu itu dinamakan
reaksi berduka bu. Jadi bu, bagaimana kalau hari ini kita
berbincang-bincang sebentar tentang keluhan ibu
tersebut? Siapa tau dengan ibu bercerita masalah ibu
dengan saya bisa meringankan beban ibu, bagaimana bu?”
Evi : “Oh begitu ya mbak, baik mbak tidak apa-apa”
Perawat Gladys : “Baiklah ibu, bagaimana kalau hari ini kita berbincang-
bincang dikamar ibu saja?”
Evi : “Baik sus”

29
Perawat Gladys ; “Ibu mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Evi : “Iya gapapa sus”

(Kamar Bu Evi)

Perawat Gladys : “Baiklah Ibu Evi, sebelumnya bisa Ibu jelaskan kepada
saya bagaimana perasaan Ibu Evi saat ini?”

Evi : “Perasaan saya saat ini sedang sedih karena suami saya
meninggal mbak”

Perawat Gladys “Oh begitu, kalau boleh tau kapan suami ibu
meninggalnya ya bu?”

Evi : “Sudah 2 bulan yang lalu mbak.”

Perawat Gladys : “Oh begitu, dalam 2 bulan tersebut apa saja ya yang ibu
lakukan dalam kehidupan sehari-hari?”

Evi : “Gak ngapain-ngapain mbak, saya cuma bisa merenung


saja.”

Perawat Gladys : “Oh begitu bu, kalau boleh tau, saat suami ibu masih
ada, apa saja ya bu kegiatan-kegiatan yang ibu lakukan?
Entah itu dalam keluarga atau dalam masyarakat gitu
bu?”

Evi : “Ya saya dulu saat suami saya masih ada sering pergi
jalan-jalan dengan suami saya, lalu saya juga kalau
dalam masyarakat saya sering berpartisipasi dalam
kegiatan posyandu lansia dan keagamaan di masjid
mbak.”

Perawat Gladys : “Sekarang kegiatan tersebut apa masih ibu lanjutkan


ya?”

Evi : “Ndak mbak, saya sudah merasa tidak bersemangat


dalam menjalani hidup saya jika tanpa suami saya mbak,
buat makan saja sudah tidak napsu, tiap tidur selalu
teringat suami saya.”

30
Perawat Gladys : “Oh begitu, ibu apa masih membina hubungan ya
dengan teman-teman ibu yang ada di posyandu dan yang
ada di acara keagamaan di masjid yang pernah ibu ikuti
itu?”

Evi : “Mereka biasanya masih suka menjenguk saya mbak,


Cuma saya sudah merasa malas saja untuk bernteraksi
dengan teman-teman saya.”

Perawat Gladys : “Oh begitu. Begini bu, sebelumnya saya mau tanya,
kira – kira, ibu tau ndak perubahan apa yang ibu
dapatkan dari perasaan berduka yang ibu rasakan ini?”

Evi : “Saya merasa tidak bersemangat dalam menjalani


kehidupan saya mbak, saya juga tidak bisa berinteraksi
dengan teman-teman saya seperti dulu”

Perawat Gladys : “Nah benar bu, perasaan berduka ibu yang


berkepanjangan ini jika tidak segera ibu lawan,
dampaknya bisa ke kehidupan ibu bu, dulu ibu sering
mengikuti kegiatan positif seperti posyandu lansia dan
kegiatan keagamaan kan bu, sayang sekali lo bu jika ibu
harus meninggalkan kegiatan tersebut.”

Evi : “Iya mbak, tapi saya benar-benar merasa sangat sedih


mbak, saya masih merasa tidak bisa menerima atas
kematian suami saya mbak.”

Perawat Gladys : “Oh begitu bu. Saya mengerti mengapa Ibu sangat sulit
menerima kenyataan ini. Tapi bu, kondisi saat ini, yang
sebenarnya terjadi itu memang suami Ibu telah
meninggal bu. Jadi ibu yang sabar ya, Bu ”

Evi : “Susah bagi saya mbak, saya itu setiap hari selalu
bersama suami saya, saya masih ingat kami ngobrol
bersama, bercanda bersama. Namun tiba-tiba suami saya
meninggal karena kecelakaan mobil, saya benar-benar

31
masih tidak percaya kalau hal ini terjadi mbak.”

Perawat Gladys : “Iya bu memang susah, saya mengerti hal itu, saya juga
tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu, tapi coba
sekarang ibu pikirkan, saat Ibu pulang ke rumah nanti,
Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak
Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”

Evi : “Iya mbak, tapi saya masih tidak bisa menerima hal ini,
andaikan saja saya ada di lokasi saat kecelakaan suami
saya terjadi, pasti hal ini tidak akan terjadi mbak”

Perawat Gladys : “Ibu, hidup matinya seseorang itu semua sudah diatur
oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu juga merupakan
kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada
satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya
ataupun Ibu sendiri.”

Evi : “... Iya juga ya mbak.”

Perawat Gladys : “Apa Ibu sudah bisa memahaminya?”

Evi : “Ya, namun saya masih merasa cemas mbak, saya


benar-benar takut saya tidak bisa melakukan apapun
tanpa suami saya mbak. Saya juga hanya ibu rumah
tangga biasa, saya juga memiliki anak yang harus
melanjutkan kuliah, saya takut tidak bisa membiayai
anak saya seorang diri mbak”

Perawat Gladys : “Ibu tidak perlu cemas. Ibu bisa mencoba mencari
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu.
Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa
digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih
punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang
sayang dan peduli sama Ibu.”

Evi : “...Iya juga mbak” (Ekspresi tampak gelisah)

32
Perawat Gladys : “Begini saja, untuk mengurangi rasa cemas Ibu saat ini,
Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan. Coba
sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar,
kemudian hembuskan perlahan-lahan.”

Evi : (Mempraktekkan)

Perawat Gladys : “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”

Perawat Gladys : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah


mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
Evi : “Ya, inshaAllah mbak”
Perawat Gladys : “Kalau begitu, bisa coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang
Ibu dapatkan dari perbincangan kita tadi?”
Evi : “Saya harus menerima kenyataan bahwa suami saya
sudah tiada, hidup mati seseorang sudah menjadi
kehendak Tuhan Maha Pemilik Hidup, jadi saya maupun
orang lain tidak pernah bisa mengubah takdir yang
seudah Tuhan rencanakan, saya harus sabar, saya masih
punya saudara, anak, dan orang-orang yang masih
mendukung saya”
Perawat Gladys : “Iya benar sekali bu Evi, saya juga berharap ibu bisa
semangat lagi dalam menjalani hidup ibu ya. Selanjutnya
bisa ibu praktekkan bagaimana teknik relaksasi tadi bu?”
Evi : (Mempraktekkan teknik relaksasi)

Perawat Gladys : “Ya, bagus sekali Bu. Jadi begini bu, nanti setiap kali
Ibu mulai teringat dengan mendiang suami ibu, lalu ibu
mulai merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik
tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini ya bu.”

Perawat Gladys : “Permisi Bu, ini ada buku kegiatan harian untuk ibu,
bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi tadi ibu
masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu? Apakah ibu

33
setuju?”

Evi : “Maksudnya bagaimana ya mbak ini?”

Perawat Gladys : “Nah jadi bu, disini kan ada kolom kegiatan, tanggal,
waktu dan keterangan, nah ini nanti Ibu bisa mengisi
kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan ini bu, lalu
cara mengisi buku kegiatan ini : jika ibu melakukannya
tanpa dibantu atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis
“M” disini, jika ibu di bantu atau diingatkan ibu tulis
“B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu tulis “T”,
apakah Ibu paham?”

Evi : “Oh iya iya paham mbak”

Perawat Gladys : “Nah nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya
ya, biar kami bisa memantau perkembangan ibu ya.”

Perawat Gladys : “Nah bu, sesuai dengan kontrak kita tadi kita
berbincang-bincang selama 20 menit dan sekarang sudah
20 menit ya bu.”

Evi : “Iya mbak”

Perawat Gladys : “Nah jadi begini Bu, kira –kira kapan ya ibu mau kita
melanjutkan perbincangan kita untuk mengatasi masalah
ibu?”

Evi : “Besok inshaAllah bisa mbak”

Perawat Gladys : “Baiklah, bagaimana kalau besok kita membicarakan


tentang hobi ibu?”

Evi : “Oiya mbak gppa”

Perawat Gladys : “Ibu maunya dimana?”

Evi : “Di kamar saya saja ya sus”

Perawat Gladys : “Baiklah bu Evi, sekarang ibu istirahat dulu ya. Sebelum
saya permisi apakah ada yang mau ibu tanyakan?”

34
Evi : “Tidak ada mbak”

Perawat Gladys : “Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu.
Assalamu’alaikum.”

2. SP 2 Pasien : Cara Aktivitas


(Kamar Bu Evi) edd
Perawat Elza : “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Evi, Perkenalkan
saya perawat Elza Amalia, biasa dipanggil Elza, saya yang
jaga pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya
yang akan merawat Ibu.”

Perawat Elza : “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin?”

Evi : “Alhamdulillah lumayan mbak”

Perawat Elza : “Baiklah, bagus kalau begitu. Nah kemarin apa saja yang
sudah ibu lakukan? Coba saya lihat buku kegiatan ibu ya”

Evi : “Saya kemarin sudah melakukan teknik relaksasi


sebanyak 5 kali mbak.”

Perawat Elza : (Sambil melihat buku ibu) “Wah bagus sekali bu, ibu
sudah melakukan teknik rileksasi secara mandiri ya.”

Evi : “Iya mbak”


Perawat Elza : “Nah, sekarang coba ibu praktekkan lagi sih teknik
rileksasi tersebut”
Evi : (Mempraktekkan teknik relaksasi)
Perawat Elza : “Wah, bagus sekali bu, berarti untuk teknik relaksasi ibu
sudah paham ya”
Evi : “Iya sudah sus.”
Perawat Elza : “Jadi bu sesuai janji yang ibu sepakati dengan perawat
sebelumnya kemarin, hari ini kita bertemu untuk
membicarakan mengenai hobi Ibu ya, tujuannya supaya
ibu dapat melakukan aktifitas yang ibu sukai dan ibu

35
dapat berinteraksi dengan orang-orang disekeliling ibu ya,
Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 30 menit bu?”
Evi : “Baik sus gapapa”
Perawat Elza : “Ibu maunya dimana? Bagaimana kalau ditaman depan,
ibu setuju?”
Evi : “Iya gapapa mbak”

(Taman)

Perawat Elza : “Nah, Bu. Sesuai topik yang kita bicarakan ya, apakah
Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”

Evi : “Saya suka melakukan olahraga voli mbak”

Perawat Elza : “Oh ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua
orang bisa bermain voli lho, Bu.”

Evi : “Iya mbak, saya dulu sering main voli sama ibu-ibu pkk

Perawat Elza : “Wah hebat bu, selain bermain voli, apa Ibu mempunyai
hobi yang lain lagi ya?”

Evi : “Saya kalau dirumah suka nyanyi sih mbak”

Perawat Elza : “Oh ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu
bagus. Bisa Ibu menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu
pada saya?”

Evi : “Jangan mbak, suara saya itu jelek mbak, saya malu”

Perawat Elza : “Oh yasudah bu, tidak apa-apa. Ngomong-ngomong


tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu biasanya
bermain voli dalam seminggu?”

Evi : “Kalau dalam seminggu sih 3 kali mbak, tapi kalau ada
acara lomba seminggu mungkin bisa sampai 5 kali mbak”

Perawat Elza : “Wah, cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu
dalam bermain voli sudah terlatih, sehingga sebelumnya

36
Ibu sering mengikuti lomba voli ya?”

Evi : “Iya saya cukup mahir mbak kalau voli, karena memang
sering laihan sama ibu-ibu, kalau lomba keerdekaan desa
saya sering itu memenangkan lomba voli mbak”

Perawat Elza : “Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam bermain voli.
Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga
di daerah rumah Ibu ya. Nah, bagaimana kalau sekarang
Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk bermain
voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin
bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-
sama dengan yang lain.”

Evi : “Boleh mbak”

(Lapangan Voli)

Perawat Elza : “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu Evi. Ibu Evi hari akan
bermain voli bersama-sama ibu-ibu ya. Ibu Ev ini jago
bermain voli, lho. Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan
teknik-teknik yang baik dalam bermain bola voli?”

Evi : (Mempraktekkan teknik Voli)

Perawat Elza : “Wah, bagus sekali Bu. Memang ibu sudah jago sekali
ya.”

Evi : “Iya Alhamdulillah mbak”

Perawat Elza : “Baiklah kalau begitu bisa kita kembali ke taman lagi bu
Evi untuk melanjutkan perbincangan kita?”

Evi : “Oh iya mbak”

(Taman)

Perawat Elza : “Ibu Evi, sebenarnya saat Ibu sedang merasa sedih, Ibu
bisa juga lho melakukan kegiatan bermain voli bersama
dengan yang lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat

37
membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang
lainnya sehingga Ibu tidak merasa kesepian lagi dimana
kesepian bisa memicu ibu untuk ingat dengan suami ibu
lagi lho.”

Evi : “Iya ya mbak, akan saya usahakan untuk bermain voli


bersama ibu-ibu lainnya saat saya senggang deh mbak”

PerawatElza : “Nah bagus bu. Lalu sekarang bagaimana perasaan Ibu ?


Apa sudah lebih baik dibandingkan kemarin?”

Evi : “Iya mbak, hari ini saya senang karena saya bisa
bermain voli walau cuma sebentar mbak”

Perawat Elza : “Oh iya bu, nanti setelah kita berbincang-bincang ibu
boleh kok bermain voli lagi dengan ibu-ibu lainnya. Tapi
sebelum itu, sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja sih
manfaat yang bisa Ibu dapatkan dengan melakukan
kegiatan yang Ibu senangi.”
Evi : “Saya bisa membina hubungan yang lebih baik dengan
orang disekitar saya, sehingga saya tidak merasa kesepian
lagi, sehingga frekuensi dalam mengingat suami saya bisa
berkurang.”
Perawat Elza : “Bagus sekali bu, kalau begitu mulai hari ini kalau ibu
merasa sedih, Ibu bisa bermain voli dengan ibu-ibu yang
lainnya ya”
Evi : “Ya mbak”
Perawat Elza : “Baik bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian
kan ya? Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga
dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari? Ibu maunya
berapa kali main voli dalam satu minggu?”
Evi : “Oh iya mbak mau banget saya, kalau dalam seminggu
saya volinya 4 kali apa gapapa ya?”
Perawat Elza : “Oh iya gapapa bu, kelompok voli disini setiap hari
bermain voli kok bu, tapi mungkin dengan anggota yang

38
berbeda-beda, biasanya mereka mainnya pagi jam 08.30
atau sore jam 15.30 kok bu.
Evi : “Oh iya mbak, nanti pukul 15.30 saya akan coba ikut
lagi mbak”
Perawat Elza : “Iya bagus bu, nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini,
ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya. Caranya
sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri,
tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau orang lain
ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam melakukan
kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas atau lupa
mengerjakannya ibu tulis “T”. Paham bu?”
Evi :”Iya mbak paham”
Perawat Elza : “Nah sesuai dengan kontrak kita tadi ya bu, kita
berbincang-bincang selama 30 menit dan sekarang sudah
30 menit ya bu. Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00
setelah makan pagi, saya akan mengajak ibu kedalam
suatu kelompok yang memiliki permasalahan yang sama
dengan ibu untuk berbagi pengalaman? Siapa tau dengan
mengikuti kelompok ini, ibu bisa menemukan motivasi
baru untuk menghadapi masalah ibu dari orang lain yang
memiliki pengalaman yang sama dengan ibu?”
Evi : “Oh boleh-boleh mbak”
Perawat Elza : “Baiklah kalau begitu bu, besok kita ketemu di ruangan
Ibu dulu, ya?”
Evi : “Iya mbak”
Perawat Elza : “Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?”
Evi : “Ndak mbak”
Perawat Elza : “Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu.
Assalamu’alaikum.”
Evi : “Waalaikumsalam, terimakasih mbak”

3 SP 3 Pasien : Cara social (Sharing)

(Kamar Bu Evi)

39
Perawat Firda : “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Evi. Perkenalkan
nama saya Firda Dewi Saputri, biasanya saya dipanggil
Firda bu. Saya perawat yang berjaga di pagi hari ini
mulai pukul 07.00-14.00 nanti.”
Evi : “Waalaikumsalam, pagi mbak Firda”
Perawat Firda : “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin?”
Evi : “Alhamdulillah sudah mbak”
Perawat Firda : “Bagus kalau begitu bu, sebelumnya boleh saya lihat
buku kegiatan ibu?
Perawat Firda : (Sambil melihat buku) “Wah bagus bu, nampaknya ibu
sudah lebih bersemangat dari yang kemaren. Jadi begini
bu, sesuai janji yang ibu sepakati dengan perawat
sebelumnya, hari ini saya akan mengajak ibu ke sebuah
perkumpulan dimana anggota dari perkumpulan ini
memiliki masalah yang sama dengan ibu, tujuannya
supaya ibu dapat berbagi pengalaman dengan orang lain
dan dapat berinteraksi dengan orang-orang disekeliling
ibu ya. Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
Kalau 20 menit tidak apa-apa bu?”
Evi : “Iya mbak gapapa”
Perawat Firda : “Baiklah bagaimana kalau sekarang kita berbincang-
bincang di taman, karena yang lain sudah menunggu di
taman bu”
Evi : “Baik mbak”

(Taman)

Perawat Firda : “Nah, baiklah bapak-bapak , ibu-ibu, sebelum kita mulai


berbagi mengenai pengalaman bapak ibu sekalian,
sebaiknya kita berdoa dulu supaya kegiatan ini bisa lancar
ya, Berdoa dimulai…selesai.”

Perawat Firda : “Ok untuk yang pertama kita memasuki acara

40
perkenalan ya, tujuannya supaya saudara sekalian bisa
saling kenal antara yang satu dengan yang lain. Silahkan
dimulai dari Bu Evi ya”

Evi : “Perkenalkan nama saya Evi”

Eriq : “Perkenalkan nama saya Eriq”

Galuh : “Perkenalkan nama saya Galuh”

Elza : “Perkenalkan nama saya Elza”

Perawat Firda : “Nah karena sudah berkenalan, sekarang silahkan siapa


dulu yang mau menceritakan pengalamannya terlebih
dahulu? Bapak Galuh iya silahkan”

Galuh : “Saya 2 minggu yang lalu merasa sangat depresi, karena


di rumah saya terjadi gempa, sehingga anak saya
meninggal saat saya tidak mengawasinya. Dalam 1
minggu saya benar-benar merasa sangat sedih, karena
saya merasa sudah menjadi ayah yang tidak bertanggung
jawab. Namun, seiring berjalannya waktu saya sudah
mulai bisa menerima kepergian anak saya.”

Perawat Firda : “Bagus sekali bapak Galuh, jadi sekarang bapak sudah
mulai bisa mengatasi rasa sedih karena kehilangan anak
bapak akibat gempa ya? Kalau boleh tau bagaimana cara
bapak mengatasinya perasaan sedih bapak ya?”

Galuh : “Waktu saya merasa sedih, saya biasanya bermain


badminton dengan teman-teman saya disini mbak, lalu
setelah bermain badminton saya berbincang-bincang
dengan teman saya, sehingga pikira saya mengenai
kepergian anak saya mulai berkurang dengan berbincang
– bincang dengan teman

Perawat Firda : “Bagus sekali bapak, dari pengalaman pak Galuh ini,
mungkin bapak dan ibu sekalian bisa menjadikannya

41
contoh agar bapak ibu bisa mengatasi rasa kesedihan yang
dirasakan ya. Apakah saudara sekalian ada yang mau
membagikan pengalamannya lagi? Bapak Erik silahkan”

Erik : “Saya sebelumnya merasa sedih karena telah kehilangan


istri saya, istri saya meninggal karena penyakit kanker
otak. Diawal saya merasa sangat sedih, karena saya selalu
berpikir apakah saya sudah menjadi suami yang baik
untuk istri saya atau belum, saya takut saya tidak bisa
menjadi suami yang dinginkan oleh istri saya saat masih
hidup, saya merasa frustasi. Namun, setelah berkonsultasi
dengan perawat disini, dan mendekatkan diri kepada
Allah, saya mulai bisa menerima kenyataan kalau istri
saya meninggal karena sudah kehendak Allah SWT.”

Perawat Firda : “Oh bagus sekali bapak, jadi bapak mengatasi kesedihan
bapak dengan mendekatkan diri kepada Allah ya? Bagus
sekali bapak, cara ini bisa juga dijadikan contoh ya bapak
ibu, karena dengan mendekatkan diri kepada sang Allah,
bisa membantu kita untuk lebih menerima kenyataan yang
sudah ada bapak ibu ya.”

Perawat Firda :“Baiklah, saya rasa acara sharing yang kita lakukan hari
ini cukup sampai disini ya bapak ibu sekalian, jika ada
yang ingin ditanyakan bisa ditanyakan secara individu ya.
Baiklah bu Evi bisa kita kembali ke kamar ibu?”

Evi : “Baik mbak”

(Kamar bu Evi)

Perawat Firda : “Bagaimana bu perasaannya setelah kita sharing tadi?“


Evi : “Saya merasa sedikit lega sih mbak, karena ternyata
yang mengalami kehilangan orang yang disayang itu
tidak hanya saya saja, ternyata ada yang lainnya juga.”
Perawat Firda : “Bagus bu, kalau begitu coba sih ibu ceritakan apa saja

42
yang ibu dapat dari kegiatan sharing tadi bu?”
Evi : “Ya namanya hidup mati memang sudah diatur oleh
Allah ya mbak, saya bahkan orang-orang yang mengikuti
kegiatan sharing tadi tidak bisa mencegah kematian yang
sudah ditentukan oleh Allah, yang bisa saya lakukan
sekarang saya harus mulai belajar menerima kenyataan
mbak.”
Perawat Firda : “Baiklah Bu, kalau Ibu sudah paham, ibu dapat
melakukan kegiatan sharing lagi disaat ibu merasa sedih
ya bu. Ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan
ya? Bagaimana jika kegiatan sharing ini juga dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari ibu?”
Evi : “Iya mbak saya mau”
Perawat Firda : “Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan
lupa mengisi buku kegiatannya ya bu, ibu sertakan hari
dan jamnya juga ya bu. Caranya sama dengan
sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri, tanpa diingatkan
dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu tulis “M”,
dan jika ibu di bantu dalam melakukan kegiatan , ibu tulis
“B”, dan jika ibu malas atau lupa mengerjakannya ibu
tulis “T”. Paham bu?”
Evi : “Iya paham mbak”
Perawat Firda : “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-
bincang selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit ya
bu. Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah
makan pagi, kita berbincang-bincang lagi mengenai cara
lain untuk mengatasi rasa sedih ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibu setuju? Mau di mana bu? Apakah di
kamar ibu?”
Evi : “Baik mbak”
Perawat Firda : “Baiklah kalau begitu bu, besok bertemu di ruangan Ibu
saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?”

43
Evi : “Tidak mbak”
Perawat Firda : “Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu.
Assalamu’alaikum.”

3. SP 3 Pasien : Cara spiritual

Perawat Edi : “Assalamu’alaikum, selamat pagi bu Evi. Perkenalkan


saya perawat Edy Priyanto, biasanya saya dipanggil Edi.
Saya perawat yang berjaga dipagi hari ini mulai ukul
07.00-14.00 nanti bu. Bagaimana keadaan Ibu hari ini?
Apa sudah lebih baik dari kemarin?”
Evi : “Waalaikumsalam mas Edi. Alhamdulillah sudah lebih
baik dari kemarin pak”
Perawat Edi : “Alhamdulillah kalau begitu bu, sebelumnya boleh saya
lihat buku kegiatan ibu?
Perawat Edi : “Wah bagus bu, nampaknya ibu sudah mengalami
perkembangan yang bagus ya dari pertemuan yang
pertama”
Evi : “Alhamdulillah pak, berkat bantuan teman-teman disini
dan perawat disini pak.”
Perawat Edi : “Alhamdulillah. Jadi sesuai janji yang disepakati
kemarin ya, Bu. Hari ini saya akan mengajari bu
mengatasi rasa sedih ibu dengan ibadah, apakah ibu
setuju?”
Evi : “Iya pak”
Perawat Edi : “Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
Kalau 20 menit tidak apa-apa bu? Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang di ruangan ibu saja?.”
Evi : “Iya pak gapapa”
Perawat Edi : “Jadi bu, kegiatan ibadah yang biasa Ibu lakukan apa
ya?”
Evi : “Saya biasanya ya sholat wajib itu pak, tapi masi
bolong-bolong.”
Perawat Edi : “Apakah ibu sudah mengetahui bagaimana cara

44
melakukan sholat wajib bu?”
Evi : “Iya bisa kok pak”
Perawat Edi : “Nah begini bu, kalau ibu merasa kesedihan ibu muncul
kembali coba ibu langsung ambil air wudhu, kemudian
ibu sholat dan berdoa kepada Allah agar almarhum suami
ibu bisa tenang dan mendapatkan kedudukan yang baik
disisi-Nya. Dan disaat senggang seperti ini, coba ibu
biasakan untuk berdzikir mengingat Allah bu, karena
dengan kita mengingat Allah, kita akan bisa lebih
menerima kenyataan yang ada ini bu. Dan juga coba
secara perlahan ibu mulai sholat tiap 5 waktu ya bu.
Sekarang coba ibu ucapkan SubhanAllah walhamdulillah
walailahailallah huwallah huakbar sebanyak 10 kali bu”
Evi : (Mengucapkan SubhanAllah walhamdulillah
walailahailallah huwallah huakbar sebanyak 10 kali)
Perawat Edi : “Ya bagus sekali bu, nah sekarang bagaimana bu
perasaannya setelah berbincang-bincang ini tadi? “
Evi : “Setelah berdzikir entah kenapa saya merasa lebih
tenang pak.”
Perawat Edi : “Bagus bu, kalau begitu coba ibu sebutkan lagi
bagaimana cara mengatasi rasa sedih ibu dengan cara
beribadah bu.”
Evi : “Kalau saya mulai merasa sedih, sebaiknya saya
langsung mengambil wudhu, dan sholat, kalau waktu
senggang seperti ini bisa diselingi dengan berdzikir
SubhanAllah walhamdulillah walailahailallah huwallah
huakbar sebanyak 10 kali”
Perawat Edi : “Wah bagus sekali ibu, jadi saat perasaan sedih mulai
muncul cara ini bisa menjadi salah satu cara agar ibu
dapat mengatasi rasa sedih ibu ya bu
Evi : “Iya pak”
Perawat Edi : “Ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan ya?

45
Bagaimana jika kegiatan beribadah ini juga dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari ibu? Nanti kalau ibu tiap
selesai melakukan sholat atau berdzikir, ibu jangan lupa
mengisi dibuku kegiatannya ya bu, ibu sertakan hari dan
jamnya juga bu. Sudah tau caranya kan bu?”
Evi : “Iya Paham”
Perawat Edi : “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-
bincang selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit bu.
Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya
akan datang kembali untuk memantau perkembangan Ibu.
Kita bertemu di ruangan ibu saja ya.”
Evi : “Baik pak”
Perawat Edi : “Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan?
Evi : “Gak ada pak”
Perawat Edi : “Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu.
Assalamu’alaikum

46

Anda mungkin juga menyukai