Anda di halaman 1dari 27

Proposal Penelitian “Pengaruh Penerapan

Model Pembelajaran Investigasi Kelompok


Terhadap hasil Belajar Matematika Pada
Siswa kelasVIII SMP Islam Terpadu
Wahdah Islamiyah Makassar”
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) khususnya teknologi dan
informasi, dewasa ini telah memberikan dampak dalam semua bidang kehidupan manusia,
tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bidang yang tidak
mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK. Dengan adanya kemajuan dan perkembangan
IPTEK, maka akan lebih mempermudah dan mempercepat setiap kebutuhan dan kegiatan
yang ada dalam pendidikan. Untuk menghadapi tantangan perkembangan IPTEK khususnya
teknologi dan informasi tersebut, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu
bersaing secara global. Sehingga diperlukan manusia yang berketerampilan tinggi, pemikir
kritis, sistematis, logis, kreatif, kemauan bekerja sama yang efektif dan sikap positif terhadap
etos kerja. Cara berpikir seperti ini dapat diasah dan dikembangkan salah satunya melalui
pendidikan matematika.Hal ini sangat dimungkinkan karena matematika memiliki struktur
dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan yang lainnya serta berpola yang bersifat
deduktif dan konsisten.Matematika yang merupakan simbol-simbol dan kumpulan angka-
angka, mengharuskan kita untuk lebih serius dan berkonsentrasi dalam setiap
pemikirannya.Matematika juga merupakan suatu konsep-konsep yang bersifat abstrak,
sehingga karena sifatnya yang abstrak dibutuhkan pemahaman yang tekun dan teliti.Hampir
semua bidang tidak lepas dengan penerapan ilmu matematika, sehingga matematika dianggap
mata pelajaran yang penting untuk dipelajari.Karena pentingnya matematika, sehingga
pelajaran matematika diberikan porsi atau alokasi waktu yang lebih dari mata pelajaran
lainnya pada setiap jenjang pendidikan.Meskipun matematika diberikan alokasi waktu yang
lebih dari mata pelajaran lainnya, tetap saja image buruk masih melekat pada matematika.
Masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang
menakutkan dan susah untuk dipahami. Perasaan takut akan mengantarkan siswa untuk
menganggap matematika menjadi pelajaran yang tidak menyenangkan dan menjengkelkan,
terlebih jika tidak bisa dalam mengerjakan soal-soal matematika. Kebanyakan siswa langsung
menyerah jika mengahadapi soal-soal matematika yang dianggap sulit dan tidak bisa, padahal
dari soal-soal yang sulit itulah mereka akan bisa tahu dan mengerti. Kurangnya keterlibatan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar, pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru dan
sistem klasikal, disinyalir menjadi penyebab dari rendahnya respon siswa tehadap pelajaran
matematika. Jika siswa dapat diikutsertakan dalam pembelajaran, maka setidaknya dapat
merubah image matematika yang terkesan menakutkan Dengan demikian pembelajaran akan
menjadi lebih hidup dan akan ada timbal balik antara guru dan siswa. Sehingga rasa senang
terhadap matematika dapatmulai ditanamkan.Matematika yang terkesan tidak menarik, dapat
juga dimungkinkan adanya penggunaan metode/ model pembelajaran yang tidak
tepat.Sehingga sebagai seorang guru harus mampu menggunakan berbagai macam
metodepembelajaran yang tepat dalam setiap materi yang disampaikan. Tidak menutup
kemungkinan dalam beberapa penyampaian materi menggunakan beberapa variasi metode,
hal ini agar pemahaman materi
lebih bisa diterima siswa dan yang terpenting siswa senang akan matematika itu sendiri
sehingga tidak terkesan monoton dalam belajar matematika. Siswa yang menyenangi
matematika, akan berdampak positif pada hasil belajarnya. Hasil belajar dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal antara
lain meliputi kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif. Sedang faktor eksternal
meliputi metode pembelajaran/model pembelajaran yang dipakai guru dalam mengajar,
kurikulum, sarana prasarana dan lingkungan.Dengan hasil belajar dapat menggambarkan
apakah pembelajaran yang dilakukan dapat berhasil atau tidak.Dari hasil observasi peneliti di
kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar, menunjukkan bahwa guru
masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yakni ceramah, tanya jawab, dan
pemberian tugas. Kegiatan pembelajaran lebih didomonasi oleh guru dan sedikit melibatkan
siswa.Guru mendominasi kegiatan pembelajaran, penurunan rumus atau pembuktian dalil
dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh
guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara
kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.Akibatnya interaksi antara siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung sangat minim dan dalam situasi seperti ini siswa
merasa bosan karena kurangnya dinamika inovasi, kekreatifan, dan siswa belum dilibatkan
secara aktif sehingga siswa sulit mengembangkan atau meningkatkan pembelajaran agar
benar-benar berkualitas.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas VIII SMP Islam

Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar, mengungkapkan bahwa kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal matematika masih sangat rendah.Hal ini mungkin dikarenakan

penyajian materi masih bersifat monoton dan membosankan, sehingga siswa kurang tertarik

untuk belajar matematika. Untuk itu diperlukan solusi agar seluruh siswa merasa menjadi

bagian dalam proses belajar mengajar. Mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan,

maka perlu dicari jalan penyelesaian yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar

matematika sehingga matematika dapat dicerna dengan baik oleh siswa.

Untuk menghadapi masalah tersebut di atas, maka diperlukan model dan metode

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok (Group Investigation).


Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang dikembangkan pertama kali

oleh Thelan.Dalam perkembangannya, model inidiperluas dan dipertajam oleh Sharan dari

Universitas Tel Aviv.Dalam penerapan model pembelajaran investigasi kelompok, siswa

terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan

mereka. Pendekatan ini mengajarkan siswa keterampilan berkomunikasi dan proses

kelompok yang baik.

Dalam implementasi model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok guru

membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.

Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat

yang sama dengan topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan

melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih.Selanjutnya siswa

menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dirasa perlu diadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok Terhadap hasil Belajar

Matematika Pada Siswa kelasVIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan sosl-soal matematika sehingga

hasil belajarnya pun rendah. Hal ini dikarenakan penyajian materi yang masih bersifat

monoton dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar

matematika.adapunpertanyaanpenelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1.Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah

Islamiyah Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran investigasi

kelompok?
2.Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah

Islamiyah Makassar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional?

3. Bagaimana aktivitas siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar

dengan pembelajaran Investigasi Kelompok?

4. Bagaimana aktivitas siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar

dengan pembelajaran konvensional?

5. Bagaimana respon siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar

dengan pembelajaran Investigasi Kelompok dan pembelajaran konvensional?

6.Apakah hasil belajar matematika yang diajar dengan model pembelajaran investigasi kelompok

lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas

VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1.Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah

Islamiyah Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran investigasi

kelompok.

2.Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah

Islamiyah Makassar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah

Makassar dengan pembelajaran Investigasi Kelompok

4. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah

Makassar dengan pembelajaran konvensional


5. Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah

Makassar dengan pembelajaran Investigasi Kelompok dan pembelajaran konvensional

6.Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang diajar dengan model

pembelajaran investigasi kelompok dengan yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan pemahaman konsep matematika.

b. Menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c. Mendorong siswa berperan aktif dalam kelompok dalam menyelesaikan soal-soal

matematika.

2. Bagi Guru
a. Sebagai alat bantu memperjelas konsep-konsep dalam matematika.

b. Membantu dalam mengembangkan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan

matematika.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai model pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan model

pembelajaran yang dianggap efektif dan efisien.

5. Bagi Peneliti Lain

Hasil peneltian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. Tinjauan Pustaka

A. Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan suatu upaya untuk menciptakan kondisi yang

memungkinkan siswa untuk dapat belajar. Menurut Degeng (1989) pembelajaran merupakan

upaya untuk membelajarkan siswa.Secara eksplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada

kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang

diinginkan.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika, Nikson (1992) mengemukakan

bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya dalam membantu siswa untuk

mengkonstruksikan (membangun) konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu

terbangun kembali.

Istilah “pembelajaran” digunakan karena istilah ini lebih tepat untuk menggambarkan

upaya untuk membangkitkan inisiatif dan peran siswadalam belajar. Pembelajaran lebih

menekankan bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa untuk belajar,

bukan pada apa yang dipelajari siswa. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan bahwa

siswa lebih banyak beperan dalam mengkonstruksikan pengetahuan bagi dirinya, dan bahwa

pengetahuan itu bukan hasil proses transformasi dari guru.

B. Hasil Belajar Matematika


Belajar matematika adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika serta

hubungan antara konsep dan struktur matematika.Matematika berkenaan dengan ide atau

konsep abstrak yang diberi symbol-simbol dan tersusun secara hirarki.

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang siswa dalam

proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam belajar, diperlukan

suatu alat ukur.Dengan mengukur hasil belajar seseorang dapat diketahui batas kemampuan,

kesanggupan, penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Abdurahman (kristiawati 2009 :9) menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan

belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak

semudah yang dibayangkan tetapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan minat dalam

belajar serta program pengajaran yang baik.

Hasil belajar matematika adalah prestasi yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

proses belajar mengajar yang berkenaan dengan materi suatu mata pelajaran. Hasil belajar ini

dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Belajar merupakan suatu proses yang

diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan. Sehingga kualitas belajar matematika adalah mutu

atau tingkat prestasi yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar matematika.

Keberhasilan seseorang mempelajari matematika tidak hanya dipengaruhi minat,

kesadaran, kemauan, tetapi juga bergantung pada kemampuannya terhadap matematika serta

diperlukan keterampilan intelektual, misalnya keterampilan berhitung.Hasil yang dimaksud

adalah tingkat penguasaan untuk mengukur hasil belajar sesuai dengan tujuan pencapaian

kognitif disesuaikan dengan taraf kognitif siswa.


Hasil belajar yang dikemukakan oleh Sudjana (kristiawati 2009 :9) bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajar.

Hal-hal yang dipengaruhi hasil belajar adalah:

a. Intelegensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajari.

b. Adanya kesempatan yang diberikan oleh anak.

c. Motivasi.

d. Usaha yang dilakukan oleh anak.

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen.

Pada hakikatnya, cooperative learningsama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu,

banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning

karena mereka beranggapan telah terbiasa melakukan pembelajaran cooperative learning

dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok

dikatakan cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhalik (2001 : 19-20) bahwa

“pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar,

sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.”

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa

dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurul Hayati, 2002 : 25). Dalam sistem

belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model

ini, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan
membantu sesame anggota kelompok untuk belajar.Siswa belajar bersama dalam sebuah

kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.

D. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan

tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja

sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam

pengertian penguasaan materi pengajaran, tetapi juga ada unsur kerja sama untuk penguasaan

materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu : 1)

Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam

kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2)

perspektifsosial, artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar

karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3)

Perspektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok

dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi (Sanjaya,

2006 : 242).

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan

bersama

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,seperti milik mereka

sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang

sama.
4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota

kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan yang juga akan

dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama

selama proses belajarnya.

7) Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam

kelompok kooperatif.

Roger dan David Johnson dalam (Lie, 2008) mengatakan bahwa tidak semua kerja

kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima

unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu :

a. Saling ketergantungan positif

b. Tanggung jawab perseorangan

c. Interaksi tatap muka

d. Komunikasi antar anggota

e. Evaluasi proses kelompok

Langkah –langkah Pembelajaran Kooperatif


Fase Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai dan memotivasi
memotivasi siswa siswa belajar
Tahap 2 Guru menyajikan informasi kepada
Menyajikan informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa bagaimana caranya membentuk
ke dalam kelompok kelompok belajar dan membantu setiap
kooperatif kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-
Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat mereka
bekerja dan belajar mengerjakan tugas mereka
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar
Evaluasi tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk
Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Strategi belajar kooperatif Investigasi kelompok dikembangkan oleh Shlomo Sharan

dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian

kelas dengan menggunakan teknik kooperatif investigasi kelompok adalah kelompok

dibentuk siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih

subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian

membuat laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan laporannya

kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Menurut

Slavin (1995a), strategi kooperatif investigasi kelompok sebenarnya dilandasi oleh filosofi

John Dewey. Teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam penelitian dan

memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-program pembelajaran dengan

tugas-tugas spesifik.

Implementasi strategi belajar kooperatif investigasi kelompok dalam pembelajaran,

secara umum dibagi dalam enam langkah, yaitu :

1) Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok.

Para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengategorisasi saran-

saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama;

komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru

membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi.

2) Merencanakan tugas-tugas belajar


Direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing,

yang meliputi : apa yang kita selidiki, bagaimana kita melakukannya, siapa sebagai apa-

pembagian kerja; untuk tujuan apa topik ini diinvestigasi)

3) Melaksanakan investigasi

Siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota

kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran,

mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintesis ide-ide.

4) Menyiapkan laporan akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya; merencanakan apa yang

akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk

mengoordinasikan rencana presentasi.

5) Mempresentasikan laporan akhir

Presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagi macam bentuk; bagan-bagian

presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar

mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan oleh keseluruhan

kelas.

6) Evaluasi

Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah

dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam

mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan

keterampilan berpikir kritis.

Di dalam implementasi pembelajaran kooperatif tipe group investigation, setiap

kelompok mempresentasikan hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain,

adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

Langkah-langkah model pembelajaran group investigation (Sharan 1992) :


1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi / tugas

yang berbeda dari kelompok lain.

4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat

penemuan.

5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok.

6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.

7) Evaluasi.

F. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran dengan

menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah,

latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian

informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan

berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada

pendengar.Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya

memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.

Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah sebagai

berikut: Guru mendominasi kegiatan pembelajaran penurunan rumus atau pembuktian dalil

dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh

guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara

kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.

Kelemahan dari pembelajaran konvensional antara lain:

1. Pelajaran berjalan membosankan, peserta didik hanya aktif membuat catatan saja.
2. Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat peserta didik tidak mampu

menguasai bahan yang diajarkan.

3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.

4. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar menghafal yang tidak

menimbulkan pengertian.

Kelebihan dari pembelajaran konvensional adalah peserta didik lebih memperhatikan

guru dan pandangan peserta didik hanya tertuju pada guru.

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif

yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

bersifat heterogen.

Model pembelajaran investigasi kelompok dapat memotivasi siswa dalam proses belajar

mengajar. Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang kompleks, dimana

siswa terlibat dalam perencanaan baik pada topik yang yang dipelajari dan bagaimana

jalannya penyelidikan mereka.

Pada penerapan model investigasi kelompok, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok

yang heterogen. Kemudian siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari. Selanjutnya

siswa melaksanakan investigasi dengan mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan

membuat kesimpulan.Setiap anggota kelompok harus memberikan kontribusinya dalam

penyelesaian tugas, saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan menyintesis

semua gagasan.Tugas yang telah dikerjakan selanjutnya dipresentasikan. Anggota kelompok

yang lain diharapkan mendengar dengan seksama dan mengevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh

kelompok.

Selain model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, faktor lain yang dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa

merupakan faktor psikis dari dalam diri siswa, yang dapat menumbuhkan semangat untuk

belajar. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, maka akan meningkatkan prestasi yang

tinggi pula pada siswa. Model pembelajaran yang sesuai dan adanya motivasi belajar pada

diri siswa, akan membantu anak memperoleh suatu prestasi belajar yang diharapkan.

II. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

“ Terdapat perbedaan hasil belajar pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran

investigasi kelompok dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP

Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar”.

Untuk pengujian secara statistik, hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2 lawan H1 : µ1> µ2

“H0 : µ1 = µ2 (rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam terpadu

wahdah Islamiyah untuk model pembelajaran Investigasi kelompok dan model pembelajaran

konvensional sama saja) melawan H1 : µ1 > µ2 (hasil belajar siswa yang diajar dengan

model pembelajaran Investigasi kelompok lebih baik daripada model pembelajaran

konvensional)

Keterangan :

µ1= Rata – rata hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran investigasi kelompok

µ2= Rata – rata hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen, yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Dalam penelitian ini melibatkan 2 kelompok, yaitu satu kelompok sebagai

kelompok eksperimen (percobaan) dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol

(pembanding).

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar,

dengan subjek penelitian adalah kelas VIII. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap

tahun ajaran 2011/2012.

C. Variabel dan Desain Peneltian

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah hasil belajar siswa.Perlakuan yang

diberikan adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok dan pembelajaran konvensional

20
2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Grup Pretest Variabel Terikat Posttest


(R) Eksperimen Y1 T Y2
(R) Kontrol Y1 - Y2
Keterangan:
E : Kelas Eksperimen
K : Kelas Kontrol
R : Random
T : Treatment (perlakuan), pembelajaran investigasi kelompok
Y1 : Pretest sebelum perlakuan
Y2 : Posttest setelah perlakuan

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam peneliatian ini adalah rancangan

dengan jenis Desain Kelompok Kontrol Prates-Postes (The Pretest-Posttest Control Group

Design). Rancangan penelitian ini melibatkan dua kelompok belajar yang diambil secara

acak. Dimana satu kelas dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas kontrol, kemudian diberi

pretes untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajar dengan model

pembelajaran investigasi kelompok, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang

diajar dengan model pembelajaran konvensional.

D. Satuan Eksperimen dan Perlakuan

1. Satuan Eksperimen

Satuan eksperimen dalam penelitian ini menggunakan 2 kelas. Yaitu, kelas eksperimen dan

kelas control

2. Perlakuan

Perlakuan yang diberikan dalam penelitian iniadalah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok untuk kelas eksperimen. Sedangkan untuk kelas control

diberikan perlakuan berupa pembelajaran model konvensional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara antara lain:
1. Metode Tes

Data yang diperoleh dengan metode tes adalah ketuntasan belajar siswa. Data ini

diperoleh dari tes yang dilakukan oleh guru setelah proses pembelajaran berakhir. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk esay.

2. Metode Observasi

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

3. Metode Angket

Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah respon siswa terhadap pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe investigasi kelompok, dengan cara

membagikan angket yang diberikan pada setiap siswa untuk diisi sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini disusun untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa.Tes hasil

belajar siswa terdiri dari 5 soal essay.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe investigasi kelompok

diterapkan.

3. Pemberian Angket
Pemberian angket diberikan untuk mengetahui respon siswa kelompok eksperimen

terhadap penggunaan model pembelajaran Investigasi Kelompok pada proses pembelajaran

matematika

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur tertentu. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan sebagai

berikut:

a. Menentukan sekolah untuk penelitian.

b. Meminta izin kepada kepala SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah Makassar.

c. Melakukan kesepakatan dengan guru bidang studi matematika tentang materi yang akan

diteliti dan lamanya waktu penelitian.

d. Menyusun dan menyiapkan perangkat pembelajaran.

e. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam empat kali pertemuan pada setiap kelompok, baik

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

3. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pertemuan. Tes hasil belajar ini dilakukan

untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok diterapkan.

H. Teknik Analisis Data


1. Data Hasil Belajar

Data yang terkumpul berupa skor hasil belajar dianalisis dengan menggunakan statistik

deskriptif dan statistik inferensial.Statistik deskriptif yang digunakan adalah tabel frekuensi,

presentase, rata – rata dan standar deviasi.

Statistik deskriptif digunakan untuk mengungkapkan keadaan sampel atau

mendeskripsikan karakteristik responden.Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk

menguji hipotesis.Untuk keperluan ini digunakan uji kesamaan rata – rata yaitu statistik uji –

t.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2008:207). Statistik

deskriptif digunakan untuk mengungkapkan keadaan atau mendeskripsikan karakteristik

responden.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar adalah berdasarkan

teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Mardia dalam

Gafur 2010:29) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Tingkat Penguasaan dan Kategori Hasil Belajar Siswa

Kategori Hasil Belajar


No. Tingkat Penguasaan
Siswa
1 0 ≤ x ≤ 54 Sangat rendah
2 54 < x ≤ 64 Rendah
3 64 < x ≤ 79 Sedang
4 79 < x ≤ 89 Tinggi
5 89 < x ≤ 100 Sangat tinggi

Adapun SKKM (Standar Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sesuai dengan yang digunakan sekolah tempat penelitian
dilaksanakan.SKKM digunakan siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah Islamiyah

Makassar adalah 70.

b. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data

sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.Teknik statistik ini dimaksudkan untuk

menguji hipotesis penelitian.Sebelum menguji hipotesis penelitian, dilakukan uji normalitas

dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan lanhkah awal dalam menganalisis data secara spesifik.Uji

normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian

ini digunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan

5% atau 0,05.

H0 = data berasal dari populasi distribusi normal

H1 = data tidak berasal dari populasi distribusi normal

Keterangan :

- Jika pvalue< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

- Jika pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua sampel sama atau tidak.

Uji yang digunakan adalah uji Levene’s Test for Equalityof Variances.Uji ini dilakukan

sebagai prasyarat dalam analisis t-Test. Jika sampel tersebut memiliki varians yang sama,

maka keduanya dikatakan homogen pada Levene’s Test for Equality of Variances digunakan

taraf signifikansi 5% atau 0,05.

H0 = data mempunyai variansi yang sama


H1 = data mempunyai variansi yang berbeda

Keterangan :

- Jika pvalue< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

c. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian yang dirumuskan, digunakan t-Test untuk sampel

independen atau independent samples t-test. Pada independent sample t-test digunakan taraf

signifikansi 5% atau 0,05

H0 = Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah

Islamiyah Makassar untuk model pembelajaran Investigasi Kelompok dan Pembelajaran

konvensionalsama saja.

H1 = Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran

Investigasi Kelompok lebih baik dari pada Pembelajaran konvensional.

Keterangan :

- Jika pvalue< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika pvalue≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

2. Data Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa yang muncul dari setiap sintaks pembelajaran

atau langkah-langkah pembelajaran kedua kelompok penelitian dideskripsikan dalam bentuk

rata-rata banyaknya presentaasi siswa yang melakukan aktivitas untuk setiap kategori

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika.

Untuk menentukan data mengenai aktivitas siswa yang dilakukan secara kualitatif.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 : Kriteria Observasi Aktivitas Siswa

No. PRESENTASE KATEGORI


1 86-100% Aktif
2 71-85% Cukup aktif
3 60-70% Kurang aktif
4 0-60% Sangat kurang aktif
Sumber : (Zainal Abidindalam Riang Anggraeni, 2012:34)

Untuk menghitung kategori besar presentase untuk setiap kategori yaitu menggunakan

persamaan berikut:

3. Data Respon Siswa

Data respon siswa pada kelompok eksperimen dihitung presentase banyaknya siswa

yang memberikan respon positif terhadap model pembelajaran Investigasi Kelompok pada

pembelajaran matematika.Adapun kriteria yanng digunakan untuk menyatakan bahwa siswa-

siswa telah memberikan repon positif adalah sesuai dengan ketetapan Nurdin. Menurut

Nurdin (Syarif Hidayatullah dalam Riang Anggraeni, 2012:35) kriteria yang ditetapkan untuk

menyatakan bahwa siswa-siswa memiliki respon positif adalah 50% dari mereka yang tidak

memberikan respon.

Selanjutnya kriteria yang digunakan untuk menentukan respon siswa yaitu:

1. Presentase 0% - 20% dikategorikan sangat rendah

2. Presentasse 21% - 40% dikategorikan rendah

3. Presentase 41% - 60% dikategorikan sedang

4. Presentase 61% - 80% dikategorikan baik

5. Presentase 81% - 100% dikategorikan sangat baik

Untuk menghitung kategori besar presentase untuk setiap kategori yaitu menggunakan

persamaan berikut:

Keterangan:

Pi = Presentase respon kategori ke-i


Psi = Respon siswa kategori ke-i

Tpi = Total respon kategori ke-i

Adapun kriteria model pembelajaran Investigasi Kelompok dinyatakan lebih

berpengaruh daripada model pembelajaran konvensional sebagai berikut:

- Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Islam Terpadu Wahdah

Islamiyah Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Investigasi

Kelompok lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran

konvensional dan berada di atas rata-rata SKKM (Standar Kriteria Ketuntasan Minimal) SMP

IT Wahdah Islamiyah Makassar, yaitu 70

- Aktivitas siswa terlihat antusias dan aktif mengikuti proses pembelajaran di atas 85% (Syarif

Hidayatullah dalam Riang Anggraeni 2012:36)

- Respon positif siswa terhadap penerapan model pembelajaran Investigasi Kelompok di atas

50% (Syarif Hidayatullah dalam Riang Anggraeni 2012:36)


DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Riang. 2012. Keefektifan Model Pembelajaran Student Fasilitator And Explaining

dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Askari Pallangga Kabupaten

Gowa. Skripsi.FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Fitriana, Laila. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Group Investigation (GI)

dan STAD terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa.

Tesis.FKIP Universitas Sebelas Maret.

http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional/

(diakses18 Agustus 2011)

http://ardhana12.wordpress.com/ (diakses 18 Agustus 2011)

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta.

Degeng,I Nyoman Sudana. 1987. Ilmu Pengajaran, Taksonomi Variabel. Jakarta : Ditjen Dikti

Depdikbud.

Gafur, Abdul. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas X6 Pada Pokok Bahasan Pengendalian Sosial Di SMA Negeri 1

Pallangga, kabupaten Gowa. Skripsi.FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Kristiawati, 2009.Meningkatkan hasil belajar matematika melalui penerapan pembelajaran

kooperatif tipe make a match pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 5 Makassar.

Skripsi.FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Miftah, Efi, dan Taniredja, Tukiran. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung :

Alfabeta.

31
Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian..Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta :

Rajawali Pers

Slavin, Robert E. 2010.Cooperatif Learning. Bandung : Nusa Media.


Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya :

Prestasi Pustaka.

http://rifahmath.blogspot.co.id/2014/02/proposal-penelitian-pengaruh-penerapan.html

Anda mungkin juga menyukai