Oleh Kelompok 4
3B Keperawatan :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW
yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun
akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas akhir dari mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Kehilangan dan Berduka”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
LAMPIRAN ..................................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN
6
Karena hilangnya keintiman, intensitas dan ketergantungan dari
ikatan atau jalinan yang
7
ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa
dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari
kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Kehilangan ini meliputi kehilangan perasaan terhadap
keatraktifan, diri sendiri, kehilangan kemampuan fisik dan mental,
sersta kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan dampaknya.
Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau seluruhnya. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda,
fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya
kehilangan benda milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang
atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan
dengan terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara menetap. Misalnya pindah kekota
lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati
baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang
disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian.
2.1.5 Rentang Respon Kehilangan
Denial —–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi —— > Acceptance
a. Fase denial
1) Merupakan reaksi pertama pada fase ini adalah syok, tidak
mempercayai kenyataan
2) Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu
8
mengatakan itu tidak mungkin, ― saya tidak percaya itu
terjadi .
3) Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase anger / marah
1) Individu mulaimenyadari akan kenyataan yang terjadi
2) Tibul respon marah diproyeksikan pada orang lain
3) Reaksi fisik yang timbul adalah; muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal, serta perilaku agresif.
c. Fase bergaining / tawar- menawar.
1) Ungkapan secara verbal pada fase ini adalah; kenapa harus
terjadi pada saya ? , kalau saja yang sakit bukan
saya,seAndainya saya hati-hati
d. Fase depresi
1) Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus
asa.
2) Gejala pada fase ini individu menolak makan, mengeluh
suslit tidur, letih, dorongan libido menurun. 5
e. Fase acceptance
1) Pikiran pada objek yang hilang mulai berkurang.
2) Ungkapan verbal pada fase ini adalah” apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus
operasi”
2.1.6 Tanda dan Gejala
Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara lain:
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal
Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien kehilangan antara lain:
a. Isolasi sosial atau menarik diri
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
9
c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan
10
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Individu mulai merasakan adanya kehilangan secara nyata/akut dan
mungkin mengalami putus asa,marahan, perasaan bersalah, frustasi,
depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Individu berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan
yang hampa/kosong, pada fase ini individu kehilangan masih tetap
tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
d. Fase IV indiduvu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan
bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat
menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
e. Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari. Pada fase ini individu
harus mulai menyadari arti kehilangan. Sehingga pada fase ini
diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
11
No Data Masalah
1 Subjektif : Kehilangan
- Pasien merasatidak bisa melupakan
kehilangan suaminya akibat tsunami
Objektif :
- Pasien terus menangis /mengingat
suaminya
- Pasien marah-marah
- - TD : 130/90 mmHg, P: 20x/menit,
N: 90 x/menit
c. Menegakkan Diagnosa Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan Anda dapat melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyimpulkan core problem (masalah utama) merupakan prioritas
masalah dari beberapa masalah yang dimiliki pasien.
2) Menghubungkan core problem sesuai dengan masalah lain dan
sesuai dengan daftar masalah.
3) Menegakkan diagnosa keperawatan jiwa berdasarkan prioritas
4) Menyusun diagnosa berdasarkan prioritas diagnosa dengan ”core
problem ” sebagai etiologinya.
d. Tindakan Keperawatan Pada Pasien
Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien
mampu:
1) Membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
3) Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya
4) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
5) Memanfaatkan faktor pendukung
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar
tujuan berhasil adalah:
1) Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
2) Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan,
12
fisik, sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa
kehilangan dan hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa
kehilangan yang terjadi).
3) Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
a) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
b) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
c) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
d) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
4) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia
untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama.
5) Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas
d. Tindakan keperawatan untuk keluarga:
Tindakan keperawatan terhadap keluarga pada keluarga bertujuan agar
keluarga mampu:
1) Mengenal masalah kehilangan dan berduka.
2) Memahami cara merawat Pasien berduka berkepanjangan.
3) Mempraktikkan cara merawat Pasien berduka disfungsional
4) Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan agar tujuan keperawatan berhasil
adalah:
1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka
dan dampaknya pada Pasien.
2) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang
dialami oleh pasien
3) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat Pasien dengan
berduka disfungsional
4) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang
dialami oleh Pasien
e. Evaluasi
Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari kemampuan pasien
13
untuk
1) Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien
3) Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami
dengan keadaan dirinya
4) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya
5) Memanfaatkan faktor pendukung
f. Kriteria Pasien Pulang
1) Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses
berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-
tiap tahap.
2) Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses
berduka dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang
berhubungan denga konsep kehilangan secara jujur.
3) Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan
perilaku-perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan
disfungsi berduka dan mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas
hidup sehari-hari secara mandiri.
14
1) Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu. Perkenalkan bu, nama
saya Gladys Brinita Santi, biasanya saya dipanggil Gladys, saya
perawat yang berdinas pagi hari ini dari pukul 07.00 sampai
14.00. Permisi, kalau boleh tau nama ibu siapa ya? Sukanya
dipanggil siapa bu?”
2) Evaluasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini? Apa ada yang ibu keluhkan
hari ini?”
3) Validasi
“Biasanya saat perasaan tersebut datang, apa yang ibu lakukan
untuk mengatasinya bu?”
4) Kontrak
a) Topik : “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-
bincang sebentar tentang keadaan ibu? Tujuannya
supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam menghadapi
keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya,
kesedihan ibu mungkin bisa berkurang”
b) Tempat : “Baiklah bu, bagaimana kalau hari ini kita
berbincang-bincang dikamar ibu saja?”
c) Waktu : “Ibu mau berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”
b. Kerja
15
meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini.”
1) Evaluasi:
a) “Ya, bagus sekali Bu. Jadi bu, setiap kali Ibu teringat
dengan mendiang suami ibu, lalu ibu mulai merasa
cemas, Ibu dapat melakukan teknik tersebut. Dan setiap
16
kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan ini,
Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini
ya bu.”
d) “Ibu setuju?”
17
f) “Sebelum saya permisi apak ada yang mau ibu
tanyakan?”
1) Salam terapeutik:
2) Evaluasi
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari
kemarin? Bagus kalau begitu”
3) Validasi
a) “Nah apa saja yang ibu lakukan kemarin? “Coba saya
lihat buku kegiatan ibu?”
b) “Wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi
secara mandiri”
c) “Sekarang coba ibu praktekkan lagi cara teknik rileksasi
tersebut”
d) “Bagus sekali bu”
4) Kontrak
18
b) Waktu : “Ibu maunya berapa lama kita berbincang-
bincang?Bagaimana kalau 30 menit bu?”
b. Kerja
2) “Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa
bermain voli lho, Bu.”
3) “Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”
4) “Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus.
Bisa Ibu menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
8) “Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat
juga ya dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi
lomba voli antarwarga di daerah rumah Ibu.”
10) “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu Z. Ibu Z juga akan bermain voli
bersama- sama. Ibu Z ini jago bermain voli, lho.”
19
11) “Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik
dalam bermain bola voli?”
13) “Ibu Z, saat Ibu sedang merasa sedih tapi tidak mampu
meluapkannya, Ibu bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama
yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membuat Ibu
berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak
merasa kesepian lagi.”
c. Terminasi
1) Evaluasi:
20
3) Kontrak yang akan datang:
a) “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang
selama 30 menit dan sekarang sudah 30 menit bu”
b) “Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah
makan pagi, saya akan mengajak ibu kedalam suatu
kelompok yang memiliki permasalahan yang sama
dengan ibu untuk berbagi pengalaman mengenai masalah
ibu? Siapa tau dengan berbagi pengalaman, ibu bisa
menemukan motivasi baru untuk menghadapi masalah
ibu dari orang lain yang memiliki pengalaman yang sama
dengan ibu?”
c) “Baiklah kalau begitu bu, besok kita ketemu di ruangan
Ibu saja, ya?”
d) “Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak,
saya permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum.”
a. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari
kemarin? Bagus kalau begitu”
3) Validasi
a) “Apa boleh saya lihat buku kegiatan ibu?
b) “Wah bagus bu, nampaknya ibu sudah lebih bersemangat
dari yang kemaren”
4) Kontrak:
21
a) Topik :
“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini
saya akan mengajak ibu ke sebuah perkumpulan dimana
anggota dari perkumpulan ini memiliki masalah yang
sama dengan ibu, tujuannya supaya ibu dapat berbagi
pengalaman dengan orang lain dan dapat berinteraksi
dengan orang-orang disekeliling ibu”
b) Waktu : “Ibu maunya berapa lama kita berbincang-
bincang? Kalau 20 menit tidak apa-apa bu?”
22
6) “Oh bagus sekali bapak, jadi bapak mengatasi kesedihan bapak
dengan mengekatkan diri kepada sang Pencipta ya? Bagus sekali
bapak, cara ini bisa juga dijadikan contoh ya bapak ibu, karena
dengan mendekatkan diri kepada sang Pencipta bisa membantu
kita untuk lebih menerima kenyataan yang sudah ada bapak ibu
ya.”
7) “Baiklah, kami rasa acara sharing yang kita lakukan hari ini
cukup sampai disini ya bapak ibu sekalian, jika ada yang ingin
ditanyakan bisa ditanyakan secara individu ya”
c. Terminasi
1) Evaluasi:
23
h) “Ibu paham bu?”
3) Kontrak yang akan datang:
a) “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang
selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit ya bu”
b) “Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah
makan pagi, kita berbincang-bincang lagi mengenai cara
lain untuk mengatasi rasa sedih ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibu setuju? Mau di mana Pak? Apakah di
kamar ibu?”
c) “Baiklah kalau begitu bu, besok kita ketemu di ruangan
Ibu saja, ya?”
d) “Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak,
saya permisi dulu ya, Bu. Assalamu’alaikum.”
a. Tahap orientasi
1) Salam terapeutik
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari
kemarin? Bagus kalau begitu”
3) Validasi
a) “Apa boleh saya lihat buku kegiatan ibu?
b) “Wah bagus bu, nampaknya ibu sudah lebih bersemangat
dari yang kemaren”
4) Kontrak:
24
ibu dengan ibadah, apakah ibu setuju?”
b) Waktu : “Ibu maunya berapa lama kita berbincang-
bincang? Kalau 20 menit tidak apa-apa bu?”
1) “Jadi bu, kegiatan ibadah yang biasa Ibu lakukan apa ya?”
3) “Nah begini bu, kalau ibu merasa kesedihan ibu muncul kembali
coba ibu langsung ambil air wudhu, kemudian ibu sholat dan
berdoa kepada Allah agar almarhum suami ibu bisa tenang dan
mendapatkan kedudukan yang baik disisi-Nya”
c. Terminasi
1) Evaluasi:
25
sendiri, tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau
orang lain ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam
melakukan kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas
atau lupa mengerjakannya ibu tulis “T”.
h) “Ibu paham bu?”
3) Kontrak yang akan datang:
a) “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang
selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit bu”
b) “Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya
akan datang kembali untuk memantau perkembangan Ibu.
Kita bertemu di ruangan ibu saja ya.”
c) “Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan?
Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu.
Assalamu’alaikum.”
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehilangan adalah sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada lagi.
Kehilangan juga merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh individu selam a
masa kehidupan dan cenderung akan berulang kembali walau dalam bentuk yang
berbeda. Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba – tiba atau bertahap, bersifat
sementara atau menetap. Tipe – tipe kehilangan meliputi fisik atau actual yaitu orang
lain dapat juga merasakan apa yang terjadi pada orang tersebut, Psikologis yaitu jenis
kehilangan ini sifatnya abstrak dan tidak dapat dilihat oleh orang lain. Hanya yang
mengalaminya yang bisa merasakan, antisipasi dapat diantisipasi meski demikian
kebanyakan orang yang mengalami kondisi tersebut kerap menunjukkan perilaku yang
sama seperti orang yang kehilangan atau berduka walaupun hal tersebut belum terjadi
pada mereka. Berduka adalah respon individu atau reaksi emosional dari kehilangan
mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. Berduka merupakan respon normal pada
semua kejadian kehilangan. Dampak berduka dapat terjadi pada anak – anak, remaja,
dewasa, dan lanjut usia.
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat profesional kita harus mengetahui tentang perilaku
berduka, mengenai pengaruh berduka dalam perilaku dan memberikan dukungan dalam
bentuk empati agar pada saat nanti saat kita menjadi seorang perawat yang professional
kita dapat memberikan asuhan keperawatan yang semestinya bagi seseorang yang
kehilangan dan berduka.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
Nama klien : Ny. E Ruangan : Nakula
No. MR : 601756 RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
29
Perawat Gladys ; “Ibu mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Evi : “Iya gapapa sus”
(Kamar Bu Evi)
Perawat Gladys : “Baiklah Ibu Evi, sebelumnya bisa Ibu jelaskan kepada
saya bagaimana perasaan Ibu Evi saat ini?”
Evi : “Perasaan saya saat ini sedang sedih karena suami saya
meninggal mbak”
Perawat Gladys “Oh begitu, kalau boleh tau kapan suami ibu
meninggalnya ya bu?”
Perawat Gladys : “Oh begitu, dalam 2 bulan tersebut apa saja ya yang ibu
lakukan dalam kehidupan sehari-hari?”
Perawat Gladys : “Oh begitu bu, kalau boleh tau, saat suami ibu masih
ada, apa saja ya bu kegiatan-kegiatan yang ibu lakukan?
Entah itu dalam keluarga atau dalam masyarakat gitu
bu?”
Evi : “Ya saya dulu saat suami saya masih ada sering pergi
jalan-jalan dengan suami saya, lalu saya juga kalau
dalam masyarakat saya sering berpartisipasi dalam
kegiatan posyandu lansia dan keagamaan di masjid
mbak.”
30
Perawat Gladys : “Oh begitu, ibu apa masih membina hubungan ya
dengan teman-teman ibu yang ada di posyandu dan yang
ada di acara keagamaan di masjid yang pernah ibu ikuti
itu?”
Perawat Gladys : “Oh begitu. Begini bu, sebelumnya saya mau tanya,
kira – kira, ibu tau ndak perubahan apa yang ibu
dapatkan dari perasaan berduka yang ibu rasakan ini?”
Perawat Gladys : “Oh begitu bu. Saya mengerti mengapa Ibu sangat sulit
menerima kenyataan ini. Tapi bu, kondisi saat ini, yang
sebenarnya terjadi itu memang suami Ibu telah
meninggal bu. Jadi ibu yang sabar ya, Bu ”
Evi : “Susah bagi saya mbak, saya itu setiap hari selalu
bersama suami saya, saya masih ingat kami ngobrol
bersama, bercanda bersama. Namun tiba-tiba suami saya
meninggal karena kecelakaan mobil, saya benar-benar
31
masih tidak percaya kalau hal ini terjadi mbak.”
Perawat Gladys : “Iya bu memang susah, saya mengerti hal itu, saya juga
tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu, tapi coba
sekarang ibu pikirkan, saat Ibu pulang ke rumah nanti,
Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak
Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”
Evi : “Iya mbak, tapi saya masih tidak bisa menerima hal ini,
andaikan saja saya ada di lokasi saat kecelakaan suami
saya terjadi, pasti hal ini tidak akan terjadi mbak”
Perawat Gladys : “Ibu, hidup matinya seseorang itu semua sudah diatur
oleh Tuhan. Meninggalnya suami Ibu juga merupakan
kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada
satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya
ataupun Ibu sendiri.”
Perawat Gladys : “Ibu tidak perlu cemas. Ibu bisa mencoba mencari
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu.
Saya percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa
digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih
punya saudara-saudara, anak-anak dan orang lain yang
sayang dan peduli sama Ibu.”
32
Perawat Gladys : “Begini saja, untuk mengurangi rasa cemas Ibu saat ini,
Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan. Coba
sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan sebentar,
kemudian hembuskan perlahan-lahan.”
Evi : (Mempraktekkan)
Perawat Gladys : “Ya, bagus sekali Bu. Jadi begini bu, nanti setiap kali
Ibu mulai teringat dengan mendiang suami ibu, lalu ibu
mulai merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik
tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini ya bu.”
Perawat Gladys : “Permisi Bu, ini ada buku kegiatan harian untuk ibu,
bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi tadi ibu
masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu? Apakah ibu
33
setuju?”
Perawat Gladys : “Nah jadi bu, disini kan ada kolom kegiatan, tanggal,
waktu dan keterangan, nah ini nanti Ibu bisa mengisi
kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan ini bu, lalu
cara mengisi buku kegiatan ini : jika ibu melakukannya
tanpa dibantu atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis
“M” disini, jika ibu di bantu atau diingatkan ibu tulis
“B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu tulis “T”,
apakah Ibu paham?”
Perawat Gladys : “Nah nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya
ya, biar kami bisa memantau perkembangan ibu ya.”
Perawat Gladys : “Nah bu, sesuai dengan kontrak kita tadi kita
berbincang-bincang selama 20 menit dan sekarang sudah
20 menit ya bu.”
Perawat Gladys : “Nah jadi begini Bu, kira –kira kapan ya ibu mau kita
melanjutkan perbincangan kita untuk mengatasi masalah
ibu?”
Perawat Gladys : “Baiklah bu Evi, sekarang ibu istirahat dulu ya. Sebelum
saya permisi apakah ada yang mau ibu tanyakan?”
34
Evi : “Tidak ada mbak”
Perawat Gladys : “Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu.
Assalamu’alaikum.”
Perawat Elza : “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin?”
Perawat Elza : “Baiklah, bagus kalau begitu. Nah kemarin apa saja yang
sudah ibu lakukan? Coba saya lihat buku kegiatan ibu ya”
Perawat Elza : (Sambil melihat buku ibu) “Wah bagus sekali bu, ibu
sudah melakukan teknik rileksasi secara mandiri ya.”
35
dapat berinteraksi dengan orang-orang disekeliling ibu ya,
Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 30 menit bu?”
Evi : “Baik sus gapapa”
Perawat Elza : “Ibu maunya dimana? Bagaimana kalau ditaman depan,
ibu setuju?”
Evi : “Iya gapapa mbak”
(Taman)
Perawat Elza : “Nah, Bu. Sesuai topik yang kita bicarakan ya, apakah
Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
Perawat Elza : “Oh ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua
orang bisa bermain voli lho, Bu.”
Evi : “Iya mbak, saya dulu sering main voli sama ibu-ibu pkk
Perawat Elza : “Wah hebat bu, selain bermain voli, apa Ibu mempunyai
hobi yang lain lagi ya?”
Perawat Elza : “Oh ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu
bagus. Bisa Ibu menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu
pada saya?”
Evi : “Jangan mbak, suara saya itu jelek mbak, saya malu”
Evi : “Kalau dalam seminggu sih 3 kali mbak, tapi kalau ada
acara lomba seminggu mungkin bisa sampai 5 kali mbak”
Perawat Elza : “Wah, cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu
dalam bermain voli sudah terlatih, sehingga sebelumnya
36
Ibu sering mengikuti lomba voli ya?”
Evi : “Iya saya cukup mahir mbak kalau voli, karena memang
sering laihan sama ibu-ibu, kalau lomba keerdekaan desa
saya sering itu memenangkan lomba voli mbak”
Perawat Elza : “Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam bermain voli.
Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga
di daerah rumah Ibu ya. Nah, bagaimana kalau sekarang
Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk bermain
voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin
bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-
sama dengan yang lain.”
(Lapangan Voli)
Perawat Elza : “Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu Evi. Ibu Evi hari akan
bermain voli bersama-sama ibu-ibu ya. Ibu Ev ini jago
bermain voli, lho. Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan
teknik-teknik yang baik dalam bermain bola voli?”
Perawat Elza : “Wah, bagus sekali Bu. Memang ibu sudah jago sekali
ya.”
Perawat Elza : “Baiklah kalau begitu bisa kita kembali ke taman lagi bu
Evi untuk melanjutkan perbincangan kita?”
(Taman)
Perawat Elza : “Ibu Evi, sebenarnya saat Ibu sedang merasa sedih, Ibu
bisa juga lho melakukan kegiatan bermain voli bersama
dengan yang lainnya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat
37
membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang
lainnya sehingga Ibu tidak merasa kesepian lagi dimana
kesepian bisa memicu ibu untuk ingat dengan suami ibu
lagi lho.”
Evi : “Iya mbak, hari ini saya senang karena saya bisa
bermain voli walau cuma sebentar mbak”
Perawat Elza : “Oh iya bu, nanti setelah kita berbincang-bincang ibu
boleh kok bermain voli lagi dengan ibu-ibu lainnya. Tapi
sebelum itu, sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja sih
manfaat yang bisa Ibu dapatkan dengan melakukan
kegiatan yang Ibu senangi.”
Evi : “Saya bisa membina hubungan yang lebih baik dengan
orang disekitar saya, sehingga saya tidak merasa kesepian
lagi, sehingga frekuensi dalam mengingat suami saya bisa
berkurang.”
Perawat Elza : “Bagus sekali bu, kalau begitu mulai hari ini kalau ibu
merasa sedih, Ibu bisa bermain voli dengan ibu-ibu yang
lainnya ya”
Evi : “Ya mbak”
Perawat Elza : “Baik bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian
kan ya? Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga
dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari? Ibu maunya
berapa kali main voli dalam satu minggu?”
Evi : “Oh iya mbak mau banget saya, kalau dalam seminggu
saya volinya 4 kali apa gapapa ya?”
Perawat Elza : “Oh iya gapapa bu, kelompok voli disini setiap hari
bermain voli kok bu, tapi mungkin dengan anggota yang
38
berbeda-beda, biasanya mereka mainnya pagi jam 08.30
atau sore jam 15.30 kok bu.
Evi : “Oh iya mbak, nanti pukul 15.30 saya akan coba ikut
lagi mbak”
Perawat Elza : “Iya bagus bu, nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini,
ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya. Caranya
sama dengan sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri,
tanpa diingatkan dan dibantu oleh perawat atau orang lain
ibu tulis “M”, dan jika ibu di bantu dalam melakukan
kegiatan , ibu tulis “B”, dan jika ibu malas atau lupa
mengerjakannya ibu tulis “T”. Paham bu?”
Evi :”Iya mbak paham”
Perawat Elza : “Nah sesuai dengan kontrak kita tadi ya bu, kita
berbincang-bincang selama 30 menit dan sekarang sudah
30 menit ya bu. Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00
setelah makan pagi, saya akan mengajak ibu kedalam
suatu kelompok yang memiliki permasalahan yang sama
dengan ibu untuk berbagi pengalaman? Siapa tau dengan
mengikuti kelompok ini, ibu bisa menemukan motivasi
baru untuk menghadapi masalah ibu dari orang lain yang
memiliki pengalaman yang sama dengan ibu?”
Evi : “Oh boleh-boleh mbak”
Perawat Elza : “Baiklah kalau begitu bu, besok kita ketemu di ruangan
Ibu dulu, ya?”
Evi : “Iya mbak”
Perawat Elza : “Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?”
Evi : “Ndak mbak”
Perawat Elza : “Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu.
Assalamu’alaikum.”
Evi : “Waalaikumsalam, terimakasih mbak”
(Kamar Bu Evi)
39
Perawat Firda : “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu Evi. Perkenalkan
nama saya Firda Dewi Saputri, biasanya saya dipanggil
Firda bu. Saya perawat yang berjaga di pagi hari ini
mulai pukul 07.00-14.00 nanti.”
Evi : “Waalaikumsalam, pagi mbak Firda”
Perawat Firda : “Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik
dari kemarin?”
Evi : “Alhamdulillah sudah mbak”
Perawat Firda : “Bagus kalau begitu bu, sebelumnya boleh saya lihat
buku kegiatan ibu?
Perawat Firda : (Sambil melihat buku) “Wah bagus bu, nampaknya ibu
sudah lebih bersemangat dari yang kemaren. Jadi begini
bu, sesuai janji yang ibu sepakati dengan perawat
sebelumnya, hari ini saya akan mengajak ibu ke sebuah
perkumpulan dimana anggota dari perkumpulan ini
memiliki masalah yang sama dengan ibu, tujuannya
supaya ibu dapat berbagi pengalaman dengan orang lain
dan dapat berinteraksi dengan orang-orang disekeliling
ibu ya. Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
Kalau 20 menit tidak apa-apa bu?”
Evi : “Iya mbak gapapa”
Perawat Firda : “Baiklah bagaimana kalau sekarang kita berbincang-
bincang di taman, karena yang lain sudah menunggu di
taman bu”
Evi : “Baik mbak”
(Taman)
40
perkenalan ya, tujuannya supaya saudara sekalian bisa
saling kenal antara yang satu dengan yang lain. Silahkan
dimulai dari Bu Evi ya”
Perawat Firda : “Bagus sekali bapak Galuh, jadi sekarang bapak sudah
mulai bisa mengatasi rasa sedih karena kehilangan anak
bapak akibat gempa ya? Kalau boleh tau bagaimana cara
bapak mengatasinya perasaan sedih bapak ya?”
Perawat Firda : “Bagus sekali bapak, dari pengalaman pak Galuh ini,
mungkin bapak dan ibu sekalian bisa menjadikannya
41
contoh agar bapak ibu bisa mengatasi rasa kesedihan yang
dirasakan ya. Apakah saudara sekalian ada yang mau
membagikan pengalamannya lagi? Bapak Erik silahkan”
Perawat Firda : “Oh bagus sekali bapak, jadi bapak mengatasi kesedihan
bapak dengan mendekatkan diri kepada Allah ya? Bagus
sekali bapak, cara ini bisa juga dijadikan contoh ya bapak
ibu, karena dengan mendekatkan diri kepada sang Allah,
bisa membantu kita untuk lebih menerima kenyataan yang
sudah ada bapak ibu ya.”
Perawat Firda :“Baiklah, saya rasa acara sharing yang kita lakukan hari
ini cukup sampai disini ya bapak ibu sekalian, jika ada
yang ingin ditanyakan bisa ditanyakan secara individu ya.
Baiklah bu Evi bisa kita kembali ke kamar ibu?”
(Kamar bu Evi)
42
yang ibu dapat dari kegiatan sharing tadi bu?”
Evi : “Ya namanya hidup mati memang sudah diatur oleh
Allah ya mbak, saya bahkan orang-orang yang mengikuti
kegiatan sharing tadi tidak bisa mencegah kematian yang
sudah ditentukan oleh Allah, yang bisa saya lakukan
sekarang saya harus mulai belajar menerima kenyataan
mbak.”
Perawat Firda : “Baiklah Bu, kalau Ibu sudah paham, ibu dapat
melakukan kegiatan sharing lagi disaat ibu merasa sedih
ya bu. Ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan
ya? Bagaimana jika kegiatan sharing ini juga dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari ibu?”
Evi : “Iya mbak saya mau”
Perawat Firda : “Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan
lupa mengisi buku kegiatannya ya bu, ibu sertakan hari
dan jamnya juga ya bu. Caranya sama dengan
sebelumnya, jika ibu melakukan sendiri, tanpa diingatkan
dan dibantu oleh perawat atau orang lain ibu tulis “M”,
dan jika ibu di bantu dalam melakukan kegiatan , ibu tulis
“B”, dan jika ibu malas atau lupa mengerjakannya ibu
tulis “T”. Paham bu?”
Evi : “Iya paham mbak”
Perawat Firda : “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-
bincang selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit ya
bu. Nah bu bagaimana kalau besok jam 08.00 setelah
makan pagi, kita berbincang-bincang lagi mengenai cara
lain untuk mengatasi rasa sedih ibu yaitu dengan cara
ibadah, apakah ibu setuju? Mau di mana bu? Apakah di
kamar ibu?”
Evi : “Baik mbak”
Perawat Firda : “Baiklah kalau begitu bu, besok bertemu di ruangan Ibu
saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan?”
43
Evi : “Tidak mbak”
Perawat Firda : “Baiklah, kalau tidak, saya permisi dulu ya, Bu.
Assalamu’alaikum.”
44
melakukan sholat wajib bu?”
Evi : “Iya bisa kok pak”
Perawat Edi : “Nah begini bu, kalau ibu merasa kesedihan ibu muncul
kembali coba ibu langsung ambil air wudhu, kemudian
ibu sholat dan berdoa kepada Allah agar almarhum suami
ibu bisa tenang dan mendapatkan kedudukan yang baik
disisi-Nya. Dan disaat senggang seperti ini, coba ibu
biasakan untuk berdzikir mengingat Allah bu, karena
dengan kita mengingat Allah, kita akan bisa lebih
menerima kenyataan yang ada ini bu. Dan juga coba
secara perlahan ibu mulai sholat tiap 5 waktu ya bu.
Sekarang coba ibu ucapkan SubhanAllah walhamdulillah
walailahailallah huwallah huakbar sebanyak 10 kali bu”
Evi : (Mengucapkan SubhanAllah walhamdulillah
walailahailallah huwallah huakbar sebanyak 10 kali)
Perawat Edi : “Ya bagus sekali bu, nah sekarang bagaimana bu
perasaannya setelah berbincang-bincang ini tadi? “
Evi : “Setelah berdzikir entah kenapa saya merasa lebih
tenang pak.”
Perawat Edi : “Bagus bu, kalau begitu coba ibu sebutkan lagi
bagaimana cara mengatasi rasa sedih ibu dengan cara
beribadah bu.”
Evi : “Kalau saya mulai merasa sedih, sebaiknya saya
langsung mengambil wudhu, dan sholat, kalau waktu
senggang seperti ini bisa diselingi dengan berdzikir
SubhanAllah walhamdulillah walailahailallah huwallah
huakbar sebanyak 10 kali”
Perawat Edi : “Wah bagus sekali ibu, jadi saat perasaan sedih mulai
muncul cara ini bisa menjadi salah satu cara agar ibu
dapat mengatasi rasa sedih ibu ya bu
Evi : “Iya pak”
Perawat Edi : “Ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan ya?
45
Bagaimana jika kegiatan beribadah ini juga dimasukkan
menjadi kegiatan sehari-hari ibu? Nanti kalau ibu tiap
selesai melakukan sholat atau berdzikir, ibu jangan lupa
mengisi dibuku kegiatannya ya bu, ibu sertakan hari dan
jamnya juga bu. Sudah tau caranya kan bu?”
Evi : “Iya Paham”
Perawat Edi : “Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-
bincang selama 20 menit dan sekarang sudah 20 menit bu.
Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan siang, saya
akan datang kembali untuk memantau perkembangan Ibu.
Kita bertemu di ruangan ibu saja ya.”
Evi : “Baik pak”
Perawat Edi : “Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan?
Evi : “Gak ada pak”
Perawat Edi : “Baiklah Bu, kalau tidak ada, saya permisi dulu.
Assalamu’alaikum
46