Anda di halaman 1dari 3

2.

6 Penerapan dalam bidang forensik

Tindakan perkosaan harus dapat dibuktikan secara hukum dan medis. Maka dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam pembuktian dari segi medis. Seorang dokter
harus memiliki pemahaman yang baik dalam kasus perkosaan untuk dapat menentukan apa saja
bukti yang dapat diangkat untuk menyelesaikan kasus perkosaan. Selain itu peran penting seorang
dokter yakni dapat menentukan telah terjadinya persetubuhan atau tidak, memperkirakan waktu
terjadinya, dan adanya tanda kekerasan.1,2

Penentuan jenis dan asal cairan tubuh yang ditemukan di TKP dapat memberikan wawasan
penting ke rekonstruksi TKP dengan memeriksa hubungan antara sampel korban dan pelaku tindak
pidana yang sebenarnya. Tujuan dari bukti forensik adalah untuk membuktikan hubungan fisik
antara korban dan pelaku melalui bukti benda-benda yang didapatkan pada tempat kejadian
perkara. Bukti tersebut memerlukan analisis tertentu serta keterampilan ilmiah khusus. 3
Salah satu bukti biologis yang mendukung dalam pengungkapan kasus perkosaan yaitu
cairan semen dan sperma yang terdapat di sekitar liang vagina. Sperma itu sendiri didalam liang
vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5 jam post coitus. Sperma masih dapat
ditemukan bergerak sekitar 24– 36 jam post coital dan bila wanitanya mati akan dapat ditemukan
7-8 hari.4
Daya hidup spermatozoa di luar tubuh sangat rendah dan mudah sekali mengalami
kematian. Semakin lama semen berada di suhu ruangan maka akan semakin meningkatkan tingkat
kematian spermatozoa karena rusaknya membran plasma . Jika membran plasma rusak maka akan
berlanjut pada internal sel sehingga dapat menurunkan daya hidup dan motilitas spermatozoa.
Yulnawati dan Setiadi (2005) menjelaskan bahwa spermatozoa yang mati akan menjadi toksik
terhadap spermatozoa lain yang masih hidup, sehingga secara umum kualitasnya menurun.
Keberadaan zat yang bersifat toksik baik berasal dari spermatozoa yang telah mati dapat
menyebabkan tingginya kadar radikal bebas yang dapat merusak keutuhan membran plasma
spermatozoa. Peroksidasi lipid karena peningkatan konsentrasi radikal bebas berkontribusi sebagai
faktor yang menyebabkan perubahan dalam morfologi spermatozoa. 5-8

Kadar pH juga mempengaruhi metabolisme dan motilitas sperma, alhasil dapat


mengubah daya hidup sperma. Kadar pH abnormal dapat menurunkan daya hidup sperma dan
merusak membran sel.9
Poin penting yang perlu diingat ketika melakukan pemeriksaan dari korban kekerasan
seksual dengan maksud untuk memperoleh bukti forensik, adalah sebagai berikut :10
1. Bentuk persetujuan diperlukan, berupa informed consent, khususnya kepada korban atau
keluarganya, surat dari aparat penegak hukum (yaitu polisi) dan peradilan pidana jika pasien
melanjutkan tindakan hukum pada kasus ini.
2. Perlu waktu untuk melakukan pemeriksaan forensik menyeluruh; Pemeriksaan biasanya
dilakukan secara "top to-toe” pemeriksaan kulit dan pemeriksaan genito-anal.
3. Dokumentasi yang rinci diperlukan; informasi yang dapat direkam bisa digunakan dalam
proses pidana.
4. Daerah-daerah tertentu dari tubuh (misalnya ketiak, belakang telinga, di mulut, telapak kaki)
harus diperiksa.
5. Spesimen yang tidak biasa, seperti pakaian, dan rambut, yang dikumpulkan sebagai bagian
dari sebuah pemeriksaan forensik.
6. Spesimen harus didokumentasikan.
7. Pemeriksaan ulang mungkin tidak lagi ada, sehingga penting untuk membuat pemeriksaan
secara menyeluruh.

Pemeriksaan cairan semen dapat digunakan untuk membuktikan :


1.Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan semen dalam labia minor atau vagina
yang diambil dari forniks posterior.
2.Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui penentuan adanya cairan
semen pada pakaian, seprai dan kertas tissue.
Barang bukti tersebut dapat diperiksa di laboratorium forensik yang nantinya akan
dijadikan acuan dalam menegakkan kasus perkosaan. Bila persetubuhan telah dapat dibuktikan
secara pasti, maka memperkirakan saat terjadinya pemerkosaan yang mendekati ketepatan
mempunyai arti penting, khususnya bila dikaitkan dengan proses penyidikan. Oleh karena itu
penyidik dapat lebih terarah dan selektif di dalam melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka
pelaku tindak pidana. Hal ini menyangkut benar tidaknya alibi seseorang yang diduga mempunyai
hubungan dengan sebab terjadinya tindak kekerasan seksual tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Robert R. Hazelwood, Ann Wolbert Burgess. Practical aspects of rape investigation: A
Multidisciplinary approach, third edition (practical aspects of criminal and forensic
investigations). Boca Raton : CRC; 2001.
2. Di Maio DJ. Forensic pathology. Boca Raton : CRC Press; 1993.
3. Gefrides Lisa MS FABC, Welch Katie MS FABC. Forensic Biology: Serology and DNA. Pg
20-24
4. Idries AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Karya
Unipress, 1998.
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia (2nd ed). Jakarta: EGC, 2001; p. 697-700
6. Diartha, I. W. W., Sudatri, N. W., Setyawati, I. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tauge Ditambah
Madu Terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus Musculus L.). Jurnal Simbiosis 2016;
4 (1), 1-5.
7. Samuel, S. A., Francis, A. O., Denen, A., Anthony, O. Effects of Prolonged Fasting on Sperm
Count. Journal of Molecular Pathophysiology 2015; 4 (3), 99-102.
8. Agarwal, A., Sekhon, L. H. The Role of Antioxidant Therapy in The Treatment of Male
Infertility. Human Fertility 2010; 13 (4), 217–225.
9. Bonato M, Cornwallis CK, Malecki IA, Rybnik-Trzaskowska PK, Cloete SW. The effect of
temperature and pH on the motility and viability of ostrich sperm. Anim Reprod Sci.
2012; 133:123–8.
10. Guidelines for medico-legal care for victims fo sexual violence. Forensic specimen. Pg 57-62

Anda mungkin juga menyukai