Anda di halaman 1dari 17

CASE BASED DISCUSSION

DERMATITIS VENENATA

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik


Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Pembimbing:
dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp.KK

Disusun Oleh:
Shafira Sophia Khalida
30101206831

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan bahan-bahan yang


mungkin dapat menimbulkan iritan maupun alergi bagi seseorang dan belum tentu bagi
individu lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan kelainan pada kulit sesuai dengan
kontak yang terjadi. Kelainan ini disebut dermatitis kontak.
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui, sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen eksogen maupun endogen. Dermatitis kontak
ini dibagi menjadi Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi. Dalam
makalah ini akan dijelaskan tentang Dermatitis Kontak Iritan, khusunya dermatitis
kontak iritan yang disebabkan oleh bahan aktif dari serangga, yang disebut sebagai
Dermatitis Venenata.
Serangga (Insecta) merupakan kelas dari filum Arthropoda. Ordo yang paling
sering mengakibatkan masalah kulit adalah klas Lepidoptera (kupu-kupu), hemiptera
(bed bug), Anoplura (Pediculus sp.), Diptera (nyamuk), Coleoptera (blister beetle),
Hymenoptera (lebah, tawon, semut). Kelas arthropoda lain yang bermakna secara
dermatologis adalah myriapoda (kelabang) dan arachnida (laba-laba, tick, mite,
kalajengking).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal
Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan kulit yang disebabkan terpaparnya
kulit dengan bahan dari luar yang bersifat iritan yang menimbulkan kelainan klinis
efloresensi polimorfik berupa eritema, vesikula, edema, papul, vesikel, dan keluhan
gatal, perih serta panas. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan hanya
beberapa saja. Secara definisi, bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan
kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses sensitasi.
Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh
terpaparnya bahan iritan berupa bahan aktif dari serangga

2. Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis venenata adalah bahan aktif dari serangga yang
bersifat iritan.
Serangga yang paling sering menyebabkan dermatiti venenata:
a. Paederus peregrines
Kumbang Paederus memiliki kepla berwarna hitam dengan abdomen di
kaudal, ukuran panjang tubuhnya 7 – 10 mm dan lebar 0,5 mm seukuran
dengan nyamuk. Kumbang jenis ini tidak menggigit atau menyengat, tetapi
tepukan keras pada kumbang ini akan memicu pengeluaran bahan aktifnya
berupa Paederin. Paederin menyebabkan timbulnya gatal, rasa panas seperti
terbakar, kemerahan pada kulit yang timbul 12 – 48 jam setelah berkontak.
b. Cimex lectularius (Bed bug)
Bed bug biasanya ditemukan di bagian bawah tempat tidur atau matras,
sepatu, dan baju. Gigitan bed bug dapat menimbulkan reaksi dalam hitungan
jam, biasanya timbul rasa sangat gatal serta papul urtikaria dengan diameter 2
– 6 cm.
c. Hymenoptera
Sengatan dari tawon, lebah, dan semut api dapat menimbulkan nyeri hebat
dalam hitungan menit – jam. Bahan aktif dari ketiga famili tersebut yaitu:
histamin, 5 – HT, dan formic acid.

3. Patogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimiawi atau fisis.(1) Bahan iritan akan:
1. Merusak lapisan tanduk
2. Denaturasi keratin
3. Menyingkirkan lemak lapisan tanduk
4. Mengubah daya ikat kulit terhadap air

Kebanyakan bahan iritan merusak membran lemak (lipid membrane)


keratinosit, namun sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom,
mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan
melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor
(PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien
(LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskular
sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak
sebagai kemoaktraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas
melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan
vaskular.

DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis
protein, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony
stimulating factor (GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan
mengekspresi reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel
tersebut.

Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF – α, suatu sitokin
pro – inflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granuloasit,
menginduksi ekspresi molekul adhesi sel dan pelepasan sitokin.

Rentetan kejadian tersebut mengakibatkan gejala peradangan klasik di tempat


terjadinya kontak dengan kelainan berupa eritema, edena, panas, dan nyeri bila iritan
kuat. Bahan iritan lemah akan mengakibatkan kelainan kuli setelah kontak berulang
kali, yang dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi
menyebabkan desikasi sehingga kulit kehilangan fungsi sawarnya. Hal tersebut
mempermudah kerusakan sel di lapisan kulit yang lebih dalam.

4. Tanda dan Gejala Klinis


Gejala klinis yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan. Iritan
kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis meskipun faktor
individu dan lingkungan sangat berpengaruh.
Keluhan subyektif penderita pada umumnya adalah rasa perih, nyeri, panas,
atau rasa terbakar. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, pada stadium
akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi dan eksudasi,
sehingga tampak basah. Stadium sub akut, eritema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta, sedang pada stadium kronis tampak lesi kronis, skuama,
hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi
karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis demikian
pula efloresensinya tidak selalu harus polimorfik. Mungkin hanya oligomorfik.

5. Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis dermatitis kontak iritan:
Mayor Minor
Subyektif
 Onset gejala muncul dalam waktu  Onset dermatitis muncul setelah 2
menit – jam sejak berkontak minggu berkontak dengan iritan
dengan iritan  Orang di lingkungan yang sama
 Nyeri, rasa panas seperti terbakar, mengalami keluhan serupa
rasa tidak nyaman, atau rasa gatal
Obyektif
 Makula eritem, hiperkeratosis,  Lesi kulit yang muncul tidak
fisura, atau vesikel menyebar (lokal)
 Terdapat gambaran epidermis  Perubahan morfologi kulit
kering, seperti terbakar (efloresensi kulit) berkaitan dengan
 Proses penyembuhan terjadi jika konsentrasi zat iritan atau lama
menghindari iritan waktu kontak dengan iritan
6. Pentalaksanaan
Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari bahan yang
menjadi penyebab.
Pengobatan medikamentosa terdiri dari:
A. Pengobatan sistemik :
1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu
singkat.
 Prednisone
Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
 Dexamethasone
Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,1 mg/KgBB/hari
 Triamcinolone
Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
2. Antihistamin
 Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
 Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
 Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali
3. Antibiotik
 Amoksisilin tablet 500 mg
B. Pengobatan topikal :
1. Krim hydrocortisone 1% atau diflucortolone valerat 0,1% atau krim
betamethasone valerat 0,005-0,1%(5)
2. Salep gentamisin
7. Prognosis
Jika bahan iritan penyebab timbulnya dermatitis dapat disingkirkan maka
prognosisnya baik, begitu pula sebaliknya.
BAB III
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. P
Alamat : Kaligawe
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tgl.periksa : 1 Desember 2016
2. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Muncul sebuah gelembung besar berisi air disertai rasa nyeri dan pedih
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi : pantat kiri
Onset : 3 hari yang lalu
Kualitas : nyeri ringan terkadang disertai pedih
Kuantitas : nyeri terasa terus menerus, rasa pedih hilang timbul
Faktor memperberat : jika terkena gesekan atau tertekan
Faktor memperingan: jika berbaring ke kanan
Kronologi :
Awalnya pasien merasa nyeri, dan gatal di bokong kiri setelah
menggunakan handuk saat mandi pagi 3 hari yang lalu. Semakin lama
bertambah gatal dan terasa panas seperti terbakar sehingga pasien
menggaruk-garuk, pada malam harinya pasien baru menyadari timbul
gelembung besar seukuran bola pingpong di bokong kiri. Gelembung
besar tersebut terasa sangat nyeri dan panas, riwayat kontak langsung
(tergigit/tersengat) dengan serangga disangkal. Keesokan harinya pasien
datang ke Sultan Agung Skin Center untuk berobat ke dokter spesialis
kulit dan kelamin. Dokter melakukan penyedotan isi cairan gelembung
besar tersebut dan memberi obat untuk dibawa pulang. Tanggal 1
Desember 2016 pasien datang kembali untuk kontrol dengan keluhan
nyeri dan pedih di bokong kiri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa: disangkal
Riwayat alergi: disangkal
Riwayat atopi: disangkal
d. Riwayat Kebiasaan
Menjemur handuk di luar rumah
Pasien rutin membersihkan tempat tidur
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa
Riwayat atopi: disangkal
f. Riwayat Alergi Obat/Makanan
Pasien dan keluarganya tidak memiliki riwayat alergi obat/makanan
g. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berobat menggunakan BPJS

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
- Kesadaran : komposmentis
- Tanda vital : tidak dilakukan pemeriksaan
b. Status Dermatologi
- Inspeksi :
a. Lokasi : bokong kiri
b. UKK I :
c. UKK II :
- Distribusi : unilateral
- Konfigurasi : sirkumskripta
- Palpasi : teraba agak kasar
- Auskultasi : tidak dilakukan
4. Diagnosis Banding
a. Dermatitis Venenata
b. Dernatitis Kontak Alergika
5. Pemeriksaan Penunjang
-
6. Diagnosis Kerja
Dermatitis Venenata

7. Prognosis
a. Quo ad vitam : bonam
b. Quo ad sanam : bonam
c. Quo ad kosmetikan : bonam

8. Penatalaksanaan
 Topikal:
a. Gentamisin salep, dioles 2x sehari
 Per – oral:
a. Metilprednisolon tablet 4 mg, diminum 2x sehari
b. Amoksisilin tablet 500 mg, diminum 3x sehari
9. Edukasi
 Aspek klinis:
a. Jangan memanipulasi luka, seperti: menggaruk atau menggosok
b. Menggunakan obat secara teratur sesuai anjuran dokter
 Aspek islami:
a. Menjaga kebersihan diri karena kebersihan adalah sebagian dari iman

10. Follow up
a. Kontrol pertama: 1 Desember 2016
S : nyeri dan pedih di bokong kiri
O : makula hiperpigmentasi sirkumskripta dengan skuama
hiperpigmentasi kasar, dan erosi dengan dasar eritem di bokong kiri
A : Dermatitis Venenata
P : Medikamentosa
per – oral: Amoksisilin tablet 500 mg, 3x1
Metilprednisolon tablet 4 mg, 2x1
Topikal: Gentamisin salep dioles 2x sehari
FOTO KASUS
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien wanita usia 45 tahun datang ke Sultan Agung Skin Center pada 1
Desember 2016 untuk kontrol dengan keluhan nyeri dan pedih di bokong kiri sejak 3 hari
yang lalu. Awalnya pasien merasa nyeri, dan gatal di bokong kiri setelah menggunakan
handuk saat mandi pagi 3 hari yang lalu. Semakin lama bertambah gatal dan terasa panas
seperti terbakar sehingga pasien menggaruk-garuk, pada malam harinya pasien baru
menyadari timbul plenting besar seukuran bola pingpong di bokong kiri. Plenting besar
tersebut terasa sangat nyeri dan panas, keesokan harinya pasien datang ke Sultan Agung Skin
Center untuk berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Dokter melakukan penyedotan isi
cairan plenting besar tersebut dan memberi obat untuk dibawa pulang. Diagnosis berdasarkan
anamnesi dan pemeriksaan fisik.

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa onset penyakit adalah suatu kejadian
akut. Pasien juga merasakan nyeri, pedih, dan panas seperti terbakar dan dari pemeriksaan
fisik didapatkan kelainan kulit hanya pada 1 tempat (lokal) berupa bula yang kemudian
menjadi koleret dan erosi, hal tersebut sesuai dengan teori tentang tanda dan gejala klinis
dermatitis kontak iritan.

Pemilihan terapi untuk kasus ini juga sesuai dengan teori yang ada. Pasien diberikan
obat per – oral berupa antibiotik dan golongan kortikosteroid serta sediaan topikal berupa
salep antibiotik. Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang
timbul akibat iritasi dari bahan aktif serangga, sedangkan pemberian antibiotik bertujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder disebabkan pada pasien terdapat erosi yang
dapat menjadi ‘gerbang masuk’ kuman patogen.

Prognosis dari kasus ini tergantung pada usaha untuk menghindari kontak dengan
iritan. Jika pasien dapat menghindari kontak dengan iritan maka pada umumnya prognosis
pasien ini baik
BAB V

KESIMPULAN

Dermatitis Venenata adalah dermatitis kontak iritan yang disebabkan adanya kontak
dengan bahan aktif serangga baik kontak langsung ataupun tidak langsung. Keluhan subyektif
yang muncul pada umumnya adalah rasa nyeri, perih, dan rasa panas seperti terbakar. Ujud
Kelainan Kulit (UKK) yang timbul dapat berupa eritem, edem, papul, vesikel, bula, erosi,
ulkus, atau krusta. UKK yang muncul tidak selalu berurutan sesuai onset, tetapi tergantung
pada konsentrasi bahan aktif serangga dan lama waktu kontak dengan iritan.

Tanda dan gejala yang muncul merupakan hasil dari reaksi inflamasi di tempat
terjadinya kontak dengan iritan. Bahan iritan akan menimbulkan kerusakan kulit secara
kimiawi maupun fisik melalui 4 cara: merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat kulit terhadap air.

Pada dasarnya, penatalaksanaan penyakit ini adalah mengidentifikasi penyebab iritasi


sehingga pasien dapat menghindari kontak dengan iritan serta memberi terapi medikamentosa
untuk mengurangi gejala dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Pengobatan yang
diberikan dapat berupa sediaan per – oral maupun topikal.

.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah B., Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit, Indonesia: Pusat
Penerbitan Universitas Airlangga, 2010, halaman 94 – 96

James WD., Berger TG., Elston DM., Andrews’ Disease of The Skin: Clinical Dermatology,
10th ed, Canada: Elsevier Inc., 2007

Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ke – 7, Jakarta,
FKUI, 2016

Morsy TA., Arafa MA., Younis TA., Mahmud IA., Studies on Paederus sp. With special
Reference to the Medical Importance, J Egypt Soc Parasitol, 2006
a. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Akut
Penyebabnya adalah iritan kuat, misal: larutan asam sulfat, larutan asam
klorida, larutan natrium hidroksida, dan kalium hidroksida. Biasanya reaksi
segera timbul setelah kontak dengan iritan, intensitas reaksi sebanding dengan
konsentrasi dan lama kontak. Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan
yang terlihat berupa eritema edem, bula, mungkin juga nekrosis, berbatas
tegas, dan umumnya asimetris. Luka bakar akibat bahan kimia juga termasuk
dermatitis kontak iritan akut.
b. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Akut Lambat
Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI Akut, tetapi baru terjadi 8 – 24
jam setelah berkontak. Bahan iritan yang dapat menyebabkan DKI Akut
lambat, misalnya: podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida, benzalkonium
klorida, asam hidroflourat. Salah satu contohnya ialah dermatitis yang
disebabkan bulu serangga (Dermatitis Venenata); keluhan yang dirasakan
pedih keesokan harinya, gejala awal terlihat eritem kemudian menjadi vesikel
bahkan nekrosis.
c. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) Kronik Kumulatif
Merupakan jenis dermatits kontak yang paling sering terjadi. DKI kronik
kumulatif disebabkan oleh kontak berulang dengan iritan lemah (misalnya
deterjen, sabun, pelarut, tanah). DKI kronik kumulatif mungkin terjadi karena
kerjasam berbagai faktor, dapat disebabkan suatu bahan secara tunggal tidak
cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi mampu sebagai penyebab
bila bergabung dengan faktor lain. Kelainan baru terlihat nyata setelah kontak
berlangsung beberapa minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun – tahun
kemudian.
Gejala klasik berupa kulit kering, disertai eritema, skuama, yang lambat laun
kulit menjadi tebal (hiperkeratosis) dengan likenifikasi yang difus. Bila kontak
terus terjadi, kulit dapat retak seperti luka iris (fisuar), misalnya pada kulit
tumit seorang pencuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen.
Keluhan utama pasien umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit yang retak
(fisura)

Anda mungkin juga menyukai