Oleh :
Nim : P07120216053
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : P07120216053
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan Post Partum
Mengetahui
Nurul jannah (2011) masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium, adalah
masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-
alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca
persalinan.
2. Etiologi
Etiologi post partum dibagi 2 yaitu:
c) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selama masa postpartum. Lochea mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya
berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin, namun penelitian
terbaru mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan dapat
berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami
perubahan karena proses involusi. Adapun jenis lochea yaitu :
(1)Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca persalinan, berwarna
merah mengandung darah dan sisa-sisa selaput ketuban, jaringan dari
decidua, vernix caseosa, lanugo, dan mekonium.
(2)Lochea sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan, berwarna merah
kuning dan berisi darah lender.
(3)Lochea serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
(4)Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,berwarna putih
kekuningan, mengandung leukosit, selaput lender servix dan selaput
jaringan yang mati.
(5)Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah yang berbau
busuk.
(6)Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya.
d) Perubahan pada Serviks dan Segmen bawah Uterus
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena
penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa
masuk dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang
dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks
dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama
waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium sternum lebih besar, tetap ada
retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya.
e) Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam ebebrapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan
pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong
ebrdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlanahan-lahan mngecil
tetapi jarang kembali keukuran nulipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi
lebih menonjol.
Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan bayi pervaginam,
kemudian setelah melahirkan hymen muncul sebagai beberapa potong jaringan
kecil, yang selama proses sikatrisasi diubah menjadi caranculai mirtoformis
yang khas pada wanita yang pernah melahirkan. Orifisium vagina biasanya
tetpa sedikit membuka setelah melahirkan anak.
f) Perubahan di peritoneum dan Dinding Abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah kelahiran dan
beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagan besar uterus
dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentum latum dan
rotundum jauh lebih kendur daripada kondisi tidak hamil, dan memerlukan
waktu yang cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang
telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
g) Sistem Pencernaan
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Kerja usus besar setelah melahirkan dapat juga terganggu
oleh rasa sakit pada perineum, hemoroid yang menjadi prolaps dan bengkak
selama kala 2 persalinan atau kurangnya privasi pada ruang perawatan pasca
natal.
h) Sistem Perkemihan
Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah
besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Urin dalam
jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan. Ibu
postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu
merasa sulit buang air kecil.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 24 jam
pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower
kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu
4 jam, lakukan katerisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan
ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4
jam kemudian, bila volume urin < 200 ml, kateter dibuka dan pasien
diharapkan dapat berkemih seperti biasa.
j) Sistem Endokrin
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen dan progesteron
yang menurun. Hormon-hormon pituitary mengakibatkan prolaktin meningkat,
FSH menurun, dan LH menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke 3 pospartum
yang mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, reflek let down dan reflek
sucking. Selama proses kehamilan dan persalinan terhadap perubahan pada
sistem endokrin. Hormon – hormon yang berperan pada proses tersebut, antara
lain :
(1) Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar
gula darah menurun pada masa nifas. Human chorionic gonadotropin atau
HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga
hari ke-7 pospartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
pospartum.
(2) Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH, dan LH. Hormon
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menuru
dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu, FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi
folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
2) Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis yang terjadi adalah :
a. Periode taking in
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif
dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
2) Iamungkin akan mengulang- ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan
akibat kurang istirahat.
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5) Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan
psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik
ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau
apresiasi atas hasil perjuangan ibu. Bidan harus dapat menciptakan suasana
nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukakan permasalahan yang dihadapi.
b. Periode Taking On
1) Periode ini berlangsung pada hari ke2-4 post partum.
2) Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3) Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi, misalnya
menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.
5) Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam melakukan
hal-hal tersebut.
6) Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
7) Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi.
4. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada masa post partum adalah :
a. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang
ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C,
nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah
warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d Gangguan involusi uterus
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah melahirkan.
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat keluarga pasien yang menderita penyakit hipertensi dan
diabetes melitus serta penyakit menurun lainnya. Apakah ada juga riwayat
keluarga yang menderita penyakit menular atau menahun.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a) Tekanan darah setelah post partum sedikit lebih rendah. Bila tekanan
sistolik >30 mmHg dan tekanan diastolik >15 mmHg perlu dicurigai
hipertensi atau preeklamsi post partum.
b) Frekuensi nadi pada saaat post partum normal (60-100x/menit).
c) Terjadi peningkatan suhu 0,5C dari suhu normal namun tidak melebihi
38C. Akan kembali normal setelah 12 jam post partum, bila tidak kembali
normal antara 36,5C - 37C perlu dicurigai adanya infeksi.
d) Pernapasan normal 16-20x/menit.
3. Intervensi Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik pada perineum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x...jam diharapkan nyeri pasien
berkurang
kriteria hasil :
Skala nyeri 0-1
Pasien mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang
Tidak merasa nyeri saat mobilisasi
Tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengidentifikasi kebutuhan
secara komprehensif yang dan intervensi yang tepat
meliputi lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengetahui rasa
onset/durasi, frekuensi, ketidaknyamanan pasien
kualitas, intensitas atau terhadap nyeri
beratnya dan faktor pencetus 3. Untuk menurunkan rasa nyeri
nyeri 4. Istirahat dan tidur dapat
2. Observasi tanda-tanda menurunkan rasa nyeri
nonverbal nyeri (gelisah, 5. Melonggarkan sistem saraf
meringis, menangis) perifer sehingga rasa nyeri
3. Ajarkan pasien teknik non berkurang
farmakologi seperti teknik 6. Tanda vital merupakan acuan
relaksasi dan distraksi rasa untuk mengetahui keadaan
nyeri umum pasien
4. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat pada pasien
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
6. Monitor tanda-tanda vital
pasien
Intervensi Rasional
1. Anjurkan ambulasi dan posisi 1. Ambulasi dan posisi yang
yang nyaman nyaman merupakan salah satu
2. Lakukan perawatan perineum cara dalam perawatan diri untuk
3. Libatkan keluarga dalam menjaga dan mengembalikan
membantu mandi dan fungsi tubuh selama pengobatan
eliminasi pasien dan pemulihan.
2. Untuk mempertahankan
kebersihan kulit perineum dan
mengurangi ketidaknyamanan
pada area perineum
3. Dengan adanya bantuan dari
orang terdekat, diharapkan dapat
membantu pasien dalam
perawatan diri.
c) Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko gangguan integritas kulit pada
perineum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x.... jam diharapkan tidak ada
tanda-tanda infeksi pada perineum.
Kriteria hasil :
- Tanda –tanda infeksi tidak ada (rubor, kalor, tumor, dolor, dan fungsiolaesa)
- Mencapai penyembuhan luka tepat waktu
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Kaji lochea (warna, bau, 1. Diagnosa dini infeksi dapat
jumlah) kontraksi uterus dan mencegah infeksi berlanjut
kondisi jahitan episiotomi. 2. Mencegah kontraindikasi
2. Pertahankan teknik aseptik dalam perawatan
dalam perawatan 3. Untuk mencegah
3. Melakukan tindakan vulva penyebaran infeksi
hygine 4. Untuk mencegah infeksi
4. Kolaborasi dengan dokter 5. Tanda vital merupakan
dalam pemberian antibiotik acuan untuk mengetahui
5. Monitor tanda-tanda vital keadaan umum pasien
pasien
Daftar Pustaka
Doenges, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta: EGC
Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta :FKUI
Saleha,S.2009. Asuhan Kebida nan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika