Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

CRANIOTOMY

A. DEFINISI
Trepanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang
bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. Kraniotomi adalah
operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK,
mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff Sue, 1999).
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth, 2002).
Kraniotomi adalah insisi pada tulang tengkorak dan membersihkan tulang
dengan memperluas satu atau lebih lubang,. Pembedahan craniektomy dilakukan
untuk mengangkat tumor, hematom, luka, atau mencegah infeksi pada daerah tualang
tengkorak.

B. TUJUAN
a. Mendiagnosis, menghapus, atau mengobati tumor otak
b. Memotong atau memperbaiki suatu aneurisma
c. Menghilangkan darah atau pembekuan darah dari pembuluh darah yang bocor
d. Menghapus arteriovenous malformation (AVM). Massa abnormal dari pembuluh
darah (arteri dan vena)
e. Pengeringan abses otak. Sebuah saku kantong nanah yang terinfeksi
f. Perbaikan patah tulang tengkorak
g. Perbaikan robekan pada selaput otak (dura mater)
h. Menghilangkan tekanan dalam otak (tekanan intrakranial) dengan menghapus daerah
yang rusak atau bengkakotak yang mungkin disebabkan oleh luka trauma atau stroke
i. Mengobati epilepsi. Sebuah kondisi neurologis yang melibatkan otak yang membuat
lebih rentan terhadapkejang.
j. Menanamkan perangkat stimulator untuk mengobati gangguan gerak seperti
penyakit Parkinson atau distonia(sejenis gangguan gerakan) pada manusia
C. INDIKASI OPERASI
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai
berikut :
a. Penurunan kesadaran tiba-tiba di depan mata
b. Adanya tanda herniasi/lateralisasi
c. Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT Scan
Kepala tidak bisa dilakukan.
d. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
e. Mengurangi tekanan intrakranial.
f. Mengevakuasi bekuan darah .
g. Mengontrol bekuan darah,
h. Pembenahan organ-organ intrakranial,
i. Tumor otak,
j. Perdarahan (hemorrage),
k. Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
l. Peradangan dalam otak
m. Trauma pada tengkorak.
D. PENATALAKSANAAN
1) Praoperasi
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan
medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi.
Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai
edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik
(furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama
pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu yang
mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum pasien
dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik
dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan
antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk
menghilangkan ansietas. Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya
di ruang operasi) sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.
2) Pascaoperasi
a. Mengurangi Edema Serebral
Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian
manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area
otak (dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan melalui
diuresis osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam
selama 24 sampai 72 jam ; selanjutnya dosisnya dikurangi secara bertahap.
b. Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang
Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk
nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya
sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan.
Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit
kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam) diresepkan untuk pasien yang
telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah
prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk mempertahankan
medikasi dalam rentang terapeutik.
c. Memantau Tekanan Intrakranial
Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada
pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter
disambungkan ke sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan
melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem
dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam
dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin
bahwa sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada
pada posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang
dapat mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan.
Kateter diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro
diberi tahu kapanpun kateter tanpak tersumbat. Pirau ventrikel kadang
dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol hipertensi
intrakranial, terutama pada pasien tumor fossa posterior

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :
a. Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya,
ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan otak, hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark
mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma
b. Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di
potongan lain.
c. Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
d. Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat
edema, perdarahan trauma
e. Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari
garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulang
f. Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak
g. Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak
h. Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subarakhnoid
i. Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi
yang akan dapat meningkatkan TIK
j. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam
meningkatkan TIK/perubahan mental
k. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab
terhadap penurunan kesadaran
l. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang
cukup efektif untuk mengatasi kejang.
F. PATHWAY
CRANIOTOMY

Luka Insisi

Higiene Luka Buruk Jaringan Kulit Rusak Ujung-Ujung Syaraf Perdarahan Vol darah

Infeksi Kuman Kerusakan Integritas Reseptor Gangguan Perfusi Kekurangan Volume

Kulit Nyeri Jaringan Cairan

Resiko Infeksi

NyeriAkut/ Kronis

CRANIOTOMY EFEK ANESTESI

Menekan Pusat Pernapasan Sistem Perkemihan Sistem G.I.

Kerja Organ

Pernapasan Penumpukan Fungsi Ginjal Stimulasi Medula

Secret

Ekspansi Paru Reflek berkemih Reflek Muntah

Bersihkan jalan napas

Suplai O2 Berkurang Inkontinensia Nausea,Vomitis

Ketidakefektifan pola napas

Perubahan pola gangguan nutrisi

eliminasi urin kurang dari kebutuhan


DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

Post Operasi
1 Nyeri berhubungan dengan NOC : Tingkat Nyeri Kriteria hasil : NIC : Menejemen Nyeri 1. Mengurangi stressor
prosedur bedah Tujuan : Pasien tidak a. Tidak menunjukkan Intervensi : yang dapat
mengalami nyeri, antara lain tanda-tanda nyeri 1. Berikan pereda nyeri memperparah nyeri
penurunan nyeri pada b. Nyeri menurun sampai dengan manipulasi 2. Mengurangi nyeri
tingkat yang dapat diterima tingkat yang dapat lingkungan (misal 3. Meminimalkan nyeri
diterima ruangan tenang, batasi 4. Mengurangi rasa nyeri
pengunjung). yang dirasakan pasien
2. Berikan analgesia sesuai
ketentuan
3. Cegah adanya gerakan
yang mengejutkan
seperti membentur
tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
2 Resiko tinggi cedera NOC : Pengendalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Positioning 1. Menerikan posisi yang
berhubungan dengan trauma Tujuan : Pasien mengalami a. Stress minimal pada sisi 1. Konsul dengan ahli tepat sehingga
intrakranial stress minimal pada sisi operasi bedah mengenai mengurangi risiko
operasi b. Pasien tetap pada posisi pemberian posisi, cedera
yang diinginkan termasuk derajat fleksi 2. Mengurangi
leher. peningkatan TIK
2. Posisikan pasien datar 3. Mencegah terjadinya
dan mirirng, bukan cedera
terlentang atau tinggikan 4. Mencegah peningkatan
kepala TIK
3. Balikkan pasien dengan
hati-hati
4. Hindari posisi
trendelenburg
3 Keterlambatan tumbang NOC : Physical Aging Kriteria hasil : NIC : Developmental
berhubungan dengan efek dari Status a. Rata-rata berat badan Enhancement
kecatatan fisik Tujuan : Pasien mengalami b. Cardiat out put 1. Bina hubungan saling
pertumbuhan dan c. Elastisitas kulit percaya dengan anak
perkembangan yang normal d. Kekuatan otot 2. Demonstrasikan aktivitas
sesuai usianya. yang meningkatkan
perkembangan anak
sesuai dengan umurnya
(contoh bermain icik-
icik)
3. Bantu anak belajar
ketrampilan
4. Bina kesempatan untuk
mendukung latihan
aktivitas motorik/verbal
pasien
5. Berikan reinforcement
positif
4 Resiko infeksi berhubungan NOC : Pengenalian Resiko Kriteria hasil : NIC : Pengendalian Infeksi 1. Mencegah terjadinya
dengan luka post operasi Tujuan : Pasien tidak Tidak menunjukkan tanda- 1. Pantau tanda / gejala infeksi
mengalami infeksi atau tanda infeksi infeksi 2. Mencegah invasi
tidak terdapat tanda-tanda 2. Rawat luka operasi mikroorganisme
infeksi pada pasien. dengan teknik steril 3. Mencegah inos
3. Memelihara teknik 4. Mencegah inos
isolasi, batasi jumlah
pengunjung
4. Ganti peralatan
perawatan pasien sesuai
dengan protap
5 Cemas berhubungan dengan NOC : Kontrol Cemas Kriteria hasil : NIC : Enhancement Coping 1. Memberikan informasi
ancaman kematian Tujuan : Setelah dilakukan a. Monitor intensitas 1. Sediakan informasi yang selama perawatan yang
tindakan keperawatan kecemasan sesungguhnya meliputi didapatkan pasien
diharapkan kecemasan b. Rencanakan strategi diagnosis, treatment dan 2. Memberikan rasa
hilang atau berkurang. koping untuk prognosis nyaman
mengurangi stress 2. Tetap dampingi kien 3. Memberikan rasa
c. Gunakan teknik relaksasi untuk menjaga nyaman pada pasien
untuk mengurangi keselamatan pasien dan 4. Mengurangi ansietas
kecemasan mengurangi
d. Kondisikan lingkungan 3. Instruksikan pasien
nyaman untuk melakukan ternik
relaksasi
4. Bantu pasien
mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan
ansietas.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius


Price,S.A. & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai