Anda di halaman 1dari 6

Sebagai inang pengganti, C.

cephalonica memiliki beberapa kelebihan dibanding


dengan spesies serangga gudang lainnya, seperti mudah didapatkan dari berbagai
macam bahan simpanan lokal, seperti padi, beras, terigu, tepung jagung, dan dedak.
Serangga ini mudah dan murah dibiakkan di laboratorium Ngengat betina memiliki
keperidian yang tinggi dengan produksi telur dapat mencapai 300- 400 butir per betina
(Alba 1990 dalam Herlinda et al, 2005)

Herlinda, Siti, Aan ekawati dan yulia pujiastuti.2005. Pertumbuhan Dan Perkembangan Corcyra
Cephalonica (Stainton) (Lepidoptera: Pyralidae) Pada Media Lokal: Pengawasan Mutu Inang
Pengganti. Jurnal Agrikultura 16(3):153-159.

Dalam pembiakan massal C. cephalonica tahap yang paling penting adalah


mendapatkan kebugaran larva (ulat) yang nantinya setelah memasuki fase imago akan
menghasilkan banyak telur (keperidian tinggi) yang merupakan tujuan yang diinginkan
dalam pembiakan massal. Untuk mendapatkan ngengat dengan keperidian yang tinggi
ini, maka fase larva harus mendapatkan nutrisi yang baik dan cukup (Alba, 1990;
Herlinda,2002).

Herlinda, S. 2002. Teknologi Produksi Masal dan Pemanfaatan Parasitoid Telur Hama
Sayuran. Hal.17.1-8. Dalam Agribisnis dan Agroindustri Unggulan dan Andalan
Daerah di Era Otonomi. Prosiding Seminar Nasional, Palembang 7 Oktober 2002.

Nimba (Azadirachtin indica), Tephrosia vegolli, Mahoni, dari ketiga tanaman tersebut
semuanya berpotensi dalam mengendalikan serangga hama. Ekstrak Azadirachtin indica
dengan menggunakan pelarut air dan methanol Azadirachtin indica dengan kosentrasi 25%
dapat mematikan 60 ekor wereng (Dies, 2004 dalam Sudartik et al 2014).

Tinggi rendahnya tingkat efikasi daun nimba yang diuji sangat dipengaruhi oleh besar
dan kecilnya konsentrasi yang digunakan dan besarnya konsentrasi berbanding lurus dengan
tingginya persentase mortalitas dimana semakin besar konsentrasi maka semakin tinggi juga
persentase mortalitas. Ekstrak nimba sangat efektif terhadap hama
karena senyawa-senyawa yang dikandungnya dapat mempengaruhi kehidupan serangga.
Ektraksi mimba mempengaruhi serangga melalui berbagai macam cara, antara lain
menghambat stadium larva, mengganggu kopulasi dan komunikasi seksual serangga,
mencegah betina untuk meletakkan telur, menghambat reproduksi atau menyebabkan
serangga mandul, meracunilarva dan dewasa, dan mengurangi napsu makan atau memblokir
kemampuan makan (Wowiling 2008).

Mimba juga mengandung senyawa aktif meliantriol dan salanin berbentuk tepung dari daun atau
cairan minyak dari biji/buah, efektif mencegah makan (antifeedant) bagi serangga, mencegah
serangga mendekati tanaman (Mardiningsih et al, 2010 dalam Sudartik et al., 2014).

Wowiling. 2008. Pestisida Nabati Mimba ( Azadirachta Indica A.Juss) Dalam Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt). Regional Inovasi Teknologi Pertanian 5(2) :
509 – 518.
Sudartik Eka, Annie P Saranga dan Sylvia Sjam. 2014. Keefektifan Berbagai Jenis Ekstrak
Untuk Pengendalian Hama Riptortus Linearis Fabricius Terhadap Tanaman Kedelai. iSkripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Setelah berlangsungnya masa panen tanaman pangan dan perkebunan, hama serangga baik berupa telur, larva,
atau ulat banyak yang terbawa ke dalam tempat penyimpanan disamping hama-hama lainnya seperti tikus,
burung, dan bermacam-macam serangga.

Salah satu hama pengganggu hasil panen adalah kumbang atau kutu beras (.Sitophilus oryzae L.), yang
termasuk familia Curculionidae dari genus Sitophilus (Kartasapoetra,1991). Hama ini tersebar itempat atau
daerah-daerah yang beriklim tropis dan subtropis, terutama di tempattempat atau daerah yang terdapat
simpanan produk kersukaanya seperti padi, beras, jagung, ubi jalar, dan kacang hijau.

Perlindungan terhadap penyimpanan produk pertanian dari ancaman hama serangga biasanya bergantung pada
insektisida buatan, seperti organoklor, organofosfat, dan karbamat (Rahman et al., 2007). Namun demikian,
penggunaan insektisida buatan secara terus-menerus dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, sehingga
diperlukan suatu sarana pengendalian hama lain yang ramah lingkungan. Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat
insektisida sebenarnya telah dikenal sejak dahulu oleh para peneliti. Salah satu diantaranya yaitu : Kabaru &
Gichia 2001 menetapkan ekstrak daun Shyalmutra (Blumea lacera) sebagai insektisida nabati pada penglubang
biji dan kutu beras ( Metcalf, 1975).

Rahman, et.all. 2007. Ethanolic Extract Of Melgota (Nacaranga Postulata) For Repelent Insectisidal Activity
Against Rice Weevil (Sitophilus Oryzae). Arf J. Biotechnology, Vol 6(4), pp.379-383.

Metcalf, R.L. & W.H. Luckman. 1975. Introduction to Insect pest Management, pp. 235 – 273.In R.L Metcalf
, J.N. Pitts & W. Stumn (eds), Environmental Science and technology. John Willey & Sons, New York.
Menurut FAO (1974) dalam Ilato et al (2012) Kerusakan pada bahan pascapanen atau
bahan simpanan sangat berarti dan mempunyai nilai penting dalam arti ekonomi karena: (1)
bahan tersebut siap dikonsumsi, (2) menghabiskan biaya yang cukup banyak yaitu mulai dari
pembenihan, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen. Jadi, kerusakan yang
sedikit pada bahan pascapanen sudah merupakan kerugian yang besar dibandingkan dengan
serangan organisme pengganggu pada tanaman dipertanaman. Selain itu akibat lain dari
adanya infestasi yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada bahan pascapanen seperti
perubahan warna dan rasa serta bau yang tidak enak atau terkontaminasi dengan penyakit
yang terbawa oleh organisme tersebut.

Beras yang disimpan di dalam gudang tradisional maupun gudang modern sering
mendapat gangguan dari serangga hama. Gangguan tersebut dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan dan kehilangan berat bahan. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari
cara serangga hama menyerang atau merusak. Produk pascapanen merupakan bagian
tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan terutama untuk memberikan nilai tambah dan
keuntungan bagi petani maupun konsumen (Wagianto, 2008).

Hama biasanya melubangi gabah dan memakan beras yang berada di dalamnya. Apabila
gabah tersebut digiling maka beras yang dihasilkan akan pecah-pecah dan mengalami susut
yang relatif besar. Akibat dari serangan hama pasca panen tersebut beras atau gabah akan
menjadi berlubang kecil-kecil, karena beras atau gabah tersebut disimpan dalam jangka waktu
yang relatif lama maka beras atau gabah tersebut menjadi butiran, pecah dan remuk bagaikan
tepung (Harahap, 2003).

Serangga yang paling banyak anggotaanggotanya sebagai hama pascapanen adalah dari
ordo Coleoptera, ordo Lepidoptera, ordo Hymenoptera, dan ordo Hemiptera. Dari keempat
ordo serangga tersebut Ordo Coleoptera adalah kelompok serangga yang terbanyak memiliki
anggota-anggotanya sebagai hama pascapanen (Pranata,1982; Munro, 1986).

Menurut Pranata (1982), beberapa hama penting yang merusak komoditi beras di Indonesia
antara lain, Sitophilus oryzae (Coleoptera; Curculionidae), Rhizopertha dominica (Coleoptera;
Bostrychidae), Tribolium castaneum (Coleoptera; Tenebrionidae), Cryptolestes ferrugineus
(Coleoptera; Cucujidae), Tenebroides mauritanicus (Coleoptera; Trogosstidae), dan Corcyra
cephalonica (Lepidoptera; Pyralidae).

Sitophilus oryzae
Imago berwarna coklat kemerahan dan
memiliki bintik-bintik coklat kemerahan. Pada
sayap bagian depannya terdapat empat buah
bintik berwarna kuning kemerahan yang membentuk
corak yang khas. Tubuh imago berbentuk
lonjong dan berukuran panjang berkisar 2-3,5 mm
dan lebar 1,1-1,3 mm. Memiliki moncong dan terdapat
antena yang berbentuk Lamellate (Gambar
1).
Hama ini diklasifikasikan ke dalam Filum
Arthropoda, Sub-filum Mandibulata, Klas Insecta,
Sub-klas Pterygota, Ordo Coleoptera, Family
Curculionidae, genus Sitophilus dan spesies S.
oryzae (Anonim, 2009; Halstead, 1986; Brower,
2003).
Corcyra cephalonica
Imago berwarna kelabu dengan pertulangan
sayapnya lebih gelap dari pada membrannya.
Antena bertipe filiform dengan labial palpus yang
lurus. Tungkai palsu larva berbentuk kerucut. Imago
jantan memiliki bentuk tubuh lebih kecil
dibandingkan dengan imago betina (Gambar 6). C.
cephalonica masuk dalam golongan Animalia,
Phylum Arthropoda, Sub Phylum Mandibulata Kelas
Insakta, Sub Kelas Pterygota, Ordo Lepidoptera,
Famili Pyralidae, Genus Corcyra, Spesies C.
cephalonica Stainton (Kamel and Hassaneim, 1967;
Mbata, 1989).

Hal ini menunjukkan bahwa S. Oryzae merupakan hama utama pada komoditi beras. Serangan
hama ini ditandai dengan butir beras berlubang-lubang atau hancur menjadi tepung karena
gerekan imago. Akibat serangannya, beras dapat kehilangan berat atau susut berat (Kalshoven,
1981).

S. oryzae menyukai biji yang kasar dan perkembangannya akan terhambat pada bahan
makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang
halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun dan
Yuswani, 1991). Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa serangan kumbang bubuk beras
menyebabkan butir-butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, sehingga mengakibatkan beras
menjadi mudah patah dan remuk menjadi tepung.

Beberapa tempat penampungan beras ditemukan kondisi beras yang tidak utuh lagi yang
diduga telah terserang hama terutama pada gudang tradisional, demikian juga dengan kondisi
tempat penampungan beras dalam kondisi terbuka. Harahap (2003) menyatakan bahwa
beberapa faktor penting yang mempengaruhi perkembangan serangga hama gudang,
diantaranya kondisi gudang yang menyangkut kebersihan, dan sistem aerasi udara.
Tabel 2. Rata-rata Populasi Serangga Hama pada Gudang Tradisional dan Modern
Jenis Hama Tipe Gudang
Tradisional Modern
Sitophilus oryzea (Col; Curculionidae) 67,39 41,81
T. castaneum. (Coleoptera; Tenebrionidae) 15,33 12,37
Oryzaephilus sp. (Coleoptera; Silvanidae) 4,14 4,90
Oryzaephilus sp. (Coleoptera; Silvanidae) 2,84 4,00
Corcyra cephalonica (Lep; Pyralidae) 4,76 1,08
Carpophilus hemipterus (Col; Nitidulidae) 3,99 9,89
Total 98,45 74,05
Rata-rata 16,40 12,34

Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi kehidupan serangga,
bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya populasi hama tidak akan dapat
berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya
kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam makanan, permukaan material
yang keras dan bentuk materialnya (Ebeling, 2002).

Jems Ilato1), M. F. Dien2) Dan C. S. Rante3) Jenis Dan Populasi Serangga Hama Pada Beras Di
Gudang Tradisional Dan Modern Di Provinsi Gorontalo. Eugenia Volume 18 No. 2 Agustus
2012

Hal sesuai dengan pernyataan Pabbage et al. (1998) yang menyatakan besarnya kerusakan dan
susut bobot benih kacang hijau dalam simpanan tergantung dari tinggi rendahnya kepadatan
populasi serangga yang ada. Populasi yang semakin tinggi menyebabkan kerusakan dan
penyusutan bobot benih kacang hijau semakin meningkat.

Didukung dengan pernyataan Baco et al. (2000) bahwa kandungan saponin,


asimisin, rotenone, acetogenin, yang terdapat pada jenis tanaman Annonace, Meliaceae dsb
berperan sebagai pertahanan dengan cara menghalangi serangga dalam mencerna
makanannya. Serangga yang memakan tumbuhan dengan kandungan saponin yang tinggi
akan memperoleh sedikit makanan yang bermanfaat bagi kehidupannya, akibatnya terjadi
penurunan pertumbuhan dan akhirnya mati.

Pabbage, M. S., Masmawati, dan S. Mas’ud. 1998. Callosobruchus chinensis dan Strategi
Pengendaliannya. Penelitian dan Informasi Pertanian.8(2):91-99.

Baco, D., M. Yasin, J. Tandiabang, S. Saenong, dan T. Lando. 2000. Penanggulangan


Kerusakan Benih Oleh Hama Callosobruchus chinensis Selama Penyimpanan.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 19 (1):1-5.

Selanjutnya Parinduri (2010) mengemukakan


bahwa S. oryzae L. merupakan salah satu
hama penting dalam gudang. Selama perkembangan
dari telur sampai imago dapat menurunkan
produksi sampai 20% dalam waktu 5 minggu.
Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras
oleh S. oryzae L. dalam masa penyimpanan antara
lain oleh pengaruh populasi, varietas asal beras,
serta lama penyimpanan beras. S. oryzae L. adalah
salah satu serangga perusak yang menimbulkan
kerusakan secara fisik dan mikrobiologis (mutu dan
rasa) yang berasal dari Ordo Coleoptera selama
pada tempat penyimpanan.

Parinduri, M.A. 2010. Uji Efektivitas Beberapa


Rimpang Zingiberaceae Terhadap
Pengendalian Kumbang logong (S. oryzae
L.) (Sitophylus oryzae L.) (Coleoptera:
Curculionidae) Di Laboratorium. Skripsi.
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai