Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST

PARTUM DI RUANG NIFAS AL-KHALIQ


RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

Oleh :

Nama : Devy Sekar Tanjung

Nim : P07120216053

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN KEPERAWATAN

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Devy Sekar Tanjung

NIM : P07120216053

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan Post Partum

di Ruang Nifas Al-Khaliq RSUD Ratu Zalecha Martapura

Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN POST
PARTUM PERSALINAN NORMAL

A. Konsep Dasar Postpartum


1. Pengertian
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
(Mitayani, 2009)
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu(Saleha,2009)

Prawirohardjo (2010) menyatakan bahwa masa postpartum dimulai setelah keluarnya


plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Masa nifas
merupakan masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil.

Nurul jannah (2011) masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium, adalah
masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-
alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca
persalinan.

2. Etiologi
Etiologi post partum dibagi 2 yaitu:

a. Etiologi postpartum dini


1) Atonia uteri
2) Laserasi jalan lahir atau robekan jalan lahir
3) Hematoma
b. Etiologi postpartum lambat
1) Tertinggalnya sebagian plasenta
2) Subinvolusi di daerah insersi plasenta
3) Luka bekas secsio sesaria

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari masa postpartum adalah :
a Perubahan Fisik
1) Sistem Reproduksi
a) Perubahan kelenjar mamae
Pada masa pertengahan masa kehamilan masing-masing dari kedua
tunas kelenjar mama pada janin yang ditakdirkan membentuk payudara mulai
tumbuh dan memisah, dengan pembentukan 15 sampai 25 tunas sekunder yang
menjadi dasar bagi sistem duktus pada payudara dewasa. Masing-masing tunas
sekunder memanjang menjadi sebuah tali, bercabang, dan berdiferensiasi
menjadi dua lapisan konsentrik dari sel-sel kuboid dan sebuah limen sentral.
Lapisan sel bagian dalam akhirnya membentuk epitel sekretorik, yang
mensintesis air susu, sedangkan lapisan luar menjadi mioepitel, yang
menyediakan mekanisme pengeluaran air susu.
Pada hari kedua postpartum, sejumlah kolostrum atau cairan yang
disekresi oleh payudara selama 5 hari pertama setelah kelahiran bayi, dapat
diperas dari putting susu. Kolostrum lebih banyak mengandung lebih banyak
protein, yang sebagian besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetappi
gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum mengandung
globul lemak agak besar didalam yang disebut korpuskel kolostrum,yang oleh
beberapa hari dianggap merupakan sel - sel epitel yang mengalami degenerasi
lemak dan oleh ahli lain dianggap fagost mononuclear yang mengandung
cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan selama 5 hari, dengan
perubahan bertahap menjadi susu matur. Antibody mudah ditemukan didalam
kolostrum. Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan
pada neonates melawan infeksi enteric. Faktor - faktor kekebalan hostpes
lainnya, juga imunoglobuli-imunoglobulin, terdapat didalam kolostrum
manusia dan air susu.
b) Perubahan Pada Uterus
Dalam masa postpartum, uterus akan berangsur - angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam keseluruhannya
disebut involusi. Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
terlihat pada tabel berikut ini:

No Waktu involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr

2 Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr

3 1 minggu Pertengahan pusat- 500 gr


simfisis

4 2 minggu Tidak teraba diatas 350 gr


simfisis

5 6 minggu Bertambah kecil 50 gr

6 8 minggu Sebesar normal 30gr

c) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa postpartum. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya
berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian
terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat
berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami
perubahan karena proses involusi. Adapun jenis lochea yaitu :
(1)Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca persalinan, berwarna
merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari
decidua, vernix caseosa, lanugo, dan mekonium.
(2)Lochea sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan, berwarna merah
kuning dan berisi darah lender.
(3)Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
(4)Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,berwarna putih
kekuningan, mengandung leukosit, selaput lender servix dan selaput
jaringan yang mati.
(5)Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah yang berbau
busuk.
(6)Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya.
d) Perubahan pada Serviks dan Segmen bawah Uterus
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena
penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa
masuk dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang
dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks
dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama
waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium sternum lebih besar, tetap ada
retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya.
e) Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam ebebrapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan
pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong
ebrdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlanahan-lahan mngecil
tetapi jarang kembali keukuran nulipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol.
Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan bayi pervaginam,
kemudian setelah melahirkan hymen muncul sebagai beberapa potong jaringan
kecil, yang selama proses sikatrisasi diubah menjadi caranculai mirtoformis
yang khas pada wanita yang pernah melahirkan. Orifisium vagina biasanya
tetpa sedikit membuka setelah melahirkan anak.
f) Perubahan di peritoneum dan Dinding Abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah kelahiran dan
beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagan besar uterus
dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan
rotundum jauh lebih kendur daripada kondisi tidak hamil, dan memerlukan
waktu yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang
telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
g) Sistem Pencernaan
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Kerja usus besar setelah melahirkan dapat juga terganggu
oleh rasa sakit pada perineum, hemoroid yang menjadi prolaps dan bengkak
selama kala 2 persalinan atau kurangnya privasi pada ruang perawatan pasca
natal.
h) Sistem Perkemihan
Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah
besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan. Ibu
postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu
merasa sulit buang air kecil.

Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 24 jam
pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower
kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu
4 jam, lakukan katerisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan
ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4
jam kemudian, bila volume urin < 200 ml, kateter dibuka dan pasien
diharapkan dapat berkemih seperti biasa.

i) Sistem Muskuloskeletal / diastasis recti abdominalis


Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang
dapat membantu relaksasi dan mobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu
ke-6 sampai ke-8 satelah wanita melahirkan.

j) Sistem Endokrin
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan progesteron
yang menurun. Hormon-hormon pituitary mengakibatkan prolaktin meningkat,
FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke 3 pospartum
yang mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let down dan reflek
sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan terhadap perubahan pada
sistem endokrin. Hormon – hormon yang berperan pada proses tersebut, antara
lain :
(1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar
gula darah menurun pada masa nifas. Human chorionic gonadotropin atau
HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga
hari ke-7 pospartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
pospartum.
(2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH, dan LH. Hormon
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menuru
dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu, FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

(3) Hipotalamik pituary ovarium


Hipotalamik pituary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita
yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40 % setelah
6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.

(4) Hormon oksitosin


Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga
persalinan,hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu
involusi uteri.
(5) Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon
estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan
volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perinium
dan vulva serta vagina.
k) Sistem Kardiovaskuler
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300-
400cc,sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio-sesaria menjadi dua
kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi.
Pada persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan
seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
l) Sistem Pernapasan
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ±6cm, tetapi tidak
mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume residu paru-paru
karena pengaruh diafragma yang naik ±4cm selama kehamilan.Frekuensi
pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok. Perubahan ini akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala dalam 24 minggu
setelah persalinan.
m) Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume
plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah
pada waktu kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir, dan
haemoglobin pada hari ketiga sama tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah
putih atau leukosit selama 10 sampai 12 setelah persalinan umumnya berkisar
antara 20.000 sampai 25.000/mm,faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif
setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan,trauma atau sepsis bisa
menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan pemecahan fibrin
mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta.
n) Tanda vital
(1) Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 380C dan normal kembali
dalam 24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui
vagina ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya
vagina.
(2) Nadi
Umumnya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah
normal. Penurunan ini akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada
sirkulasi seiring lepasnya placenta.Bertambahnya volume darah menaikkan
tekanan darah sebagai mekanisme kompensasi dari jantung dan akan normal
pada akhir minggu pertama.
(3) Tekanan Darah
Keadaan tensi dengan sistole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat
kehamilan ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang
harus diperhatikan secara serius.

2) Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi adalah :
a. Periode taking in
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
2) Iamungkin akan mengulang- ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan
akibat kurang istirahat.
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan
psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik
ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau
apresiasi atas hasil perjuangan ibu. Bidan harus dapat menciptakan suasana
nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukakan permasalahan yang dihadapi.
b. Periode Taking On
1) Periode ini berlangsung pada hari ke2-4 post partum.
2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.
5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam melakukan
hal-hal tersebut.
6) Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
7) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi.
4. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

a. Immediate Post partum


Immediate post partum adalah keadaan yang terjadi setelah persalinan sampai 24
jam sesudah persalinan (0-24 jam sesudah persalinan)

b. Early Post Partum


Early post partum adalah keadaan yang terjadi pada puerperium waktu 1 hari
sesudah persalinan sampai dengan 7 hari ( 1 minggu pertama)

c. Late Post Partum


Late post partum adalah waktu 1 minggu sesudah persalinan sampai 6 minggu
sesudah persalinan
5. Patofisologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang
ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah
segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3
minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada masa post partum adalah :
a. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang
ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C,
nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah
warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d Gangguan involusi uterus

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM PERSALINAN NORMAL


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Identitas pasien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, riwayat
persalinan. Identitas penannggung jawab pasien.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah melahirkan.
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat keluarga pasien yang menderita penyakit hipertensi dan
diabetes melitus serta penyakit menurun lainnya. Apakah ada juga riwayat
keluarga yang menderita penyakit menular atau menahun.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan

c. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah setelah post partum sedikit lebih rendah. Bila tekanan
sistolik >30 mmHg dan tekanan diastolik >15 mmHg perlu dicurigai
hipertensi atau preeklamsi post partum.
b) Frekuensi nadi pada saaat post partum normal (60-100x/menit).
c) Terjadi peningkatan suhu 0,5C dari suhu normal namun tidak melebihi
38C. Akan kembali normal setelah 12 jam post partum, bila tidak kembali
normal antara 36,5C - 37C perlu dicurigai adanya infeksi.
d) Pernapasan normal 16-20x/menit.

