Anda di halaman 1dari 6

POLRI DAERAH JAWA BARAT

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG


Nomor : Kep / 73 / I / 2017/ICU

tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG


Menimbang : bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Intensive Care
Unit RSBSA diperlukan penetapan kebijakan pelayanan Intensive
Care Unit sebagai acuan bagi penyelenggaraan pelayanan Intensive
Care Unit RSBSA, di pandang perlu menetapkan keputusan.

Mengingat : 1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor : 2 tahun 2002,


tentang Kepolisian Negara Indonesia
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor : 36 tahun 2009,
tentang Kesehatan;
3. Undang – undang Republik Indonesia Nomor : 44 tahun 2009,
tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Kapolri No 11 tahun 2011 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Bhayangkara Polri;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129
Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
6. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/XII/2010 tentang tentang pedoman
penyelenggaran pelayanan Intensive Care Unit di Rumah
Sakit;
7. Keputusan Kapolri Nomor :kep / 612 / VIII /2013 tentang
Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan Polri;

Memperhatikan
….
-2- KEPUTUSAN KARUMKIT BHAYANGKARA BANDUNG
NOMOR : KEP / / / 2017
TANGGAL : 2017
Memperhatikan : -

ME MUTUSKAN :
Menetapkan : 1. Kebijakan pelayanan Intensive Care Unit Rumah Sakit
Bhayangkara TK II Sartika Asih Bandung sebagaimana
tercantum lampiran Keputusan ini;

2. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat


Keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan dan perubahan
seperlunya;

3. Hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan keadaan yang


memerlukan pengaturan lebih lanjut akan diatur dengan
keputusan tersendiri;

4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya

Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 11 Januari 2017
KARUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

dr.HISBULLOH HUDA,SpPD
KOMBES POL NRP.66070549
LAMPIRAN
POLRI DAERAH JAWA BARAT -3- KEPUTUSAN KARUMKIT BHAYANGKARA BANDUNG
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN NOMOR : KEP / / / 2017
RUMKIT BHAYANGKARA TK. II SARTIKA ASIH BANDUNG
TANGGAL : 2017

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

Kebijakan Umum

1. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
6. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif menerima rujukan pasien dari dalam rumah sakit sendiri dan dari rumah
sakit lain sesuai dengan standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan
perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain
sesuai dengan kondisi pasien.
2. Pelaksanaan operan pasien dilakukan dengan cara melihat langsung pasien.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU atau dokter
spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi
dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat membuat
keputusan untuk tidak melakukan resusitasi. LAMPIRAN
-4- KEPUTUSAN KARUMKIT BHAYANGKARA BANDUNG
NOMOR : KEP / / / 2017
TANGGAL : 2017

5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti 5. Dalam menghadapi....
pedoman penentuan
kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tindakan –
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih
tetapi tetap dengan memperhatikan keselamatan pasien.
7. Kriteria dokter ICU adalah dokter anastesi yang telah mengikuti pelatihan / pendidikan
perawatan ICU yang bersertifikat.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
 Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis.
 Pungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
 Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri
- Kateter vena perifer
- Kateter vena central ( CVP )
- Kateter arteri pulmonalis
 Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
 Resuitasi kardiopulmoner
 Pipa thoracostomy
9. Fungsi dan kewenangan Kepala unit intensive sebagai coordinator pengelolaan pasien :
Fungsi :

Melakukan evaluasi menyeluruh, menngmbil kesimpulan, member instruksi terapi dan


tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota team.

Kewenangan / peran :

Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,


menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cedera
termasuk gagal organ multi sistem.

Intervist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter pasien
sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada pasien
sakit kritis seperti : LAMPIRAN
-5- KEPUTUSAN KARUMKIT BHAYANGKARA BANDUNG
NOMOR : KEP / / / 2017
TANGGAL : 2017
1. Haemodinamik….
1. Haemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis.
3. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4. Gangguan atau gagal ginjal akut
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar rumah sakit :
 Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di bagian admission.
 Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensive seperti bantuan
ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu dan lain-lainnya
 Indikasi pasien keluar ICU :
Bila kebutuhan untuk terapi intensive telah tidak ada lagi atau bila terapi intensive
telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek jelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab
Pasien.
12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis menjadi
tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi dengan
bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari DPJP
(Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain berkoordinasi dengan
dokter penanggung jawab ICU.
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang sudah
ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di informasikan pada
LAMPIRAN
bagian terkait. KEPUTUSAN KARUMKIT BHAYANGKARA BANDUNG
-6- NOMOR : KEP / / / 2017
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
TANGGAL : 2017
Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis anestesi yang
Pada dasarnya….
bertugas di ICU.
 Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter spesialis yang
bertugas di ICU
 DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan dokter spesialis
lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis anestesi yang bertugas di
ICU
 Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus jelas apakah
akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama, maka DPJP utamanya ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang di bantu
sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas. Kewenangan tersebut
harus dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari DPJP atau
dokter spesialis lain yang terkait dengan parawatan pasien
 Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh DPJP
utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan langsung ke DPJP utama
atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
 Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang
menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang siapa DPJP
utama pasien tersebut. Hal tersebutharus dicatat dalam Intensif Care Unit
 Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut dilaporkan
kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
 Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait dengan
mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan untuk dilakukan audit medis
oleh Sub Komite Audit pasien

Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 11 Januari 2017
KARUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

dr.HISBULLOH HUDA,SpPD
KOMBES POL NRP.66070549

Anda mungkin juga menyukai