Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GASTROENTERITIS AKUT

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik


oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Pada diare
infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal
ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan
sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya
meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat
agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong
yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang
penting untuk membebaskan traktus intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik
perhatian adalah yang disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus
kolon patogen). Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit yang berlebihan dari kripa Lieberkuhn pada ileum distal dan kolon.
Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorpsi
maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit
dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian.

Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara
mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam
Wicaksono, 2011). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari
normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam
lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak
cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering
menyertai diare (Andrianto, 1995 dalam Nurmasarim 2010).

2. Penyebab
Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut
(diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:

1). Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:

a. Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.

b. Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.

c. Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.

2). Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan


kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin, alergi.

b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :

1. Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).

2. KKP (Kekurangan Kalori Protein).

3. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono
dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

3. Faktor Predisposisi

a. Lingkungan yang kurang bersih

b. Makanan yang tidak higienis

4. Tanda dan Gejala

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau


demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang,
mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta
suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi
ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik
kembali normal.

Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat


standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif. Gangguan
kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-
tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis.
Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul
anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis
tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut.
Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan
pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru.
Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang
menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

5. Patofisiologi

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa.
Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila
tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus


enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada
dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-
oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen
dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar
penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia),
gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi
darah.

6. Komplikasi

a. Dehidrasi

b. Renjatan hipovolemik

c. Kejang

d. Bakterimia

e. Malnutrisi

f. Hipoglikemia

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.


Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor


kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor


kulit buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.

c. Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti


tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai
koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

7. Pemeriksaan Khusus

1. Pemeriksaan laboratorium.

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila


memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkinkan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik


atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya


tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

8. Penatalaksanaan/Terapi
a. Pengobatan Cairan

Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita


diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan

1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous
Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin
dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).

2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL
(Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap
1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L.
Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride
80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi
oral:

a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.

b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas

misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-
lain, disebut CRO tidak lengkap.

2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi
parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu
dilakukan evaluasi:

a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah

b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,


2011).

b. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic
untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg
(oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin
500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).

c. Obat Anti Diare

1. Kelompok antisekresi selektif

Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas
racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase
sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan
menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan dapat
dikembalikan secara normal.

2. Kelompok opiat

Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi
difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x
sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi
frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan.

3. Kelompok absorbent

Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau
toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung
dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.
4. Zat Hidrofilik

Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium,


Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid
dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi
feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya
adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul
atau tablet.

5. Probiotik

Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau


Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna
akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor
saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare
harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data


dan penentuan masalah.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan


pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah :

1. Identitas klien.

2. Riwayat keperawatan.

2.1.Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian


timbul diare.

2.2.Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air


dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor
kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu.

4. Riwayat penyakit keluarga.

5. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).

1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,


higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.

2. Nutrisi metabolic : diawali dengan


mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien.

3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari,BAK sedikit atau jarang.

4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun


kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.

7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri


karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak
tercapai pada fase sakit.

8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada


penyakit.

9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga


dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.

10. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang


berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping
yang adekuat.

11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang


sembahyang karena gejala penyakit.

6. Pemeriksaan fisik.

- Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan


bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.

- Perkusi : adanya distensi abdomen.

- Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

- Auskultasi : terdengarnya bising usus.

7. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan eliminasi (BAB lebih dari normal) berhubungan dengan


inflamasi, malabsorbsi usus, ditandai dengan peningkatan peristaltik
usus, defekasi sering dan berair, nyeri abdomen.

b. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan intake


kurang daripada output, kehilangan berlebih pada sistem GI melalui
feses yang cair dan muntah ditandai dengan turgor kulit buruk,
membran mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi, hipotensi dan
demam).

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia, status hipermetabolik
ditandai dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi usus,
konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan.

d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit volume cairan


ditandai dengan turgor kulit buruk, iritasi kulit daerah perianal, kulit
kemerahan.

e. Ansietas berhubungan dengan psikologis berkaitan dengan proses


penyakit ditandai dengan gelisah, takikardi, ketakutan, tidak
kooperatif.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme pada


saluran GI.

3. Rencana Asuhan (Tujuan, intervensi dan rasional)


1. Gangguan eliminasi (BAB lebih dari normal) berhubungan dengan
inflamasi, malabsorbsi usus, ditandai dengan peningkatan peristaltik usus,
defekasi sering dan berair, nyeri abdomen.

a. Tujuan:

– Bising usus dan peristaltik normal 5 – 35 kali per menit.

– Defekasi normal 1 kali per hari atau 2 kali per hari.

– Konsistensi feses padat dan lunak.

b. Intervensi:

– Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan


faktor pencetus.

Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji


beratnya episode

– Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur.

Rasional : Istirahat memutuskan motilitas usus juga menurunkan laju


metabolisme.

– Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.

Rasional : Menurunkan bau tidak sedap untuk menghindari malu


pasien

– Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare,


misalnya sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat,
produk susu.

Rasional : Menghindari iritan, meningkatkan istirahat usus.

– Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan


minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin.

Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau


menurunkan rangsang makanan/cairan.

– Observasi demam, takikardi, letargi, leukosit, ansietas dan kelesuan.

Rasional : Mengidentifikasi adanya proses infeksi/peradang


– Kolaborasi pemberian obat antikolinergik

Rasional : Menurunkan motilitas/peristaltik GI dan menurunkan


sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare

2. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan intake


kurang daripada output, kehilangan berlebih pada sistem GI melalui feses
yang cair dan muntah ditandai dengan turgor kulit buruk, membran
mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi, hipotensi dan demam).

a. Tujuan:

– Masalah dehidrasi dapat teratasi/keseimbangan cairan pasien


adekuat.

– Turgor kulit baik.

– Membran mukosa baik/lembab.

– TTV stabil.

b. Intervensi

– Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan


kehilangan yang tak terlihat, misalnya: berkeringat, ukur berat
jenis urine, observasi oliguria.

Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi


ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk
penggantian cairan.

– Kaji TTV

Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat


menimbulkan/menunjukkan respon terhadap kehilangan cairan.

– Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan


turgor kulit, pengisian kapiler lambat.

Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.

– Ukur berat badan tiap hari.


Rasional : Indikator cairan dan status nutrisi.

– Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah
samar.

Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat


menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi,
potensial resiko perdarahan.

– Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.

Rasional : Mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki


kehilangan.

– Awasi hasil laboratorium.

Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.

– Berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia, status hipermetabolik ditandai
dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi usus, konjungtiva dan
membran mukosa pucat, menolak untuk makan.

a. Tujuan: Pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien adekuat.

b. Intervensi:

– Timbang berat badan tiap hari.

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet

– Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktifitas selama fase sakit
akut.

Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik

– Anjurkan istirahat sebelum makan.


Rasional : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk
makan.

– Berikan kebersihan mulut.

Rasional : Mulut yang bersih dapat menyenangkan rasa makanan.

– Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang


menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru.

Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurukan stres dan


lebih kondusif untuk makan.

– Berikan obat sesuai indikasi.

Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit volume cairan


ditandai dengan turgor kulit buruk, iritasi kulit daerah perianal, kulit
kemerahan.

a. Tujuan: Integritas kulit pasien adekuat dengan kriteria hasil:

– Turgor kulit baik.

– Iritasi kulit daerah perianal teratasi.

– Warna kulit daerah perianal sama dengan daerah sekitar.

b. Intervensi:

– Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.

Rasional : Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan


pengobata lebih intensif.

– Gunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi.

Rasional : Melicinkan kulit dan menurukan gatal

– Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk


mempertahankan aktivitas.
Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekaan
lama pada jaringan.

– Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat.

Rasional : Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi.

5. Ansietas berhubungan dengan psikologis berkaitan dengan proses penyakit


ditandai dengan gelisah, takikardi, ketakutan, tidak kooperatif.

a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses


keperawatan, ansietas pasien hilang, dengan kriteria hasil:

– Pasien tidak gelisah.

– Denyut nadi normal.

– Ketakutan berkurang/hilang.

– Kooperatif.

b. Intervensi:

– Catat petunuk perilaku, misalnya gelisah, peka rangsang, menolak, kurang


kontak mata, perilaku menarik perhatian.

Rasional : Merupakan indikator derajat ansietas atau stres.

– Dorong menyatakan perasaan, berikan umpan balik.

Rasional : Membantu pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah


yang menyebabkan stres.

– Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang
lain.

Rasional : Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan


stres.

– Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.

Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan keperawatan memberikan


rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.
– Berikan lingkungan yang tenang dan istirahat.

Rasional : Memindahkan pasien dari stres.

– Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian.

Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres


berkurang memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme pada


saluran GI.

a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses


keperawatan, diharapkan tidak muncul infeksi, dengan kriteria hasil:

– TTV stabil.

– Tidak ada tanda-tanda infeksi.

b. Intervensi:

– Tempatkan pasien di ruang isolasi.

Rasional : Tindakan ini dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi.

– Sediakan tempat cuci tangan khusus.

Rasional : Mengurangi spread infection.

– Sediakan pispot untuk BAB pasien.

Rasional : Mencegah feses berserakan.

– Hindarkan infant dan anak kecil memegang benda atau tempat diare yang
terkontaminasi.

Rasional : Mencegah penyebaran infeksi.

– Instruksikan keluarga untuk selalu melakukan practise isolation khususnya


mencuci tangan.

Rasional : Mencegah penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United


States of America : Mosby.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan).


Jakarta:EGC

Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes


Classification. United States of America : Mosby

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis


Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.

Nurmasari, Mega. 2010. Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi


Gastroenteritis Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah.
Universitas Muhammadiyah. (http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/)

Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan


Gastroenteritis di Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf)

Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi


Gastroenteritis Akut Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf).

Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi


Peningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas
Indonesia. (www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).
Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan
Bakteri. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara. .
(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT

Oleh

Nama : Rahmawati
NIM : P07120216081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2018

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : RAHMAWATI
NIM : P07120216081
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Anda mungkin juga menyukai