2) Pemeriksaan Head to Toe


a) Kepala
Inspeksi keadaan kulit kepala, apakah ada benjolan atau tidak dan palpasi
untuk mengetahui adanya nyeri tekan.
b) Mata
 Kelopak mata : ada edema atau tidak
 Konjungtiva : Merah muda atau pucat
 Sklera : Putih atau tidak
c) Mulut: Lidah bersih
d) Gigi : ada karies atau tidak ada.
e) Leher
 Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
 Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
f) Dada
 Jantung : irama jantung teratur.
 Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.
 Payudara : Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,
pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
g) Punggung dan pinggang
 Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila ditemukan
lordosis.
 CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
h) Abdomen
 Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau operasi
lain.
 Konsistensi : keras atau tidak, ada benjolan atau tidak
 Pembesaran Lien (liver) : ada atau tidak
i) Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus, konsistensi
uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum normal TFU 2 jari
di bawah pusat dan kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi
uterus di tengah.
j) Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya
dan menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1
hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi
encer (Mochtar, 1998 :116).
k) Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun bekas
jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas jahitan. Kaji
kebersihan area perineum.
l) Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu nifas
normal kandung kemih tidak teraba.
m) Extremitas atas dan bawah
 Edema : ada atau tidak
 Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
 Kemerahan : ada atau tidak
 Varices : ada atau tidak
 Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif pada
hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat (Mochtar, 1998 : 102)

b. Pengkajian Riwayat kesehatan


Pengkajian pola nutrisi, eliminasi, istirahat dan tidur, aktifitas, persepsi kesehatan,
persepsi diri, dan spiritual.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik pada perineum
2) Defisit perawatan diri: mandi dan eliminasi berhubungan dengan kelemahan
3) Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko gangguan integritas kulit pada
perineum

3. Intervensi Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik pada perineum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x...jam diharapkan nyeri pasien
berkurang
kriteria hasil :
 Skala nyeri 0-1
 Pasien mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang
 Tidak merasa nyeri saat mobilisasi
 Tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengidentifikasi kebutuhan
secara komprehensif yang dan intervensi yang tepat
meliputi lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui rasa
onset/durasi, frekuensi, ketidaknyamanan pasien
kualitas, intensitas atau terhadap nyeri
beratnya dan faktor pencetus 3. Untuk menurunkan rasa nyeri
nyeri 4. Istirahat dan tidur dapat
2. Observasi tanda-tanda menurunkan rasa nyeri
nonverbal nyeri (gelisah, 5. Melonggarkan sistem saraf
meringis, menangis) perifer sehingga rasa nyeri
3. Ajarkan pasien teknik non berkurang
farmakologi seperti teknik 6. Tanda vital merupakan acuan
relaksasi dan distraksi rasa untuk mengetahui keadaan
nyeri umum pasien
4. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat pada pasien
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
6. Monitor tanda-tanda vital
pasien

b) Defisit perawatan diri: mandi dan eliminasi berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x... jam pasien mampu
merawat diri setelah proses persalinan
Kriteria hasil :
- Pasien mampu merawat diri dan menyelesaikan aktivitas eliminasi secara
mandiri/dibantu
- Fungsi tubuh pasien meningkat

Intervensi Rasional
1. Anjurkan ambulasi dan posisi 1. Ambulasi dan posisi yang
yang nyaman nyaman merupakan salah satu
2. Lakukan perawatan perineum cara dalam perawatan diri untuk
3. Libatkan keluarga dalam menjaga dan mengembalikan
membantu mandi dan fungsi tubuh selama pengobatan
eliminasi pasien dan pemulihan.
2. Untuk mempertahankan
kebersihan kulit perineum dan
mengurangi ketidaknyamanan
pada area perineum
3. Dengan adanya bantuan dari
orang terdekat, diharapkan dapat
membantu pasien dalam
perawatan diri.

c) Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko gangguan integritas kulit pada
perineum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x.... jam diharapkan tidak ada
tanda-tanda infeksi pada perineum.

Kriteria hasil :
- Tanda –tanda infeksi tidak ada (rubor, kalor, tumor, dolor, dan fungsiolaesa)
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
- Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional
1. Kaji lochea (warna, bau, 1. Diagnosa dini infeksi dapat
jumlah) kontraksi uterus dan mencegah infeksi berlanjut
kondisi jahitan episiotomi. 2. Mencegah kontraindikasi
2. Pertahankan teknik aseptik dalam perawatan
dalam perawatan 3. Untuk mencegah
3. Melakukan tindakan vulva penyebaran infeksi
hygine 4. Untuk mencegah infeksi
4. Kolaborasi dengan dokter 5. Tanda vital merupakan
dalam pemberian antibiotik acuan untuk mengetahui
5. Monitor tanda-tanda vital keadaan umum pasien
pasien
Daftar Pustaka

Doenges, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta: EGC

Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta :FKUI

Mitayani.2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Jannah, N.2011.Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Prawirahardjo,S. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,Jakarta: YBP-SP

Saleha,S.2009. Asuhan Kebida nan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai