Tindakan perkosaan harus dapat dibuktikan secara hukum dan medis. Maka dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam pembuktian dari segi medis. Seorang dokter
harus memiliki pemahaman yang baik dalam kasus perkosaan untuk dapat menentukan apa saja
bukti yang dapat diangkat untuk menyelesaikan kasus perkosaan. Selain itu peran penting seorang
dokter yakni dapat menentukan telah terjadinya persetubuhan atau tidak, memperkirakan waktu
terjadinya, dan adanya tanda kekerasan.1,2
Penentuan jenis dan asal cairan tubuh yang ditemukan di TKP dapat memberikan wawasan
penting ke rekonstruksi TKP dengan memeriksa hubungan antara sampel korban dan pelaku tindak
pidana yang sebenarnya. Tujuan dari bukti forensik adalah untuk membuktikan hubungan fisik
antara korban dan pelaku melalui bukti benda-benda yang didapatkan pada tempat kejadian
perkara. Bukti tersebut memerlukan analisis tertentu serta keterampilan ilmiah khusus. 3
Salah satu bukti biologis yang mendukung dalam pengungkapan kasus perkosaan yaitu
cairan semen dan sperma yang terdapat di sekitar liang vagina. Sperma itu sendiri didalam liang
vagina masih dapat bergerak dalam waktu 4-5 jam post coitus. Sperma masih dapat
ditemukan bergerak sekitar 24– 36 jam post coital dan bila wanitanya mati akan dapat ditemukan
7-8 hari.4
Daya hidup spermatozoa di luar tubuh sangat rendah dan mudah sekali mengalami
kematian. Semakin lama semen berada di suhu ruangan maka akan semakin meningkatkan tingkat
kematian spermatozoa karena rusaknya membran plasma . Jika membran plasma rusak maka akan
berlanjut pada internal sel sehingga dapat menurunkan daya hidup dan motilitas spermatozoa.
Yulnawati dan Setiadi (2005) menjelaskan bahwa spermatozoa yang mati akan menjadi toksik
terhadap spermatozoa lain yang masih hidup, sehingga secara umum kualitasnya menurun.
Keberadaan zat yang bersifat toksik baik berasal dari spermatozoa yang telah mati dapat
menyebabkan tingginya kadar radikal bebas yang dapat merusak keutuhan membran plasma
spermatozoa. Peroksidasi lipid karena peningkatan konsentrasi radikal bebas berkontribusi sebagai
faktor yang menyebabkan perubahan dalam morfologi spermatozoa. 5-8
DAFTAR PUSTAKA
1. Robert R. Hazelwood, Ann Wolbert Burgess. Practical aspects of rape investigation: A
Multidisciplinary approach, third edition (practical aspects of criminal and forensic
investigations). Boca Raton : CRC; 2001.
2. Di Maio DJ. Forensic pathology. Boca Raton : CRC Press; 1993.
3. Gefrides Lisa MS FABC, Welch Katie MS FABC. Forensic Biology: Serology and DNA. Pg
20-24
4. Idries AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Proses Penyidikan. Jakarta: Karya
Unipress, 1998.
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia (2nd ed). Jakarta: EGC, 2001; p. 697-700
6. Diartha, I. W. W., Sudatri, N. W., Setyawati, I. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tauge Ditambah
Madu Terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus Musculus L.). Jurnal Simbiosis 2016;
4 (1), 1-5.
7. Samuel, S. A., Francis, A. O., Denen, A., Anthony, O. Effects of Prolonged Fasting on Sperm
Count. Journal of Molecular Pathophysiology 2015; 4 (3), 99-102.
8. Agarwal, A., Sekhon, L. H. The Role of Antioxidant Therapy in The Treatment of Male
Infertility. Human Fertility 2010; 13 (4), 217–225.
9. Bonato M, Cornwallis CK, Malecki IA, Rybnik-Trzaskowska PK, Cloete SW. The effect of
temperature and pH on the motility and viability of ostrich sperm. Anim Reprod Sci.
2012; 133:123–8.
10. Guidelines for medico-legal care for victims fo sexual violence. Forensic specimen. Pg 57-62